27 | Menyerah dan Kalah
"Aku menyerah, dan aku mengaku kalah. Ternyata ego-mu terlalu tinggi untuk bisa aku gapai."
- OoO -
Benar saja apa yang dikatakan oleh Anand pagi tadi, sore ini benar-benar turun hujan dan masalahnya Anggi sudah menolak payung dari abangnya itu, sekarang ia sendiri yang menanggung akibatnya.
Anggi duduk sendirian di halte dekat sekolahnya, Elin dan Fara sudah pulang duluan sebelum hujan turun tadi, Anggi pulang terlambat karena ia pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku.
Sebenarnya ada beberapa orang yang juga duduk di halte, tapi tidak ada yang Anggi kenal, alhasil Anggi memilih untuk duduk di ujung sendirian.
Anggi mengambil handset di dalam tasnya, cuaca seperti ini lebih baik ia mendengarkan musik saja, diputarnya lagu Rinni Wulandari yang berjudul patah.
Patah...
Hatiku kau patah...
Hilang tanpa asa...
Merasa,
Kau buat hatiku patah...
Anggi memejamkan matanya, lalu menyandarkan tubuhnya pada sisi tiang halte, ia terlihat begitu meresapi lagunya.
Dari mana asalnya cinta...
Bagaimana awalnya kita...
Yang aku ingat,
Kau selalu ada...
Kini semua,
Telah sirna...🎶
Sebuah mobil berhenti tepat di depan Anggi, pengemudi mobil itu keluar dengan membawa payung ditangannya, ia menghampiri Anggi yang masih memejamkan matanya.
Merasa seseorang mendekat ke arahnya, Anggi dengan cepat membuka matanya, saat melihat orang itu ia segera melepas handset dan mematikan lagunya.
"Lo ngapain di sini?"
"Jemput lo."
"Gue gak butuh, mendingan lo pulang aja," tolak Anggi.
"Bang Anand yang nelpon gue buat jemput lo Nggie, lo sendiri pasti udah tau kalau Bang Anand lagi ada urusan."
"Kalau Bang Anand gak nyuruh, lo pasti gak di sini kan sekarang?" Sayangnya pertanyaan itu hanya Anggi ucapkan dalam hati.
"Ya gue bisa pulang sendiri," tolak Anggi untuk yang kedua kalinya.
"Sekarang hujan, nanti lo sakit."
"Gue gak sebodoh itu buat nerobos hujan Ngga, gue bisa nunggu hujan reda."
Angga mengusap wajahnya frustasi, sebenarnya ia penat seharian ini sudah menjaga Nella dan sekarang ditambah lagi sikap Anggi yang keras kepala terhadapnya.
"Lo kenapa sih?" tanya Angga tak tahan lagi dengan sikap Anggi.
"Gue gak kenapa-kenapa, gue cuma mau pulang sendiri," kekeh Anggi.
"Kemarin-kemarin sikap lo udah mulai welcome sama gue, tapi sekarang sikap lo berubah lagi, sebenernya lo kenapa, Nggie?"
"Gue bilang gue gapapa!" kesal Anggi.
"Kalau cewek bilang gapapa biasanya ada apa-apa, ngomong sama gue masalahnya apa? Biar gue tau salah gue di mana."
Anggi diam, ia memalingkan wajah tidak mau menjawab dan menatap Angga.
"Nggie, gue tanya masalah lo sama gue apa?" Angga memegang bahu Anggi dengan kedua tangannya.
"Gue muak sama semua perhatian lo, puas!" teriak Anggi marah, ia menepis tangan Angga dibahunya.
"Kenapa?" lirih Angga.
"Karena lo cuma mau main-main sama gue!" Anggi merasakan matanya mulai memanas, bahkan suaranya terdengar sedikit tercekat.
Angga diam sejenak, ia berusaha menyerap perkataan Anggi.
Hujan mulai mereda, hanya menyisakan rintik-rintik kecil yang masih berjatuhan, Anggi segera berlalu dari hadapan Angga.
Angga yang tersadar segera mengejar Anggi, payungnya ia lepas dan dibiarkannya tergeletak di sembarang tempat.
"Atas dasar apa lo bisa nyimpulin semuanya gitu!" Angga mencekal pergelangan tangan Anggi.
"Lepasin tangan gue!" teriak Anggi.
"Jawab pertanyaan gue!" teriak balik Angga.
Orang-orang yang juga berada di halte seketika memperhatikan keduanya, tapi tak ada yang berani mendekat untuk ikut campur, mungkin mereka mengira Anggi dan Angga adalah pasangan kekasih yang sedang berselisih pendapat, itu saja.
Anggi sempat terdiam kaget saat Angga tiba-tiba meninggikan suaranya. "Semuanya udah kelihatan jelas gimana sikap lo selama ini," jawab Anggi.
"Maksudnya, bisa lebih jelas?"
"Lo cuma mau mainin gue! Lo bilang lo suka sama gue, tapi gue tau itu semua cuma omong kosong!"
"Lo boleh gak nerima perasaan gue Nggie, tapi lo gak boleh nge-judge gue semau lo gini, gue sama sekali gak pernah punya niat buat main-main sama perasaan, dari awal gue serius sama lo." Angga melepaskan cekalannya, ia merasa sangat kecewa dengan Anggi, perasaannya yang tulus justru disalah artikan oleh gadis itu.
"Tapi sikap lo ke Nella juga sama, gue bahkan bingung lo suka Nella atau gue?" ucap Anggi pelan, ia menunduk dalam.
"Lo cemburu sama Nella?" tanya Angga telak.
"Gue gak cemburu!"
"Oh iya, gue lupa, lo kan gak punya perasaan sama gue, jadi ngapain harus cemburu ya?" Angga tertawa sumbang, jujur sekarang ia merasa sakit hati entah kenapa.
"Kita gak usah deket lagi aja, lo gak usah perhatian lagi sama gue, mending lo fokus aja sama hidup lo dan Nella."
"Kenapa bawa-bawa Nella terus sih?" marah Angga.
"Karena kalian cocok, gue doa'in semoga kalian cepet jadian." Anggi tersenyum getir saat mengucapkan itu, susah payah ia menahan perasaan yang meledak-ledak dihatinya.
"Dengerin gue Nggie, gue gak suka Nella. Berapa kali gue harus yakinin lo tentang ini?" Angga mengusap kepalanya frustasi.
Anggi menggelengkan kepalanya, "Enggak, gue yakin lo suka Nella, kalian cocok kok sama-sama, lo harus pacarin dia."
"Gue gak tau harus gimana lagi, jujur gue capek ngadepin sikap lo yang begini Nggie, gue nyerah, dari awal kita emang gak pernah sepaham, guenya aja yang bodoh tetep lanjut buat deketin lo." Angga kecewa, perasaannya hanya dianggap main-main oleh Anggi.
"Lo bilang gue cocok kan sama Nella? Kalau itu mau lo, oke gue kabulin! Maaf karena udah pernah ngerecokin hidup lo, sekarang lo bisa tenang tanpa gue." Angga berlalu meninggalkan Anggi yang mematung di tempat.
Anggi hanya diam memperhatikan Angga yang semakin menjauh meninggalkannya, ia memilih berjongkok dan menangis sesenggukan, kenapa hatinya terasa sangat sakit? Bahkan kali ini lebih sakit berkali lipat dari dahulu.
Hari itu, dengan rintik hujan yang menjadi saksi, hati Anggi kembali patah untuk yang kedua kalinya.
- OoO -
Btw kalian kesel sama siapa di part ini? Kesel sama Anggi apa Angga?
Jgn lupa follow:
Ig : @sriiwhd
See you next part...
Salam, sriiwhd.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro