Chapter 23
-(Name)'s PoV
Suasana di dalam rumah besar ini sangat sepi dan cukup berbahaya bagiku dan detak jantungku. Ini sangat gawat! Cewek dan cowok di dalam satu rumah besar. Sendirian. Ini benar - benar gawat. Wajah Ritsu juga datar - datar saja.
"Ini bukan pertama kalinya kau datang ke kamarku, kan?"
"Eh--? Enggak..?" Jawabku dengan ragu.
Ritsu duduk di tepi tempat tidurnya. Aku berdiri di depan pintu. Padahal ini bukan pertama kalinya aku masuk kedalam kamar Ritsu tapi sekarang tujuannya beda.
"(Name)... sini." Pinta Ritsu dengan manja.
Nope! Seimut apa pemuda itu sekarang, aku tidak akan mudah pasrah. Aku menggeleng cepat membuat raut wajah Ritsu berubah menjadi cemberut, habis itu tatapannya menjadi dingin membuat badanku gemetaran.
"(Name) jadilah anak baik. Kemarilah." Titah Ritsu.
"Eeh~?! Apa salahku coba? Jadi, aku tidak akan mengikuti perintahmu." Kataku dengan tegas.
"Kau terlambat dan aku sudah menunggumu cukup lama. Kau harus menerima hukuman."
Ini benar - benar tidak masuk akal tapi akan lebih berbahaya lagi kalau Ritsu berubah menjadi dingin. Dengan hati yang terus merutuk, aku berdiri di depan Ritsu. Aku melipat tanganku di depan dada dan menunjukkan raut wajah kesal.
"Maaf kalau aku terlambat. Tadi aku harus melakukan sesautu." Ujarku tanpa menatap kearah Ritsu. Ini benar - benar menyebalkan.
"Hm.." respon yang pendek.
Aku kembali mengerutkan keningku dan menghela napas panjang. "Apa yang kau inginkan?"
"Cium."
Aku yakin mataku melebar saat mendengar respon yang keluar dari bibir Ritsu. Tatapannya terlihat serius membuatku merasa tidak nyaman. Dia benar - benar tidak bercanda. Ritsu menyeringai kecil sambil menunjuk bibirnya, seperti memberikan isyarat kepadaku. Tentu saja aku tahu maksudnya, aku tidak sebodoh itu.
"Kita di sekolah." Ucapku sebagai bentuk penolakan.
"Dan?" Balasnya tidak peduli.
-3rd person
(Name) mendekatkan wajahnya ke Ritsu. Dia memegang kedua pipi Ritsu yang pucat. (Name) mencium bibir Ritsu dengan lembut. Ciumannya sangat lembut, seperti seorang malaikat yang menciumnya.
Beberapa detik kemudian, (Name) menghentikan ciumannya dan duduk diatas lantai yang dingin. Wajahnya benar - benar memerah. Ia mengepalkan tangannya erat - erat sampai tangannya berkeringat.
"A-Ano... Ba-Bagaimana harimu?" Pertanyaan yang klise.
Ritsu tersenyum kecil dan mendekatkan wajahnya ke wajah (Name) yang sudah memerah. Kening mereka berdua bersentuhan. Ritsu juga bisa mendengar detakan jantung (Name) yang sangat cepat. Tatapan mereka terkunci dengan satu sama lain.
"Semuanya jadi lebih baik karenamu, (Nickname)~" Gadis itu tersenyum manis dan memeluk kakinya.
Wajahnya yang ceria berubah menjadi murung. (Name) menghembuskan napas panjang yang penuh dengan kekecewaan. Iris violet miliknya memancarkan sorotan kesedihan.
"...Akhir - akhir ini kita akan sama - sama sibuk, ya? Musim gugur bulan depan.. Knights akam mulai sibuk dengan live atau duel. Jadi.. kita akan jarang bertemu, haha.. Apa yang kubicarakan kayak kita akan berpisah dengan jarak yang sangat jauh--"
Ritsu langsung memeluk leher (Name), tidak membiarkan gadis itu untuk melanjutkan perkataannya. Entah kenapa, air matanya berguling di pipinya.
"Apa yang membuatmu berpikir begitu? Kita bisa bertemu di kelas ataupun aktivitas idol, kita juga akan menyambutmu di klub teh." Ucap Ritsu sambil menghapus air mata (Name) dengan lembut.
Mereka terdiam di posisi yang sama. Ritsu memeluk leher (Name), sedangkan (Name) terdiam sambil menatap lantai yang dingin. Mereka sibuk dengan pikiran masing - masing.
"Jaa.. (Name), bagaimana kalau kau menginap disini? Aku hanya memperbolehkan Maakun menginap dirumahku, tapi kalau (Name)... aku anggap lebih dari sekedar keluarga."
(Name) langsung menoleh ke belakang dan melihat seringai kecil terhias di wajah Ritsu yang pucat.
"Oke aku pulang."
"Yaaah.... (Name) jangan marah."
-(Name)'s PoV
Ritsu-senpai itu.... sangat menyebalkan. Dia suka mengejekku dan menggodaku. Aku benar - benar tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya, hal itu sungguh pikiranku tanpa alasan. Aku ingin tahu dirinya lebih banyak lagi, aku ingin mengerti tentang dirinya.
Senpai yang menyebalkan. Entah kenapa, sejak pertemuan kita di bawah pohon pada saat itu... ada sedikit dorongan dalam diriku ingin berteman dengannya.
"(Name)-sama.... (Name)-sama!"
Aku langsung terbangun dari tidur siangku saat ada seseorang yang memanggil namaku. Aku mengecuk mataku yang berair dan menoleh kesampingku.
"Ini buku latihanmu. Maaf kalau aku membangunkanmu, boleh aku tahu kemarin kamu tidur jam berapa?"
Aku menerima bukuku dengan diam. Aku tidak lupa melemparkan senyuman kecil. "Bukan apa - apa. Aku tidak bisa tidur saja kemarin." Balasku.
"Sebaiknya (Name)-sama tidak begadang. Hal itu tidak baik bagi ginjalmu." Ucap Yuzuru dengan tipikal butler-nya.
"Haha... iya, terima kasih atas nasihatnya."
-
Ritsu mengajakku ke klub teh hari ini, karena Eichi sibuk dengan tugas sebagai ketua OSIS dan Hajime sedang ada latihan unitnya. Ini bukan pertama kalinya, aku sendirian dengan Ritsu. Tapi aku merasa sangat canggung dari biasanya.
"Err... Ritsu-senpai..?"
"Bisakah kau bisa berhenti dengan memakai itu?"
Dia terdengar marah. Apa yang sudah aku perbuat? Maaf, seribu maaf. Aku tidak tahu letak kesalahanku dimana, jadi bolehkah kau memberitahu dimana salahku?
"Ma-Maksudmu?" Tanyaku hati - hati.
"Keigo. Kita satu angkatan, jadi kau tak perlu memanggilku dengan -senpai." Balas Ritsu.
Aku benar - benar tidak mengerti dirinya. Dia ingin dipanggil -senpai dan merasa dihormati, tapi di saat yang sama dia tidak mau dipanggil menggunakan -senpai.
Aku mencium aroma teh yang baru saja kubuat untuk menenangkan diriku. Aku selalu memanggil sahabatku dengan nama keluarganya, jadi aku tidak terlalu terbiasa memanggil nama mereka. Aku merasa terlalu akrab dengan mereka.
"Gimana ya...?" Aku terus memiringkan kepalaku beberapa kali.
Aku masih terasa canggung saat memanggilnya dengan -senpai, apalagi tanpa menggunakannya.
"Kalau secara umur 'kan.. senpai ada diatasku jadi..."
"Bukannya sudah kubilang jangan pakai Keigo?!" Tanyanya dengan nada yang kesal.
Astaga! Maksa banget. Aku memainkan jari - jariku dan memiringkan kepalaku dari kanan ke kiri.
"...Ritsu..." bisikku. Semoga dia tidak mendengarnya.
"Apa tadi? Aku tidak mendengarnya...~" goda Ritsu.
Senyuman itu...
Dia mendengarnya. Aku langsung membuang mukaku dari hadapannya.
"Sangat memalukan..." gumamku.
Ritsu hanya tersenyum kecil. "Mulai besok, panggil aku 'Ritsu' saja."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro