Chapter 16
Selama beberapa bulan sekolah disini, akhirnya (Name) menentukan klub apa yang akan dia ikuti. Beda dengan Anzu yang menjadi tamu disetiap klub yang dia datangi, (Name) ingin menjadi anggota resmi dari suatu klub. Sedikit fakta, (Name) dan Anzu mempunya keahlian dalam membuat teh.
Kalau kalian mengira (Name) akan bergabung ke klub teh, itu jawaban yang salah. Dia tidak terlalu suka dengan hal yang sangat tenang, jadi dia pilih klub lain. Hari ini, entah kenapa... (Name) ingin mengunjungi klub tersebut. Sama seperti Anzu, gadis beriris violet itu sering diajak ke teh klub oleh Hajime dan menjadi tamu. Tapi, dia merasa tidak tenang sama sekali.
---
Entah kenapa, (Name) merasa canggung saat melewati Ritsu atau bicara dengannya. Kejadian kemarin terus bermain di benaknya membuat (Name) terus memukul kedua pipinya dengan keras, kalau bisa menonjoknya.
Gadis itu berjalan di koridor kelas dua untuk mencari Hokuto, sayangnya pemuda tersebut tidak ada di ruangan kelas. Dan alasan kedua, (Name) malas mencari ke lantai bawah maupun ke lantai atas.
"Ah! Isara-kun, syukurlah kau ada di lantai dua." Ucap (Name) sambil menghampiri pemuda tersebut.
"(Name)? ada apa?" Tanya pemuda tersebut.
"Anzu menitipkan pesan untuk Hokuto-kun, tapi karena dia tidak ada di kelas. Jadi, aku sampain ke kamu aja." Jawab (Name) sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazer sekolahnya. "Trickstar mendapat pekerjaan idol, seperti interview minggu depan. Udah! Itu saja." Jelas (Name) yang mengakhiri pembicaraan dengan menepuk kedua tangannya.
"Begitu, ya? Terima kasih atas infonya."
"Sans, lagipula itu tugasku sebagai produ-- HIYA!!" Gadis itu melihat ke bahunya. Ada seorang pemuda bermahkota hitam sedang mengistirahatkan kepalanya di pundak (Name).
"Ritsu. Berhenti mengagetkan orang lain dan langsung memeluknya! Lihat (Name) sudah tidak tahan menahanmu."
"Nghh... kenapa? Apa Maakun ingin di peluk juga? Sini~"
"Gak. Terima kasih." Tolak Mao mentah - mentah. "Aku duluan, ada urusan OSIS. Jaa." Kata Mao sambil melambaikan tangannya kepada kedua remaja tersebut.
"Ritsu-senpai... bangun! Aku ingin menyiapkan sesuatu." Mohon (Name) sambil menepuk kepala pemuda tersebut.
Ritsu tetap tidur di bahu (Name), membuat gadis itu merintih keram. "Ritsu-senpai...! Onegai, ini penting dan.. murid lain jadi liat kearah kita..!" Mohon (Name). Ritsu mengangkat kepalanya dari bahu gadis itu dan menguap. Wajahnya menatap sebal kearah gadis itu, (Name) bisa bayangkan ada sebuah panah imajiner menusuk dadanya. "Ditambah kau juga seorang idol! Kau harus menjaga pencitraanmu! Yang kerepotan nanti Knights dan seluruh sekolah, terutama aku kalau rumor aneh mulai bermunculan."
(A/N: Hilih, mbaknya sejak kapan peduli gituan)
"Hidoi nee, (Name). Sekarang sikapmu jadi dingin seperti Maakun." Kata Ritsu masih dengan nada yang kesal.
"Gomen na, tapi ini benar - benar penting... kita akan bertemu lagi." Kata (Name) sambil mengusap kepala Ritsu dengan lembut, membuat wajah pemuda tersebut sedikit merona.
----
Pulang sekolah ada kegiatan klub. Biasanya, Hajime yang membuatkan teh, sekarang giliran (Name) untuk membuat teh kepada anggota lainnya.
Apa kalian tahu bunga Lavendar? Aroma bunga tersebut sangat harum. Lavendar bisa menjadi sebuah teh yang nikmat, manfaatnya bisa mengatasi rasa stress dan merilekskan pikiran dan tubuh. Sangat berguna bagi Eichi yang dipenuhi dengan tugasnya sebagai ketua OSIS.
"Eh...? (Name)-senpai? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya seorang pemuda bermahkota biru muda. (Name) hanya tersenyum kecil dan menunjuk sebuah teko yang sedang dimasak. "Aroma ini... Lavendar? Apakah ini teh Lavendar?" Tanya Hajime lagi sambil berjalan menghampiri gadis tersebut.
"Iya. Aku dengar kau suka aroma Lavendar, makanya aku berencana membuatkanmu sebuah teh ini. Kaichou juga harus meminum ini." Kata (Name) sambil menuangkan tehnya ke teko yang berkesan Eropa.
"Mau membantuku membawanya ke meja?"
Hajime membantu (Name) membawakan perangkat minum teh tersebut.
"Rasanya senang melihat (Name)-senpai mengunjungi klub kami. Seharusnya, aku yang membuatkan tehnya untuk menyambutmu," Kata Hajime dengan wajah berseri. Di mata (Name), pemuda yang ada disampingnya bagaikan seorang malaikat. Bayangin, dengan suaranya yang lembut dan senyumannya yang manis. Gimana caranya dia gak bisa bilang kalau Hajime mirip seorang malaikat?
"Ada apa senpai? Daritadi kau mengamatiku." (Name) hanya tersenyum manis dan menatap perangkat minum teh itu di meja dengan rapi.
"Gak papa hanya-- KYAA! Ritsu-senpai..." ini sudah kedua kalinya dia dikejutkan oleh pemuda tersebut. "Apa dia selalu begini?" Tanya (Name) kepada Hajime.
"Ritsu-senpai selalu begitu, mungkin dia kekurangan tidur kemarin malam." Jawab Hajime.
(Name) menarik badan pemuda tersebut dari kolong meja dan melentangkan diatas sofa. "Mungkin.." gumam (Name) sambil mengelus rambut pemuda tersebut.
Akhirnya, selama setengah jam menunggu Eichi datang juga yang disambut dengan teh Lavendar yang sudah di siap untuk di seduhkan. Sebagai tanda teriam kasih, dia mengusap rambutnya dengan lembut dan memberikan senyuman elegan miliknya ke Naomi.
"Teh buatanmu sangat enak seperti buatan Anzu." Puji Eichi.
"A-arigatou. Apa anda merasa sedikit rileks? Akhir - akhir ini aku melihat anda sangat bekerja keras, jadi saya sedikit khawatir dengan kesehatan anda." Kata (Name) sambil menundukkan kepalanya.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi, kondisiku baik - baik saja." (Name) mengangguk mengerti dan menatap ke cangkirnya.
Pemuda yang tidur di pangkuannya (Name) perlahan - lahan membuka matanya dan langsung memeluk pinggang gadis itu dengan posesif, tapi masih dengan posisi tidurnya.
"Ritsu-kun, kau tidak mau meminum teh buatan (Name)-chan? Tehnya dapat merilekskan dirimu, loh," kata Eichi sambil memamerkan senyumannya yang elegan.
Ritsu duduk dari posisi tidurnya dan menatap cangkir teh yang ada di depannya. "Ngh... mungkin ini dapat membuatku untuk bisa tidur dengan tenang sampai malam hari..." gumam Ritsu kepada dirinya sendiri. Dia meminum teh tersebut, membuat dirinya menjadi rileks... sih benar. Tidur? Belum ada tanda - tanda efeknya.
Gadis yang ada disampingnya mengalihkan pandangannya dari arah lain dan menatap pantulan dirinya di teh tersebut. Sudah lama dia tidak berbincang dengan sekumpulan orang dan menikmati secangkir teh.
Semua topik mereka bicarakan di klub tersebut. Topik apapun mereka bisa buat menjadi pembicaraan yang asik. Atmosfer yang terlalu tenang ini membuat (Name) menjadi sedikit tidak nyaman, atau canggung. Yang dilakukan (Name) hanya meminum tehnya disana dan mendengarkan pembicaraan mereka. Gadis itu juga sangat kaget melihat Ritsu yang bangun dari tidurnya.
Selesai aktivitas klub, (Name) langsung berlari ke taman untuk menghirup udara segar.
"(Name)~ apa kau tidur nyenyak kemarin malam?" Tanya seorang pemuda bermahkota hitam yang berjalan menghampiri (Name).
"Karena kemarin tidak ada kerjaan... jadi, aku lebih awal tidurnya dari biasanya." Jawab (Name) dengan senyuman kecil.
Ritsu langsung memeluk dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak gadis itu. "Apakah tehnya enak?" Tanya (Name) sambil mengelus rambut pemuda tersebut.
"Benar kata Ecchan, teh-nya benar - benar enak.." jawab pemuda tersebut. (Name) tersenyum lega. Tiba - tiba, senyuman itu pudar dan iris violet tersebut menatap pemuda bermahkota hitam.
"Ritsu-senpai... apa aku boleh bertanya sesuatu?" Tanya (Name) membuat Ritsu menaikkan salah satu alisnya. "Ah... tidak jadi. Bukan hal yang penting kok."
***
A/N
AKU KEMBALI!
Ceritanya pendek banget untuk bab ini atau perasaanku aja ://
Mohon maap baru muncul setelah sekian lama diterlantarkan, Ritsu~ /digeplak
Lagi sibuk ke cerita fantasi yang beberapa bulan yg lalu kupublish, padahal stok utk cerita ini juga sudah menunggu untuk dipublish / ngode
Apa aku bikin cerita untuk Mao aja ya???? /eh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro