Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9

Semuanya kembali seperti semula, atau memang pada keadaan dimana seharusnya Kyungsoo bersikap seolah ia memang seorang pekerja biasa ditempat Kim Jongin. Tidak ada banyak obrolan, selebihnya Jongin akan banyak menyuruhnya ini-itu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Seperti yang pernah Jongin katakan. Pria itu benar-benar melakukan apa yang dikatakannya kemarin malam. Bersikap seolah mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya juga tidak pernah ada hal yang terjadi di antara mereka.

Dalam kurun waktu itu, Kyungsoo hanya bisa terus menyalahkan dirinya sendiri karena rencananya selalu berakhir kacau. Kyungsoo bahkan tidak yakin bahwa rencananya yang lain akan berjalan lancar. Ia terlalu takut untuk memulai tetapi lebih takut juga dengan kehidupan Jongin.

Bagaimana jika dia tidak pernah bahagia?

Ketika ia tengah mengepel lantai yang sebenarnya terbilang masih bersih. Yeri tiba-tiba saja menghampirinya dan saat itu juga berdiri di balik tubuhnya seolah ia tengah bersembunyi.

"Ada apa?" tanya Kyungsoo kebingungan.

"Sstt.. diamlah," jawabnya dan Kyungsoo semakin mengernyit tak paham ketika Yeri malah semakin memutar tubuhnya dan berjalan mundur menuju dapur.

Namun gerakannya seketika berhenti ketika Kyungsoo mendapati seorang pemuda menghampirinya. Dari seragamnya Kyungsoo tahu bahwa dia adalah seorang pelajar.

"Permisi, temanku memintaku untuk datang mengambil kue yang dia pesan," ucapnya.

"Oh, kau bisa tanyakan ke sana," tunjuk Kyungsoo kepada Jongin yang tengah berdiri di belakang meja kasir.

Pemuda itu tersenyum dan mengucapkan terima kasihnya kepada Kyungsoo. Saat itulah Kyungsoo meringis ketika merasakan sebuah cubitan kecil di lengannya. Ia berbalik dan menemukan Yeri yang tengah memelototinya.

"Apa?" tanya Kyungsoo bingung.

"Ya, kenapa kau malah berhenti, ayo kembali ke dapur!" titahnya seraya menarik lengan Kyungsoo berulang kali.

"Memangnya kenapa?"

"Ya.. ayo!" ucapnya tak sabaran, menarik tubuh Kyungsoo seketika sebelum akhirnya langkah mereka kembali terhenti karena suara pemuda tadi.

"Yeri?"

Kyungsoo mengernyit, menatap pemuda itu bingung lalu menoleh kepada Yeri yang memejamkan matanya erat sebelum akhirnya ia menoleh dan berubah tersenyum dengan manis disana.

"Ah.. kau disini Mark, kupikir kau siapa," kekehnya dengan canggung.

"Oh.. aku datang untuk mengambil pesananku," ia terdiam sesaat seraya menoleh ke arah pakaian Yeri. "Kau bekerja disini?"

"Ya, pekerjaan paruh waktu."

Pemuda bernama Mark itu mengangguk hingga perhatiannya kini kembali kepada Jongin yang telah memberikan sekotak kue kepadanya. Sebelum pergi Mark menghampiri Yeri hanya untuk sekedar menyapanya.

Kyungsoo tidak buta untuk bisa melihat senyuman Yeri yang begitu terlihat lebar ketika bersama pemuda ini. Sudah terlihat jelas baginya bahwa Yeri nampak menyukai pemuda ini.

Ketika pemuda itu pergi, Yeri menarik lengannya dan membawanya ke pintu utama hanya untuk sekedar menengok kepergian pemuda itu dari balik pintu kaca.

"Dia tampan sekali bukan? Kau tahu dia akan menjadi seorang idol suatu saat ini. Sekarang dia adalah seorang trainee," ucap Yeri.

"Apa itu?"

"Kau tidak tahu?" tanya Yeri dan Kyungsoo mengangguk untuk itu. "Seorang penyanyi sebelum mereka dikenal dan muncul di tv, mereka akan dilatih dulu. Ya semacam itu," jelasnya dan Kyungsoo mengangguk untuk kesekian kalinya.

"Kau menyukainya ya?" tanya Kyungsoo karena jujur saja pertanyaan itu terus menggelutinya ketika ia melihat bagaimana ekspresi bahagia Yeri saat bersama pemuda bernama Mark itu.

"Hah? Apa itu terlihat jelas?" tanyanya dengan panik.

Kyungsoo mengangguk, "aku sedikit memiliki kemampuan untuk membaca perasaan seseorang dari reaksinya," ucapnya disertai gestur dari tangannya. "Itu terlihat sangat jelas."

Yeri menghela napas panjang. "Aku harap dia tidak tahu itu."

"Kenapa?"

"Ya.. kenapa kita malah membahas ini?!" jawab Yeri dengan kesal.

"Ya, aku hanya bertanya. Lagipula aku merasa iri kepadamu bisa merasakan perasaan menyukai seperti itu," ia menghela napas sesaat ketika kembali mengingat apa yang dikatakan Jongin kepadanya. Tentang ucapannya yang mengatakan bahwa Kyungsoo terlihat ragu dengan perasaannya. "Bagaimana perasaan suka itu muncul?"

"Perasaan suka kepada seorang pria?" tebak Yeri dibalas anggukan Kyungsoo. "Itu mudah, ketika kau berhadapan dan menatap pria yang kau sukai, jantungmu akan berdebar dua kali lipat. Kau merasakan sebuah rasa antusias yang berlebih ketika bersamanya bahkan ketika berada di jarak yang sangat dekat. Ya seperti itu," jelasnya lagi. "Kau belum pernah menyukai seseorang ya sebelumnya?"

"Kurasa tidak," jawab Kyungsoo.

"Wah.. bagaimana wanita seumuran dirimu belum pernah merasakan itu. Kau juga belum merasakan jatuh cinta juga kan?"

"Cinta?"

"Benar sekali dugaanku," decak Yeri. "Kau terlihat menyedihkan, pantas saja kau seperti ini. Kurasa. Kau tidak pernah berpacaran sebelumnya. Ckck.. kau bilang kau bisa membaca perasaan orang lain tapi kau bahkan belum pernah merasakannya. Bagaimana bisa?"

"Jika kalian terus bergosip di sana, pelanggan tidak akan mau masuk!" Interupsi seseorang dan kedua gadis itu menoleh kepada Jongin yang tengah menatap mereka berdua dengan kesal.

"Ya.. ya.. kita akan pergi mencari tempat yang pantas buat bergosip. Jangan marah-marah terus!" balas Yeri dengan berani berbeda dengan Kyungsoo yang masih takut menatap Jongin.

"Shhtt.. bos ini, seharusnya dia memiliki kekasih bukannya terus marah-marah dan melampiaskannya kepada kita," desis Yeri. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar Jongin bisa mendengarkan umpatannya tetapi sepertinya Jongin tidak terpengaruh untuk itu. Buktinya Jongin kembali diam dan sibuk dengan pekerjaan-pekerjananya.

Yeri menyenggol lengan Kyungsoo, "aku benar bukan?" tanya Yeri.

Meski Kyungsoo ingin sekali menjawab sama lantangnya, sama seperti yang dilakukan Yeri. Ia hanya menjawab dengan anggukan.

Andai Yeri tahu bahwa ia sudah berusaha untuk melalui cara itu. Menjadikan Jongin kekasihnya; tetapi semua itu berakhir dalam kegagalan.

***

Saat waktu pulang, lagi, Yeri akan lebih memilih pulang lebih dulu dengan alasan bahwa kakaknya akan menunggunya jika ia pulang terlalu malam. Alhasil hanya Kyungsoo yang harus menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan bersama. Bukan hanya mencuci piring dan mengepel lantai. Ia juga harus memasukkan kembali kue-kue yang tidak terjual ke lemari pendingin seperti kemarin malam.

Sedangkan Jongin? Dia tidak melakukan apa-apa. Berbeda dengan tadi siang. Pria itu lebih terlihat tengah mengawasinya. Kyungsoo berpikir mungkin Jongin takut bahwa ia akan menjatuhkan kue-kuenya, maka dari itu Kyungsoo berusaha keras untuk tidak melakukan kesalahan kali ini.

Setelah bekerja dengan penuh perjuangan, Kyungsoo berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan bernapas lega bahwa ia tidak menjatuhkan satu piring pun kali ini.

Ia baru saja keluar dari dapur ketika ia masih dikejutkan dengan keberadaan Jongin yang masih berdiri di tempat yang sama dan menatapnya. Kyungsoo bingung, ia takut dan hanya menunduk selagi ia berjalan untuk pulang.

"A.. aku pulang," ucap Kyungsoo masih dengan wajahnya yang menunduk.

Kyungsoo tahu ini tidak sopan, Minseok sering sekali mengingatkannya. Tetapi mau bagaimana lagi, ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa jika ia menatap Jongin secara langsung. Ia takut sekaligus malu. Entahlah, perasaannya sangat sulit untuk dijabarkan kali ini.

'Duk!'

"Aww!" ringis Kyungsoo.

Ia memegang pelipisnya dan mengangkat wajah untuk menemukan bahwa ia telah menabrak sisi pintu utama. Bukannya mendorongnya, ia malah berakhir menabrak bagaian pintu lain. Ia masih meringis selagi meredakan rasa sakitnya ketika suara Jongin memecah keheningan.

"Kau payah dalam menggunakan matamu," ucap Jongin dan Kyungsoo hanya bisa tertunduk tak mampu untuk melawan.

Kyungsoo bisa merasakan bahwa Jongin melangkah mendekat dan selagi ia masih tertunduk diam, ia melihat pintu utama terbuka. Kyungsoo mengangkat wajahnya dan melihat Jongin telah membukakan pintu untuknya.

"Pulanglah," titah Jongin.

Kyungsoo mengalihkan perhatiannya dari pintu yang terbuka itu untuk menatap Jongin. Seketika perasaan asing itu kembali muncul. Jantungnya berdebar dua kali lipat dengan perasaan menggelitik yang membuatnya tersipu saat itu juga.

Kyungsoo masih ingat apa yang dikatakan Yeri tadi siang bahwa perasaan suka itu muncul ketika jantungnya berdebar dua kali lipat dan merasa senang ketika berada di jarak yang teramat dekat dengan pria yang kau sukai. Apa ini perasaan yang dimaksud Yeri. Itu berarti Kyungsoo memang menyukai Jongin?

"Bos," ucap Kyungsoo dan Jongin hanya mengangkat alisnya menunggu. "Kurasa kini aku benar-benar menyukaimu."

Butuh jeda waktu yang lama ketika Kyungsoo mengutarakan perasaannya tadi. Namun saat itu juga ia bisa mendengar decakan Jongin yang membuat Kyungsoo kembali menunduk takut.

"Kau masih bisa bercanda saat ini?"

"Aku tidak bercanda," gumam Kyungsoo dan Jongin kembali berdecak.

"Cepatlah keluar, aku ingin mengunci cafe ini," titah Jongin dan saat itu juga Kyungsoo buru-buru menuruti perintah Jongin.

Ia masih berdiri menunggu hingga Jongin selesai mengunci pintu cafe ketika lagi-lagi Jongin menoleh lantas bicara dengan nada dingin kepadanya.

"Cepatlah pulang," ujar Jongin.

"Aku hanya menunggu bos saja, aku tidak punya teman sampai ke halte nanti," jawabnya.

"Aku tidak pulang, aku akan pergi ke tempat lain. Pergilah sendiri."

Tanpa menunggu jawaban Kyungsoo Jongin berjalan ke arah yang berlawanan dengan Kyungsoo. Saat itu juga Kyungsoo menghela napas kecewa. Sangat sulit untuk mendekatkan diri dengan Jongin, berbeda seperti dulu. Rasanya dulu Jongin tidak sesulit ini. Entah kenapa hal itu malah membuatnya kesal. Untuk pertama kalinya Kyungsoo berharap bahwa Jongin bisa merasakan sakit, sama seperti yang dialaminya tadi karena harus menabrak ujung pintu yang runcing.

'Bugh!'

Kyungsoo memelototinya ketika melihat Jongin jatuh tersungkur. Dengan panik ia berlari mendekati Jongin dan terkejut melihat luka yang sama seperti miliknya, di pelipisnya. Juga di siku lengannya. Bagaimana bisa luka ini ditimbulkan hanya karena jatuh saja? Kyungsoo tidak menyangka bahwa keinginannya berubah jadi nyata. Tapi tidak sampai separah ini.

"Bos, kau tidak apa-apa?" tanya Jongin khawatir dan Jongin membalasnya dengan sebuah gelengan.

Jika tahu akan berakhir seperti ini, Kyungsoo mungkin sebaiknya harus tetap bersikap baik kepada Jongin. Jujur saja, ia merasa menyesal.

***

Jongin mengoles sendiri luka lecet yang ada di siku dengan obat yang baru saja dibelinya. Ia masih di minimarket, menunggu ketika hujan tiba-tiba turun saat itu juga.

Ia tidak sendirian disini, ada Kyungsoo yang sedang duduk disampingnya dengan keadaan basah kuyup. Rambutnya yang basah terlihat berantakan dan pakaiannya yang basah juga meneteskan air hingga membasahi lantai minimarket. Jongin awalnya tidak mengerti kenapa gadis ini malah mengikutinya tetapi gadis itu hanya menjawab ia hanya khawatir dengan keadaan Jongin.

Entah apa yang terjadi kepada dirinya, tetapi melihat keadaan gadis itu terlebih ia juga tidak mungkin menyuruh Kyungsoo untuk pergi, pada akhirnya Jongin membiarkan gadis itu bersamanya dan memberikan secangkir kopi hangat untuk sekedar menghangatkan tubuhnya yang basah.

"Itu sakit ya? Maafkan aku," ucap Kyungsoo tiba-tiba dan Jongin menatapnya bingung.

"Kenapa kau harus meminta maaf? Aku jatuh sendiri."

"Aku tahu, tetapi kurasa semua ini karenaku."

Jongin masih mengangkat alisnya dan ia berbalik, memilih duduk berhadapan dengan Kyungsoo. Menunggu ketika Kyungsoo kembali membuka suaranya.

"Aku tadi menyumpahimu, aku ingin kau juga merasakan sakit seperti aku menabrak pintu tadi. Tidak tahunya kau malah jatuh," terang Kyungsoo.

Lama Jongin terdiam, memerhatikan bagaimana Kyungsoo yang kembali tertunduk. Entah itu memang karena ia takut atau memang sudah menjadi kebiasaannya. Semakin lama ia mengenal Kyungsoo, Jongin juga semakin banyak mengenal bagaimana tingkah laku gadis itu.

"Maaf, lain kali aku tidak akan menyumpahimu lagi," lirih Kyungsoo lagi dan itu berhasil menarik gelak tawa Jongin.

Tawa pertamanya untuk Kyungsoo. Bahkan Kyungsoo terlalu bingung dengan reaksi Jongin kali ini ketika ia mengangkat wajahnya.

"Ternyata kau jahat sekali," ejek Jongin. "Lain kali berhati-hatilah dengan ucapanmu. Kau tahu kan itu merugikan orang lain dan sekarang lihat aku. Aku terluka karena dirimu."

"Maaf," bisik Kyungsoo sekali lagi dan Jongin kembali tertawa.

"Sudahlah, jangan terus minta maaf. Mungkin itu hanya kebetulan saja. Bagaimana menjelaskannya ya," Jongin menggaruk tengkuknya sendiri. "Hanya saja tadi seperti ada yang sengaja menjegal kakiku. Aku tahu ini aneh tapi ya sudah.. lupakan saja. Sebenarnya apa yang aku bicarakan sekarang?" decaknya sendiri sebelum akhirnya kembali menuangkan sedikit obat merah kepada kapas yang baru.

Diam-diam ia menatap Kyungsoo yang masih memerhatikannya. Jongin tahu ini mungkin terdengar aneh bagi Kyungsoo tentang bagaimana ia bisa jatuh tadi. Tetapi Jongin hanya ingin meluruskannya saja karena tidak ingin Kyungsoo merasa bersalah; meskipun ia juga pantas disalahkan. Kyungsoo sudah bekerja sangat keras hari ini ditambah ia yang terus memarahinya sepanjang hari. Setidaknya ini adalah sedikit imbalan untuk kesabaran Kyungsoo menghadapinya.

"Perlu bantuan?" tanya Kyungsoo dan saat itulah Jongin menatapnya. "Biar aku membantumu," ucapnya mengulurkan tangan meminta.

"Kau bisa?" tanya Jongin penasaran meskipun ia sendiri merasa konyol menanyakan pertanyaan seperti ini.

"Aku berusaha berhati-hati," ucap Kyungsoo penuh yakin.

Jongin ingin sekali mendengar jawaban itu tetapi ia mencoba menahannya dan memberikan kapas yang telah terbunuh obat merah itu kepada Kyungsoo. Ia mengulurkan lengannya dan membiarkan Kyungsoo untuk mengobatinya.

Entah kenapa ia merasa geli melihat gadis itu yang seolah takut untuk mengoleskan lukanya. Seakan Kyungsoo akan benar-benar menyakiti Jongin jika ia sedikit saja melakukan kesalahan.

Membiarkannya sedikit tenang, akhirnya Jongin bicara.

"Oleskan saja, ini hanya luka kecil. Itu tidak akan apa-apa," terang Jongin dan Kyungsoo mengangguk patuh.

Saat itu juga Kyungsoo melakukan perintah Jongin namun tidak lama setelah itu Jongin langsung meringis kesakitan. Sontak hal itu membuat Kyungsoo terkejut lantas mengangkat lengannya tinggi-tinggi. Takut bahwa ia akan menyakiti Jongin lebih parah lagi.

"Kubilang hanya mengoleskannya bukan menekannya," ucap Jongin sedikit kesal.

"Maaf, aku tidak sengaja," cicitnya. "Aku akan berhati-hati kali ini."

Jongin menghela napas sesaat sebelum akhirnya ia mengangguk mengizinkan. Saat itu juga tangan Kyungsoo turun dan kini beralih meraih tangan Jongin.

Ada sesuatu yang aneh terjadi kepada dirinya ketika Kyungsoo menarik lengannya dengan halus untuk mendekat. Sentuhan itu mampu membuat Jongin terdiam sejenak, bahkan hampir mati rasa ketika Kyungsoo mulai mengoleskan obat merah itu di lukanya.

Seperti halnya mimpi, Jongin hanya bisa melihat Kyungsoo yang begitu telaten merawat lukanya. Seperti sebuah perasaan yang sudah lama sekali hilang dalam hidupnya dan saat itulah sosok Eunbin muncul dalam benaknya.

Ia tersentak dan menarik tangannya menjauh. Kyungsoo menatapnya bingung dan saat itulah kesadarannya kembali hanya dengan melihat tatapan lugu gadis di hadapannya ini.

"Apa itu sakit lagi?" tanya Kyungsoo dan Jongin hanya membisu. "Sepertinya aku tidak pandai merawat orang. Sebaiknya aku tidak melakukan apapun agar tidak semakin menyakitimu."

Kyungsoo menjauhkan tangannya. Ia menyimpan kapas tadi dan beralih menyentuh beberapa barang lain yang dibeli Jongin untuk mengobati lukanya. Kyungsoo mengambil sebungkus plester dan mulai memutar-mutar kertas tipis itu untuk mencari tahu kegunaannya.

"Aku harap aku bisa melakukan semua pekerjaanmu dengan benar," bisik Kyungsoo dan itu mampu menarik perhatian Jongin untuk kembali menatapnya.

Dari tatapannya, Jongin bisa menemukan bagaimana kesedihan itu muncul dalam diri Kyungsoo. Sungguh, ia bahkan tidak bermaksud menarik lengannya begitu saja, hanya saja ia terlalu terkejut tentang kenangan lama dirinya. Melihat Kyungsoo yang seperti ini, itu malah mengingatkan Jongin tentang bagaimana dirinya yang selalu merasa tidak pernah melakukan pekerjaan dengan baik. Jongin menatap kembali lukanya dan saat itulah ia mengulurkan lengannya kepada Kyungsoo.

"Kau bisa," ucap Jongin seketika. "Tempelkan itu di lukaku," titah Jongin.

Kyungsoo terdiam, ia hanya bisa menatap Jongin dengan bingung dan Jongin tidak cukup sabar untuk menunggu reaksi Kyungsoo. Pada akhirnya ia membuka bungkus plester itu, melepaskan lapisan tertipisnya lalu memeberikannya kepada Kyungsoo.

"Tempelkan ini pada lukaku," titahnya lagi, "bukankah kau ingin melakukan pekerjaanmu dengan baik?" Kyungsoo mengangguk singkat dan Jongin tersenyum untuk itu. "Lakukanlah."

Meskipun ia harus menunggu lama Kyungsoo, pada akhirnya Kyungsoo melakukan tugasnya. Ia mendekat dan dengan hati-hati menempelkan plester kecil itu pada luka Jongin. Setelah berhasil menempelkan satu plester itu, Jongin memerintahkan Kyungsoo untuk menempelkan plester di luka lainnya yang tidak tertutupi sampai akhirnya Kyungsoo bisa melakukannya dengan baik.

"Lihat, kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik sekarang," ucap Jongin sengaja agar tidak membuat Kyungsoo kecewa.

Namun respon Kyungsoo hanya diam. Selebihnya gadis itu malah menatapnya dan Jongin terlalu bingung untuk bertanya. Ia takut ada sesuatu yang aneh diwajahnya. Pada akhirnya menyentuh permukaan wajahnya untuk mencari tahu apa yang salah pada dirinya.

"Ada sesuatu di wajahku?" tanya Jongin mulai bingung.

Kyungsoo mengangguk, "Masih ada luka disini," tunjuk Kyungsoo pada pelipisnya hati-hati dan untuk kesekian kalinya Jongin hanya bisa membeku akan sentuhan itu. "Aku bisa mengobatinya kan?"

Jongin menyentuh letak lukanya dan hanya bisa mengangguk untuk menyetujuinya.

"Kali ini, aku akan melakukannya dengan hati-hati. Aku janji," ucap Kyungsoo.

Membiarkannya, Kyungsoo dengan telaten mengobati luka Jongin. Sebelumnya ia mengoleskan sedikit obat merah pada luka di sekitar pelipisnya. Setelah itu menempelkan plester itu dengan perlahan disana. Jongin terlalu bingung untuk mengetahui apa yang telah terjadi kepada dirinya. Semuanya terasa aneh dan ia tidak bisa menghindar hanya karena tangan Kyungsoo yang mulai menekan kecil setiap ujung plester di pelipisnya agar menempel dengan kuat.

Ketika Kyungsoo duduk, Jongin masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Meskipun ia mengenalnya tetapi jujur saja, dalam benaknya Jongin ingin sekali mencari tahu siapa Kyungsoo sebenarnya. Ia tidak pernah berbohong bahwa perasaan tak asing itu selalu muncul ketika ia berada Kyungsoo. Seolah mereka pernah saling mengenal sebelumnya. Seolah mereka pernah begitu sangat dekat. Jongin hanya menutupinya di hadapan Kyungsoo tetapi dibelakangnya, Jongin akan menatap Kyungsoo dalam waktu yang lama hanya untuk mencari tahu sedikit saja memori dari ingatannya tentang gadis itu.

"Ini akan cepat sembuh kan?" ucap Kyungsoo menyadarkan Jongin kembali pada kesadarannya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa selain mengangguk.

Ketika Kyungsoo mulai membersihkan beberapa sampah yang tercecer di meja, Jongin menemukan luka kecil di pelipis Kyungsoo dan ia tidak terlalu bodoh untuk mengetahui bahwa luka itu ditimbulkan saat gadis itu menabrak ujung runcing pintu.

"Kau juga terluka," ucap Jongin. Ia menyuruh Kyungsoo untuk berhadapan dengannya dan beruntunglah masih tersisa beberapa plester dalam bungkusnya yang belum terpakai.

Jongin mengambil salah satunya dan menempelkannya pada luka Kyungsoo.

Ketika Jongin baru saja selesai, ia terkejut ketika gadis itu tiba-tiba berdiri dan membungkukkan tubuhnya memberi salam.

"Aku lupa, ayahku akan menjemputku. Aku akan pulang!" ucap Kyungsoo lantang.

Jongin terheran dengan tingkah gadis itu. Bahkan sebelum ia bisa mencegahnya. Kyungsoo telah lebih dulu keluar dan meninggalkan Jongin juga minimarket tempatnya berteduh tadi dengan berlari. Kyungsoo menerobos hujan yang lebat dan Jongin terlalu khawatir dengan keadaan gadis itu di tengah kondisi seperti ini.

Ia bertanya lebih kepada dirinya sendiri meskipun ia tahu itu tidak terlalu penting baginya; apakah Kyungsoo akan baik-baik saja?

***

"Hei Kyungsoo.. kau sebenarnya kenapa?!"

'Duk!'

Dengan sekejap, Kyungsoo menutup pintu kamarnya. Hampir bersamaan ketika Minseok ingin memasuki kamarnya. Beruntungnya pintu itu tak langsung membanting wajah ayahnya itu dan malah membuat Minseok bingung dengan tingkah Kyungsoo sejak ia menjemputnya tadi.

Sedangkan Kyungsoo di dalam kamarnya hanya bisa menjerit tak menentu. Ia melemparkan tubuhnya terkelungkup di atas kasur lalu menghentakkan kakinya beberapa kali di sana. Ia tidak tahu kenapa tapi ia merasa jantungnya akan meledak setiap kali mengingat bagaimana cara Jongin menatapnya tadi.

Kyungsoo terduduk lantas menepuk pipinya beberapa kali.

"Sadarlah Kyungsoo, sadarlah."

Lama Kyungsoo terdiam membayangkan bagaimana Jongin memperlakukannya tadi membuat Kyungsoo lagi-lagi tersenyum lalu menjerit senang.

"Ahh.. apa ini perasaan yang Yeri katakan?" tanyanya kepada dirinya sendiri. Membayangkannya saja membuat Kyungsoo senang seketika.

"Aku tidak percaya kau bisa senang karena pria menyebalkan seperti itu," ucap seseorang dan Kyungsoo tidak bodoh untuk mengetahui bahwa itu suara Sehun.

Kyungsoo seketika menatap sekelilingnya mencari keberadaan pria itu. "Sehun?"

"Kau masih tidak melihatku?"

"Tentu saja tidak, dimana kau?" tanya Kyungsoo.

"Sudahlah, karena kau tidak bisa melihatku itu sudah cukup mengesalkan bagiku. Jangan ditanya dimana keberadaanku, kau juga tidak akan pernah melihatku."

Dari suaranya Kyungsoo dapat membayangkan bagaimana wajah kesal nan dingin pria itu. Sedikit, Kyungsoo bahkan hampir lupa bagaiman wajah Sehun sekarang.

"Kurasa kau akan mengacaukan pekerjaanmu lagi sekarang."

"Apa? Apa maksudmu?" tanya Kyungsoo terkejut ketika mendengar ucapan tak terduga Sehun.

"Kurasa Minseok memiliki saran yang bodoh untukmu, bagaimana bisa kau menjadi kekasihnya?"

"Ya tentu saja aku bisa, aku kan seorang manusia sekarang."

Suara decakan terdengar dan entah kenapa itu terdengar mengesalkan bagi Kyungsoo.

"Jika aku bisa menyentuhmu, aku ingin sekali memukul kepalamu sekarang," tentu saja ucapan Sehun itu membuat Kyungsoo melotot seketika.

"Ya.. kenapa? Kau selalu jahat kepadaku!" teriak Kyungsoo.

"Bukan itu, tapi untuk membuat kau berpikir."

Kyungsoo terdiam sesaat ketika ia merasakan sesuatu seperti tengah duduk disampingnya. Jika itu benar, mungkin Sehun tengah duduk didekatnya saat ini.

"Kau tahu apa pekerjaanmu sebenarnya Kyungsoo. Kau hanya malaikat pengumpul hati, meski kau hidup dan menjadi manusia sekarang. Itu semua tidak menutup kemungkinan bahwa kau tetaplah malaikat dan semua larangan itu berlaku meskipun kau tetap menjadi seorang manusia."

"A.. apa yang kau maksud?" tanya Kyungsoo mulai merasa takut.

"Jujur saja aku khawatir padamu. Jika kau memiliki perasaan itu, aku takut terjadi sesuatu yang buruk menimpamu."

"Maksudmu perasaan suka?"

Kyungsoo menunggu cukup lama dari jawaban Sehun sebelum akhirnya pria itu kembali bicara. "Bahkan lebih dari itu Kyungsoo, bagaimanapun aku menyayangimu sama seperti adikku. Aku sudah cukup khawatir karena kau tidak bisa melihatku dan lebih khawatir lagi ketika kau menjadi seorang manusia," ucapnya sebelum akhirnya ia menghela napas sesaat. "Ngomong-ngomong aku akan menjagamu. Termasuk dari pria menyebalkan itu. Itu hanya permulaan tapi jika dia menyakitimu, aku akan lebih banyak memberinya pelajaran."

Kyungsoo tahu bahwa pria yang dibicarakan Sehun saat ini tentu saja adalah Jongin. Akan tetapi ketika ia mendengar penuturan Sehun tadi. Entah kenapa ia kembali ingat tentang Jongin yang mengatakan bahwa ia jatuh seolah ada yang telah menjegal kakinya. Ia langsung menatap tajam ke sisi tubuhnya meski ia sendiri tak yakin apa Sehun ada disana atau di sisi lainnya.

"Ya! Kau yang membuat Jongin jatuh kan?"

Sama sekali tidak ada jawaban dan Kyungsoo langsung berteriak memanggil.

"Ya.. Sehun! Sehun! Dimana kau?!"

Tetap tidak ada jawaban sekeras apapun Kyungsoo mencoba. Inilah kali pertama ia merasa kesal tidak dapat melihat Sehun. Kemungkinan besar ia telah pergi, tetap seperti kebiasannya yang akan pergi meninggalkan Kyungsoo sesuka hatinya.

Kyungsoo jatuh terduduk lantas kembali memikirkan ucapan Sehun sebelumnya.

"Memiliki perasaan ini tidak akan seburuk itu," Kyungsoo menyentuh letak jantungnya yang mulai kembali berdebar dengan normal. "Tidak, semuanya akan tetap baik-baik saja."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro