Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17

(Name) melihat penampilannya di cermin. Dia merapikan blazer sekolahnya dan menata rambutnya. Dia memasang jepitan rambut berwarna merah muda dan hasilnya menunjukkan setengah keningnya. Gadis itu tersenyum kecil dan meraih tasnya yang ada di sampingnya. Dia menutup pintu kamarnya dan berjalan ke meja makan.

Dia telah sampai di depan rumah yang familiar baginya. Dia menekan tombol yang ada disamping pagar. Seorang pemuda bermahkota hitam, rambutnya panjang dan beriris merah darah. (Name) tersenyum kecil kepada pemuda tersebut.

"Ah... tidak seperti biasanya melihatmu disini, nona kecil."

"Selamat pagi juga, Rei-senpai. Apakah ada Ritsu-senpai di dalam?" Tanya (Name).

"Dia masih tidur. Walaupun aku sudah membangunkannya dan kita bisa pergi ke sekolah layaknya kakak-adik, dia tidak mau bangun. Lagipula dia bibit vampir dan dia yang paling lemah dalam penyakit ini." Ujar Rei dengan suara yang masih terdengar berat karena baru saja bangun pagi.

(Name) mengangguk mengerti. Gadis itu tersenyum mendengar keluhan Rei, jauh di dalam lubuk hatinya dia berharap kalau kakak laki - lakinya seperti itu.

"Apa kau kesini untuk mengajak Ritsu ke sekolah bersama. Sepertinya Ritsu mendapat teman yang baik. Tapi.. akhir - akhir ini kulihat kalian selalu bersama. Apa ada sesuatu diantara kalian?" Tebak Rei membuat bahu (Name) tersentak.

"E-Enggak kok... kita hanya sebatas teman dan.. Isara-kun menitipkan Ritsu-senpai kepadaku, soalnya dia menginap di sekolah." Jawab (Name) yang mencoba menghapus salah paham.

"Begitu ya.. baiklah. Aku duluan, nona kecil." Ujar Rei.

"Hati-hati di jalan, Senpai."

-

(Name) mendengus kesal melihat Ritsu masih tidur nyenyak di tempat tidurnya. Rasanya gadis itu ingin menendang pemuda tersebut dari tempat tidur, tapi dia harus bersikap baik karena ini rumah orang. 

Dia mendekatkan wajahnya ke kepalanya Ritsu yang masih tidur. Tiba - tiba, dia ditarik ke pelukan pemuda tersebut. Iris violet itu melebar dan wajahnya juga memerah karena rasa malu. Ritsu menenggelamkan wajahnya ke kepala (Name) dan menghirup aroma dari rambut gadis tersebut. Wajah (Name) tambah memerah dari sebelumnya. Pelukannya juga semakin erat.

"Ch-chotto! Ritsu-senpai... berhenti main - main! Nanti kita terlambat...!"

Mata Ritsu perlahan - lahan terbuka, iris merah darahnya masih terlihat lelah. Ekspresinya terkejut melihat (Name) yang ada di pelukannya. (Name) bebas dari pelukan tersebut dan langsung berkacak pinggang.

"Bangun. Isara-kun menyuruhku membangunkanmu karena dia nginap di sekolah." Kata (Name), menjelaskan alasannya.

"Urgh... uzai. Apa yang kau lakukan di kamar orang dan memeluknya tiba - tiba?" Wajah (Name) langsung memerah.

"K-Kau yang memelukku duluan! *sigh*... siap - siap ke sekolah." (Name) meninggalkan Ritsu di kamar sendirian.

-

(Name) sudah berdiri di depan pagar dengan sabar. Dia melirik ke handphone-nya dan mendengus kesal. Beberapa detik kemudian, Ritsu keluar dengan seragamnya dan tasnya.

"Akhirnya kau keluar juga." Kata (Name). Dia meraih peniti dari sakunya dan menusuk ke jari telunjuknya.

Ritsu langsung melihat jarinya (Name) yang sudah berdarah. "Kenapa kau melukai tanganmu?" Tanya Ritsu sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Minum. Hari ini ada tes, kau tidak mau tinggal kelas lagi, kan?" Tanya (Name) sambil menyodorkan jarinya.

Ritsu menyeringai dan mendekatkan wajahnya kepada jarinya (Name). "(Name) sudah berani sekarang ya... Ittadakimasu~" Ritsu langsung menghisap darahnya (Name).

Gadis itu hanya mengalihkan pandangannya dan menutup mulutnya. Wajahnya sudah memerah, dia menyesal atas perbuatannya.

"Itu perbuatan yang berani untuk gadis kecil sepertimu."

"Aku hanya gak akan nyangka kau tidur saat ulangan. Kau tidak mau tinggal kelas lagi, kan?" Kata (Name) sambil memperban lukanya.

"Gak.. aku mau sekelas lagi dengan Maakun. Rasanya aku berenergi lagi! Ayo, (Name)!" Ajak Ritsu sambil menarik lengannya Naomi menuju stasiun. "Fufufu, akhir - akhir ini (Name) selalu memanjakanku rasanya menyenangkan~" gumam Ritsu. Sayangnya, gadis yang ada di belakangnya terlalu panik karena dia berlari dengan cepat.

-

Kedua remaja itu hanya berjalan dalam diam. Situasinya sangat canggung dan (Name) tidak terbiasa akan hal itu. 

"Kau terlihat dekat dengan Anija, (Name). Apa kalian punya hubungan...?"

(Name) menunjukkan raut wajah yang susah dimengerti. Kenapa tiba - tiba Ritsu bertanya seperti itu? Mungkin dia cemburu? (Name) langsung menggeleng kepalanya dengan cepat.

""Anija"? Maksudmu Rei-senpai?" Balas (Name) dengan pertanyaan.

"Aku tidak mau mengakui orang itu sebagai abangku, tapi kita terhubung dengan darah. Aku tidak perlu kakak laki - laki, jadi aku ingin mempunyai adik perempuan.... Bila (Name) adalah adikku, setiap hari pasti akan menjadi menyenangkan~"

Raut wajah (Name) berubah menjadi datar. "Apa dia menganggapku hanya sebagai seorang adik...?" batinnya.

--

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro