Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

Sudah lama kamu tidak sesibuk ini. Kamu meletakkan seurai rambutmu ke belakang telinga, dan kembali fokus menjahit. Kamu mengerutkan keningmu terus menerus karena merasa tidak tenang. Kenapa? Ada yang liatin dirimu dan itu cukup mengganggu konsentrasimu.

Seorang pemuda bersurai hitam duduk di depanmu. Kepalanya diletakkan di lipatan tangannya yang diatas meja. Sepasang manik merah darahnya menatap lurus ke manik violet milikmu, tatapannya sedikit mengantuk. Kamu mencoba fokus ke pekerjaanmu dan tidak memedulikan keberadaan pemuda tersebut.

"(Na~me), berhenti mengabaikanku!" Rengek Ritsu. Kamu mengangkat salah satu alismu dan mengayunkan kakimu ke depan-belakang.

"Sekarang siang hari bukan? Kamu gak merasa ngantuk apa atau pusing? Mumpung ini istirahat--"

"Uzai na...~"

Ritsu mencium aroma darah. Kamu baru saja tidak sengaja menggigit lidahmu sampai keluar darah. Kamu itu mencari tisu di tasmu untuk menyeka cairan merah kental yang lolos keluar dari ujung mulutmu. Ritsu mendekatkan wajahnya dan mengangkat dagumu. Manik merah darahnya menatap lurus ke manik violet itu.

"Ri-Ritsu-senpai... apa yang kau laku--"

Ritsu langsung menciummu itu dengan brutal. Mengajak lidahnya dengan lidahmu untuk menari. Lidah pemuda tersebut mengecek setiap sudut. Dia menggigit bibirmu paling bawah dan menjilatnya. Iris violet itu melebar dan perlahan - lahan meleleh ke ciuman tersebut. Beberapa detik kemudian, Ritsu melepaskan ciumannya, menciptakan benang saliva. Tatapanmu menjadi sayu.

"A-Apa yang terjadi..?"

"Ada darah di lidahmu. Darahmu tidak boleh disia - siakan." Jawab Ritsu sambil mengelap darah yang ada di ujung bibirmu dengan ibu jarinya dan menjilatnya sambil mengedipkan salah satu matanya.

Wajamu tambah memerah dari sebelumnya. Kamu melihat ke sekitarmu dengan panik, takut ada orang yang melihat adegan tersebut.

"Aku pergi dulu..~ Aku tidak mau mendengar rewelan (Name) sepanjang hari." Ritsu meninggalkan ruangan meninggalkanmuyang masih diam mematung sambil memegang bibirmu.

"Mendokusai...!"

-

Pada akhirnya, kamu menghabiskan waktu yang banyak untuk menyesaikan pakaian. Kamu lupa kalau ada beberapa lagi yang harus di selesaikan. Disinilah kamu sekarang, masih di sekolah dengan langit yang dihiasi oleh bintang kerlap - kelip dan bulan purnama yang indah.

Kamu mengambil map berwarna ungu dan berlari menuju ruang musik untuk memainkan lagu yang baru dia susun setengah mati. Kamu tidak pandai dalam menyusun musik, kamu hanya bisa pengarangan syair.

Sampai di ruang musik, kamu langsung naik keatas panggung dan berlari kecil menuju grand piano. Kamu membuka halaman map-mu dan duduk di kursi. Kamu merenggangkan otot jari - jarinya dan menatap tuts hitam putih yang ada di depanmuu. Jarimu mulai menari diatas tuts dengan elegan.

Lagu yang baru kamu pecahkan notnya seperti teka - teki adalah lagu favoritmu. Lirik - liriknya berhasil menyentuh hati mu. Situasi langit saat ini sungguh sempurna. Sinar rembulan memasuki jendela dan menyinarimu.

Mayonaka no Nocturne

-

Ritsu bangun dari tidurnya. Dia mengucek matanya yang masih berat di buka dan melihat ke langit malam. Disaat itulah kekuataannya sebenarnya akan bangkit. Dia berjalan kecil menuju ruang musik.

Di depan pintu yang sedikit kebuka, dia melihat sosok malaikat sedang bermain piano.

Sayap putihnya yang bersih terlihat indah dan sayap hitam pekat yang terlihat rapuh. Rambutnya panjang berwarna coklat keemas - emasan. Dia mengenal sosok itu.

"Adegan ini terasa familiar..." batin Ritsu sambil menghampiri sosok itu.

Dia baru sadar kalau lagu yang di mainkan sosok itu adalah lagu solo-nya. Suara feminim itu terdengar merdu dan bisa mencapai high note dengan sempurna.

Ritsu duduk disamping gadis tersebut. Kamu yang daritadi asik bermain dan jiwanya ikut tenggelam dalam melodi, menyentak kecil saat menyadari Ritsu yang duduk disampingmu.

"Ri-Ritsu-senpai...! Maaf aku baru sadar keberadaanmu." Ucapmu dengan pelan.

"(Name) curang. Ini teritoriku dan kau memasukinya tanpa izinku." Balas Ritsu.

"U-umm... Gomenasai, aku akan pergi. Maaf kalau aku menganggumu." Katamu dan beranjak dari kursi. Ritsu langsung menahan kau untuk pergi.

"Siapa yang memperbolehkanmu untuk pergi?" Tanya Ritsu, dia menatapmu dalam - dalam.

"Kau tidak akan terganggu..?" Tanyamu yang tidak yakin.

"Sama sekali tidak... aku menikmati keberadaan (Name) seperti keberadaan Maakun." Jawab Ritsu membuat dirimu tersenyum kecil.

"Hehe, arigatou."

-

Manik violet itu berbinar - binar melihat jari - jari milik Ritsu menari dengan elegan diatas tuts piano. Matanya tidak bisa lepas dari adegan itu. Senyuman simpul juga tercipta di bibirmu karena rasa takjub merasuki hatimu. Ritsu yang melihat ekspresimu tersebut menyeringai kecil.

"Imut." Ritsu akui sambil terkekeh pelan.

Ritsu memainkan permainannya membuat kau menatapnya dengan bingung. Iris violetmu bersinar karena cahaya rembulan. 

"Kenapa?" Tanyamu sambil memasang wajah cemberut.

"Kau seperti kucing." Jawab Ritsu.

"Karena berisik..? Gomen ne.." balasmu dengan nada menyesal.

"Bukan. Tingkahmu seperti kucing. Fokus pada satu hal yang kau anggap menarik." Kamu mengerutkan keningmu.

"Err.. kenapa harus kucing?" Tanyamu lagi.

"Kenapa ya~? Karena kucing itu imut, sepertimu." Wajahmu langsung memerah. Dari nada suaranya terdengar kalau Ritsu mencoba menggoda dirimu.

"B-Berhenti menggodaku!"   

Diam untuk beberapa saat. Hanya ada suara angin dan kamu yang terus - terusan menghembuskan napas.

"(Name)."

"Kalau kau ingin mengatakan sesuatu hal yang memalukan mendingan--"

"Aku mencintaimu."

Iris violet itu melebar dan melihat pemuda tersebut. Kamu yang ingin mengatakan sesuatu, jadi tidak bisa. Semua kalimat tertahan di ujung lidahmu. Wajahmu langsung memerah, ini bukan kedua kalinya kamu mendengar pengakuan dari Ritsu. Mungkin karena timing-nya sangat pas.

"Aku mencintaimu." Ulangnya.

"Disaat kau tidak bisa mendengar suaraku, disaat kakiku tidak bisa membawaku ke tempat dimana kau berada.. Aku mencintaimu."

Sinar bulan purnama menyinari mereka berdua dan jutaan bintang kerlap - kerlip menghiasi langit malam.

Kamu memegang kedua pipi Ritsu yang dingin.

Hangat. Pikir Ritsu. Dia menggosokkan pipinya ke tanganmu, seperti meminta sebuah kehangatan darimu. Ritsu mengangkat kepalanya, dia sangat terkejut melihat dirimu yang menangis. "Ritsu-senpai."

"A-aku... mencintaimu juga." Balasmu sambil menundukkan kepalamu. "Aku sangat cinta padamu.." isakan keluar dari mulutmu. "Ta-Tapi..."

Kamu tersedu dipelukan pemuda tersebut. Tangisan itu bukan melambangkan kesedihan, melainkan kebahagiaan dan kelegaan hati. Hatimu terasa berat untuk mengucapkan kelanjutannya.

Ritsu mengangkat dagumu. Tatapan kalian bertemu. Ritsu mengecup bibirmu dengan lembut. Pemuda tersebut tersenyum kecil. Kamu mengelus rambut pemuda tersebut dan tersenyum hangat, senyuman yang mampu mengalahkan hawa dingin malam ini.

"Dasar vampir sialan..." umpatmu dengan nada kesal yang dibuat - buat.

"Tapi, kau mencintai vampir sialan ini 'kan?" Goda Ritsu sambil memberikan seringai kecil.

Kamu menghembuskan napas panjang dan mengangguk kecil. "Lagipula, malaikat ini akan selalu mengampuni dosamu dan bersertamu selalu." Ujarmu yang diakhiri senyuman khasnya dan mencium kening Ritsu dengan lembut.

Bagimu, ini adalah malam yang sangat indah.

Dan permohonan egois itu kembali muncul.

Bila saja waktu dapat berhenti...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro