Chapter 21
Hujan turun membasahi bumi dan menciptakan genangan air. (Name) menatap kosong keluar dan ada senyuman kecil tercipta di wajahnya. Dia melihat hasil tangan yang setengah selesai. Halloween akan datang, dia juga tahu Anzu akan menjadi 'Red Riding Hood '. Baginya, gadis itu sangat cocok memakainya ditambah sikapnya yang polos dan sedikit pemalu.
"Ada konser juga nanti.." gumamnya pada diri sendiri.
(Name) membaca ulang e-mail yang dikirim oleh sebuah agensi tadi pagi, yang berisi permintaan mereka untuk berkolaborasi dengannya menggunakan lagu buatan (Name) yang baru. Dengan senang hati dia menerimanya, karena dia punya banyak waktu kosong pada hari itu.
Saking bersemangat dirinya, dia lupa waktu dan tidur telat hanya untuk membuat pakaian.
"Na na na... selesai!" Seru (Name) dan tersenyum bangga saat nelihat hasil karyanya.
Dia merapikan barangnya dan pergi ke garden terrace untuk menikmati sebuah teh. Sampai disana, dia tidak melihat siapa - siapa.
"Huh..? Setahu ku hari ini ada kegiatan tea club," ujar (Name) sambil membuat teh lemon.
Dia berjalan menuju meja yang ada di tempat tersebut. Tampangnya yang berubah menjadi datar saat melihat siapa yang ada tidur disana, siapa lagi kalau bukan... Ritsu Sakuma.
Gadis itu menghembuskan napas panjang dan duduk di sofa dengan nyaman. Dia menghirup dari teh yang baru saja dia buat dan meminumnya.
Dia mengetuk jemarinya diatas meja. Suasana sangat sepi dan hanya suara hujan yang deras yang membuat suasanya menjadi sedikit berisik. Seekor kucing berbulu oren-putih mendekati (Name) yang sedang menikmati tehnya. Kucing itu nelompat ke sofa dan tidur di atas pangkuannya. (Name) tersenyum kecil dan mengelus bulu kucing tersebut.
"Fuh... hari ini sangat merilekskan.." gumam (Name) sambil bersenandung kecil.
"Hush!" Kucing yang diatas pangkuannya pergi..
"Apa kucing itu tidak tahu kalau yang ini sudah ada yang punya?" Wajah (Name) langsung memerah.
"Ma-maksudmu..?!" Tanya (Name) yang mencoba menetralkan wajahnya.
"Kau milikku, (Name)." Jelas Ritsu membuat wajah (Name) tambah merah dari sebelumnya.
"Aku bukan milik siapa - siapa..!" Ritsu menunjukkan wajah sebal dan menutup mulut (Name).
"Shh... aku ingin tidur jangan menggangguku," (Name) mengangguk pasrah dan meminum teh-nya.
"Bukannya sebentar lagi sore....?" Tanya (Name) pada dirinya sendiri. Dia menatap pemuda yang ada di pangkuannya yang sudah terlelap.
Ritsu membuka matanya perlahan, sepasang bola matanya menatap lurus kearah (Name).
"...?? Ada apa, Ritsu-senpai?" Tanya (Name) yang terlihat bingung.
Ritsu PoV
"Ne.. (Name)," panggilku.
"Ya?"
"Apa kau berbuat baik padaku karena aku adik dari 'Rei Sakuma' itu?" Wajahnya terlihat terkejut.
Aku ingin tahu. Apa dia sama dengan yang lain?
"Bolehkah aku jujur, sebenarnya aku tidak peduli kalau kau adiknya Rei-senpai. Pertama kali melihatmu, aku jatuh cinta dengan warna bola matamu. Tapi seiring waktu berjalan, aku mengenalmu lebih banyak. Perasaanku mulai bertumbuh..." ceritanya.
"Ritsu-senpai, manusia itu berbeda dan tiap - tiap dari mereka spesial. Aku tidak membedakan siapa yang akan menjadi temanku atau musuhku. Aku tidak melihat mereka dari keluarga mana, anak siapa maupun adiknya siapa." Wajahnya merona sampai ke telinga.
"Eurgh.. aku tidak menyangka aku menceritakan ini semua kepadamu. Ini sangat memalukan..!" Dia menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua matanya.
Aku menyingkarkan kedua tangannya dari wajahnya. Menampakkan iris violet yang indah. Dia tersenyum kikuk.
"Karena aku mencintai Ritsu-senpai apa adanya," lanjutnya yang diakhiri dengan senyuman khasnya.
Aku bisa merasakan kalau wajahku menghangat. "Apa kau menggodaku?" Tebakku. Aku mencoba mencari kebohongan dalam matanya. Nihil. Dia mengatakannya dari lubuk hatinya.
"Sama sekali tidak. Aku mencintaimu, Ritsu-senpai. Kau orang pertama yang berhasil membuat jantungku berdegup kencang, dan... yang mampu menghapus rasa kesedihan seketika."
"Yang ke berapa?" Tanyaku.
"Kau yang kedua. Yang pertama adalah sahabatku, tapi dia sudah pergi meninggalkanku.." dia menunjukkan raut murung.
"Gomenasai."
"Eh..?? Tidak perlu minta maaf, itu sudah cukup lama. Aku sudah melupakannya, sikapnya mirip seperti dirimu Ritsu-senpai. Mungkin ini hadiah dari Tuhan karena aku sudah ikhlas." Senyumannya yang hangat. Kedua pipinya merona.
Aku mendekatkan kepalaku ke wajahnya dan mengecup keningnya dengan lembut.
"Aku akan tidur sampai sore, nanti bangunkan aku." Aku kembali menutup kedua mataku.
Aku bisa mendengar dia tertawa kecil dan mengatakan kepadaku..
"Aishiteru yo, Ritsu-senpai."
Aku harap... aku mengenalmu sejak dulu... Jadi, kejadian itu tidak akan terjadi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro