Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prolog

Awan kabut menyelimuti sebagian tempat di Seoul hari ini. Cuaca tengah sangat buruk untuk beberapa pekan terakhir. Hujan dan badai yang datang seolah tiada hentinya menebar kecemasan. Dan gadis itu hanya bisa terdiam memerhatikan setiap wajah muram yang didapatinya pada etalase kaca cafe yang tengah di tempatinya kali ini.

Apa hal terindah yang bisa merubah suasana hati mereka? Apa seburuk itukah cuaca hari ini sehingga kebanyakan dari mereka terlihat sedih dan nampak tak bersemangat untuk memulai harinya.

Gadis itu mendesah. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna tetapi kenapa mereka tidak dapat mensyukurinya?

Hanya itulah yang ada dipikiran gadis itu sekarang. Setiap harinya, ia merindukan senyuman dari wajah-wajah suram itu. Kebahagian adalah takdirnya, senyuman adalah kekuatannya dan tangisan adalah rasa sakitnya. Jika Tuhan berkehendak, salah satu dari mereka setidaknya bisa mendapatkan senyuman itu kembali. Gadis itu berharap ia bisa merubah semuannya. Ya, semua orang.

'Plak'

Suara tamparan keras menarik perhatian gadis itu. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita yang tengah terduduk dengan tangisan yang teredam dalam kediaman. Jelas sekali bahwa wanita itu tengah menahan rasa sakitnya, terlebih sosok yang telah menamparnya itu adalah seorang pria.

"Diam kau! Apa ini balasanmu setelah apa yang aku lakukan selama lima tahun pernikahan kita? Jika bukan karena diriku, kau mungkin sudah hidup sengsara!" teriak pria itu yang telah berdiri dari kursinya.

Wanita itu masih terisak dalam tangisannya. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat dan hanya bisa menempelkan telapak tangannya seolah menutupi bekas tamparan yang baru saja didapatkannya.

"Bayangkan saja, ketika keluargamu jatuh miskin apakah ada pria yang menginginkanmu?" pria itu berdecak, "beruntung aku mau menikahimu, kau bisa memiliki semua yang sama persis seperti apa yang kau miliki dulu. Jadi seharusnya kau bersyukur untuk itu."

"Kau hanya menganggap pernikahan ini sebagai status saja, kau pikir aku menikahimu hanya untuk mengangkat derajat keluargaku saja? Itu tidak benar," bisik wanita itu lirih dengan wajah yang tertunduk.

"Tidak benar? Lalu apa? Hah?"

"Aku mencintaimu," bisiknya lagi membuat pria itu hanya mendecakkan lidah seolah apa yang didengarkannya bukanlah sesuatu yang berharga. "Aku sudah sangat jelas mencintaimu tetapi kau tidak pernah menghargai perasaanku."

"Tutup mulutmu!"

"Dan kau teganya memiliki wanita lain tanpa aku ketahui selama lima tahun pernikahan kita. Kau bukan hanya membohongiku, kau juga membohongi keluargaku! Kau-"

'Plak'

Satu lagi tamparan keras melayang pada pipi wanita itu membuat semua orang yang ada di cafe itu ikut terkejut dan memerhatikan sepasang suami istri yang tengah berseteru.

"Diam kau, wanita sialan!"

Retakan itu mulai terdengar, nyaris seperti sebuah garis yang melintang panjang. Secara perlahan merapuhkan setiap kekuatan yang telah lama dibangun.

"Kau tidak pantas mengatakan hal seperti itu! Memangnya kau siapa hah? Dengan beraninya kau menuduhku hal semacam itu. Cinta katamu, persetan dengan apa yang kau katakan. Kau mengatakannya karena kau tidak ingin kehilangan kemewahan yang aku berikan kepadamu bukan?"

"Selama ini aku tidak pernah takut kehilangan segalanya?" buka lagi wanita itu dengan emosi yang mulai tersulut. Ia mendongak dan menangis menatap suaminya. "Aku benar-benar mencintaimu tapi kau tidak peduli dengan perasaanmu, jika kau berpikir aku takut kehilangan segalanya, kau salah besar. Ayo kita bercerai!" ungkap wanita itu dengan tekanan kuat di akhir kalimatnya.

Sebagian besar luka itu mulai menghancurkan segalanya. Perlahan mulai patah, retakan kecil berubah kian besar. Merembet menjangkau bagian yang belum pernah tersentuh oleh luka lainnya.

Seperkian detik mereka saling terdiam satu sama lain. Sang wanita membulatkan tekadnya sedangkan sang pria hanya menggeram dalam ejekan.

"Baik, jika itu maumu, kita bercerai!"

Hati itu hancur. Pecahannya mulai menyebar keluar meninggalkan raga sang wanita. Serpihan-seprihannya kian kuat melontar melewati punggungnya. Menyisakan rasa sakit di dada dengan beban kuat di bahunya. Semuanya berantakan, menyisakan goresan luka disetiap serpihannya yang teronggok di lantai. Layaknya kaca-kaca yang pecah.

Pria itu lantas pergi begitu saja meninggalkan sang wanita yang menangis tersedu disana. Wanita itu menekan dadanya kuat-kuat dan jatuh bersimpuh dalam ketidak berdayaan. Hatinya telah hancur menyisakan sakit yang tergores dalam dirinya.

Gadis yang sedari tadi memerhatikan kejadian yang baru dialami wanita itu hanya bisa terdiam. Hanya dengan cinta manusia mengorbankan segalanya, dan juga hanya karena cintalah manusia membunuhnya. Keadaan yang tidak bisa kita hindari ketika mengenal cinta adalah kekecewaan.

Jauh lebih buruk ketika kekecewaan itu berubah menjadi pengkhianatan dan berakhir mejadi rasa sakit. Patah hati tak terelakkan dan kehancuran tidak dapat dihindarkan.

Gadis itu memerhatikan serpihan-serpihan yang menyebar di antara wanita yang tengah bersimpuh itu. Ia mendorong kursinya mundur lantas berdiri dan berjalan mendekati tempat dimana serpihan itu berada.

Disamping wanita itu tengah menangis meratapi pernikahannya yang telah gagal, gadis itu menurunkan tubuhnya untuk menatap buliran bening yang jatuh berlinang dari matanya. Gadis itu menatap penuh iba.

"Kau tidak pantas menangis," bisiknya lirih. "Kau telah melakukan hal yang benar."

Gadis itu kembali menunduk dan melihat serpihan berupa kaca berwarna merah hati di sekelilingnya. Ia mengambil satu potongan besar serpihan itu dan mendapati sebuah nama yang terukir disana.

"Dia akan mendapatkan hal yang setimpal dengan apa yang telah dia perbuat kepadamu selama ini," bisiknya seolah menenangkan tangisan wanita itu.

Gadis itu mendekatkan serpihan-hati-yang didapatkannya kepada wajah wanita itu. Menunggu hingga sebuah tetesan air matanya jatuh membasahi serpihannya.

Gadis itu tersenyum tulus lantas berdiri, mengangkat satu tangannya bersamaan dengan serpihan-serpihannya yang melayang mengitari wanita itu. Gadis itu melepaskan serpihan besar yang ada di tangannya sehingga ikut melayang bersama serpihan lainnya. Berputar-putar sebelum akhirnya hati itu kembali utuh kembali. Hanya sekian detik hingga akhirnya kembali hancur lantas menghilang sebelum akhirnya berubah menjadi debu yang berkilauan.

Gadis itu menatap wanita itu kembali dan hanya bisa menyunggingkan senyumnya tulus. Waktu akan tetap berjalan, luka dihatinya tidak akan lama lagi hilang. Semua rasa sakitnya akan dibalaskan pada pria yang telah menyakitinya itu. Cinta akan bersikap adil. Satu orang merasa sakit, orang lainnya akan mendapatkan hal yang sama. Tuhan akan membalas segalanya.

Gadis itu melangkah mundur. Melangkah perlahan memastikan ketika beberapa pengunjung cafe mulai datang untuk menenangkannya sebelum akhirnya ia berbalik dan berjalan tenang meninggalkan cafe itu.

***


Angel has Broken
©blossomkimp, 2017

***


Sekotak susu dan satu gulungan koran tersimpan tepat di depan sebuah pintu rumah disana. Gadis itu tersenyum memerhatikannya, ia mengingat bahwa setiap harinya pria itu akan keluar sebentar lagi. Dan dugaannya terbukti benar ketika pintu itu terbuka dan menunjukkan sesosok pria yang telah rapih dengan pakaian kantornya.

Gadis itu tersenyum dengan kaku ketika pria itu menyapa sambutan pagi kepadanya disertai senyuman hangat secerah matahari pagi hari ini.

"Hari selasa untuk mengantar susu dan koran?" tanyanya dan gadis itu hanya mengangguk.

Pria itu lantas mengambil sekotak susu dan juga koran pagi yang dimilikinya saat ini. Ia menggumamkan terima kasih membuat gadis itu sedikit tersipu.

"Aku berangkat, aku takut ketinggalan keretaku hari ini. Semoga harimu menyenangkan," ungkap pria itu. Secara rutin pria itu akan mengatakan hal yang sama setiap harinya dan gadis itu tidak keberatan untuk itu. Malah itu sepeti doa untuknya. Sejujurnya pria itulah yang akan mendapatkan hari menyenangkan itu.

Pria itu pamit untuk pergi, kala gadis itu masih berdiri tak menyadari bahwa selama ini hanya gadis itulah yang memerhatikan pria itu. Dalam posisinya kali ini gadis itu tersenyum hangat, seolah matahari pagi itu juga muncul bersamaan dengan senyumannya yang tersungging. Memerhatikan bagaimana pria itu yang berjalan seraya membaca koran paginya lantas meminum sekotak susu sebagai sarapan kecilnya.

Manusia sering mengatakan bahwa hal-hal kecil seperti itu akan memicu debaran jantung berdetak dua kali lipat dari biasanya. Mereka sering mengatakan bahwa perasaan itu begitu sangat menyenangkan untuk dirasakan. Gadis itu menekan dadanya dimana jantung itu seharusnya berada. Andai jika ia bisa merasakannya.

***

Who excited to read my new fluff story?  We go down down beibeh lmao 

Apasih malem-malem jum'at gini malah update prolog gaje kayak gini? Ya aslinya lagi gabut, lagi mager, lagi baper--gak deh bercanda; sebenernya ide ini udah dipikirin lama-lama tapi masih belum nemu outline-nya mau dibawa kemana meskipun premisnya udah ketemu. Takutnya malah aneh dan nemu jalan buntu di tengah jalan, gak enak juga kalo cerita ini tiba-tiba malah macet dan muter-muter di gaze yang gak ada ujungnya kayak exo, halah. 

Jadi, yang kangen manis-manisannya ala kaisoo, boleh deh ditunggu fanfic fluff lagi ini dan makin banyakin sabar-sabarnya untuk update chapter perdana nanti. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro