Bab 8
Sebuah bus sampai di perbehentian halte tempat mereka bersama kali ini. Bersamaan dengan itu juga Kyungsoo melepaskan ciumannya. Ia bergumam sesaat namun Jongin tidak dapat mengerti apa yang diucapkan gadis itu.
Sebaliknya untuk bertanya, Jongin terlalu terkejut dengan apa yang di alaminya beberapa saat yang lalu.
"Aku tidak sengaja, aku bersumpah!" ucap Kyungsoo dengan keras dan Jongin sama sekali tidak menanggapinya selain tetap diam ketika gadis itu mulai menggiringnya memasuki bus.
Kyungsoo mendorong punggung Jongin maju dan terus mengulang ucapannya untuk meminta maaf. Tubuh Jongin terpaksa masuk begitu saja menaiki bus ketika Kyungsoo langsung mundur untuk menjaga jarak dengan bus yang akan melaju itu.
Jongin merutuki jalan pikirannya yang terbilang lambat untuk memahami yang baru saja terjadi. Namun ketika ia akan berteriak untuk memanggil gadis itu, pintu bus telah tertutup. Alhasil Jongin hanya bisa menatap Kyungsoo dari dalam bus dengan pikiran yang berkecamuk. Termasuk dengan hatinya kali ini.
Apa yang telah terjadi kepadanya?
***
Tidak biasanya Sungwoon datang sepagi ini. Ya, mungkin dulu mereka biasanya akan pergi untuk membeli kopi sebelum berangkat bekerja bersama. Tetapi mengingat pekerjaan mereka telah berbeda terlebih setelah Jongin memilih untuk resign, ia tidak memiliki banyak waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya termasuk Sungwoon. Tetapi Jongin harus mengakui bahwa dalam keadaan sulitnya bahkan hingga sampai saat ini Sungwoon selalu bersamanya. Itu yang disyukurinya.
Mereka berjalan bersama dengan secangkir kopi di tangan mereka. Saling berbincang seperti biasanya namun topik tentang apa yang tengah ramai diperbincangkan kali ini berubah menjadi topik siapa gadis yang mengikuti Jongin kemarin malam. Tanpa bertanya pun Jongin sudah tahu bahwa Sungwoon menanyakan tentang Kyungsoo.
"Dia hanya pegawai baruku," ucap Jongin setengah malas.
"Kupikir hanya Yeri saja yang bekerja di tempatmu?"
"Entahlah, dia datang begitu saja, meskipun kutolak dia tetap akan kembali lagi," jawabnya acuh seraya meminum kopinya sedikit.
"Benarkah? Tapi kurasa gadis itu memiliki tujuan lain," ucap Sungwoon dengan curiga.
"Apa maksudmu?"
"Seorang pegawai meminta pulang bersama dengan bosnya, kalian tidak memiliki hubungan apa-apa kan?" tanyanya dengan mata yang memicing.
"Apa yang kau bicarakan? Hubungan apa?"
Sungwoon tertawa dan itulah yang semakin Jongin tidak memahami apa yang dimaksud temannya ini.
"Oh ayolah Jongin.. setelah sekian lama aku baru melihatmu dekat dengan wanita lain sekarang."
"Apa aku terlihat dekat dengannya heh?"
"Kalian terlihat sudah saling mengenal lama, kau mengenal dia dimana?" tanya Sungwoon penasaran.
"Entahlah," jawab Jongin dan entah kenapa itu malah kembali mengingatkan Jongin tentang mimpinya. Mimpi yang seolah menghantuinya selama ini termasuk kemunculan Kyungsoo dalam hidupnya kali ini. "Tapi dia pernah muncul di mimpiku," lanjutnya lirih.
"Siapa? Gadis kemarin itu? Bagaimana bisa?" tanya Sungwoon terlihat bingung.
"Aku tidak tahu, tetapi di dalam mimpiku," Jongin menahan napas untuk beberapa saat kembali mengingat mimpi yang begitu sangat nyata itu meskipun sudah berlalu telah sangat lama. "Aku membunuhnya."
Sungwoon sama sekali tidak menanggapi ucapannya. Jongin menunggu namun tidak ada respon yang didapatkannya, pada akhirnya ia menoleh dan melihat seringaian Sungwoon yang seolah mengejeknya.
"Kau bercanda ya?" tanya Sungwoon tak percaya.
"Itu hanya terasa nyata."
Sungwoon menepuk bahu Jongin seolah ia tengah menenangkan Jongin tentang mimpinya kali ini.
"Biasanya mimpi buruk adalah kebalikan dari apa yang akan terjadi di dunia nyata. Ya semoga saja pertemuanmu dengan gadis itu merupakan salah satu dari takdir baikmu," ucap Sungwoon lantas melangkah untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Jongin hanya sedikit memiringkan kepalanya mencoba memahami ucapan Sungwoon. Ya bisa saja, siapa yang tidak menginginkan takdir baik terjadi dalam kehidupannya.
"Ngomong-ngomong siapa namanya, mungkin aku bisa berkenalan dengannya jika kau memang tidak mau dia," godanya dan Jongin hanya berdecak untuk itu.
"Namanya Kyungsoo."
"Kapan dia datang?"
"Aku tidak tahu," jawab Jongin acuh sebelum ia kembali mengingat apa yang telah terjadi diantara mereka tadi malam. Terlihat jelas bahwa gadis itu mencoba menghindar dari Jongin ketika dia tiba-tiba menciumnya. Kyungsoo mungkin akan datang seperti kemarin saat waktu buka cafe masih lama. Tetapi ia juga tidak yakin bahwa Kyungsoo akan datang seperti kemarin mengingat kejadian kemarin begitu mengejutkannya; atau mungkin Jongin sendiri.
Jongin hanya tinggal menunggu apakah Kyungsoo memiliki keberanian untuk datang menemuinya setelah apa yang terjadi di antara mereka tadi malam.
***
Kyungsoo menghabiskan banyak makanan ringan saat ini. Tidak memedulikan bagaimana kekacauan yang dibuatnya dan lebih memilih memerhatikan adegan demi adegan yang ditayangkan di layar televisi dirumahnya.
Ia terus menggigit keripik kentang; yang mungkin adalah bungkus terakhir yang dimilikinya.
"Aku melakukan hal yang benar bukan?" gumamnya sendiri ketika melihat adegan romantis yang ditunjukan pemeran utama dalam drama yang ia tonton saat ini. "Aku melakukannya, aku memintanya menjadi kekasih bahkan menciumnya. Tapi reaksi Jongin tidak seperti itu," lanjutnya dengan kecewa.
Jujur saja ia iri ketika melihat pria itu tersenyum ketika sang wanita menyatakan perasaannya. Sudah sangat jelas bahwa pria itu bahagia. Tapi kenapa Jongin tidak menunjukkan reaksi yang sama. Dia sama sekali tidak tersenyum dan menjawabnya. Sebaliknya dia malah tetap diam dan menatap Kyungsoo tanpa bisa ia pahami.
Ketika Kyungsoo kembali mengingat apa kesalahan yang telah dibuatnya kemarin malam, hanya satu yang ia lakukan adalah menyangkal dan mendorong Jongin untuk pergi menaiki bus saat itu juga. Oke, itu diluar rencana Kyungsoo tetapi tetap saja. Bagaimanapun Kyungsoo masih memiliki rasa malu.
Terkadang Kyungsoo tidak mengerti apa yang salah dengan dirinya tetapi terkadang juga ia akan menyesal dan merasa malu atas perbuatannya. Sialnya Kyungsoo bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini jika ia bertemu Jongin nanti.
"Apa yang terjadi disini?!" teriak seseorang dan respon Kyungsoo masih tetap sama. Diam dengan drama yang ditontonnya. Meski ia tahu siapa yang baru saja berteriak marah saat ini.
Suara langkah kinj berhenti tepat di samping Kyungsoo.
"Kau tidak berangkat bekerja?" tanya Minseok.
"Tidak, aku tidak mau berangkat bekerja."
"Kenapa? Kau dipecat?" tanya Minseok mengingat bahwa kemarin malam ia juga menjemput Kyungsoo dan selama itu juga gadis itu tetap diam selama perjalanan bahkan hingga sampai dirumah.
"Tidak."
"Kau dimarahi?"
"Tidak."
"Lalu kenapa?"
"Aku malu bertemu dengan Jongin saat ini."
"Malu?" Minseok mengernyit. Ia menyingkirkan remahan keripik yang ada di sofa sebelum akhirnya duduk di samping Kyungsoo. "Apa yang terjadi?"
Kyungsoo menghela napas sesaat lantas bicara dengan tatapan kosong. "Aku memintanya untuk menjadi kekasihku bahkan aku menciumnya tapi semuanya tidak seperti di drama-drama. Dia malah hanya diam."
Suara tawa menggema dan Kyungsoo menoleh ke arah Minseok dengan tatapan tidak mengerti. Apa yang lucu, apa Minseok menganggap konyol idenya sendiri.
"Ayah! Kau sendiri yang mengatakan aku harus menjadi kekasihnya dan kenapa kau malah tertawa sekarang?!"
"Ya, Kyungsoo.. Haha.. kau pikir memintanya menjadi kekasih akan semudah itu? Dan apa?! Kau menciumnya.. ya ampun Kyungsoo.. aku tak menyangka pada akhirnya aku memiliki anak sepolos dirimu. Ohh.. sayang.. apakah itu ciuman pertamamu. Bagaimana rasanya?" goda Minseok seraya mencubit kedua pipi Kyungsoo dengan gemas.
"Ayah!" teriak Kyungsoo kesal dan itu malah membuat Minseok tertawa lebih kencang.
Mencoba menghentikan tawanya. Minseok meraih bahu Kyungsoo lantas menggandeng bahunya untuk berada dekat dengan dirinya. Meskipun Kyungsoo masih terlihat kesal, Minseok berusaha meredakan kemarahan Kyungsoo kali ini.
"Kyungsoo, sebenarnya kau bagus melakukan itu hanya saja itu bukanlah waktu yang tepat. Kau pikir dia mau menerimamu begitu saja? Dia harus menyukaimu dulu," ucapnya mengingatkan. "Dan satu lagi. Kau menciumnya? Kyungsoo sayang.. kau tidak boleh melakukan itu kepada sembarang pria. Bagaimana bisa kau menciumnya?"
"Dalam drama mereka melakukan itu untuk menunjukkan rasa cintanya, bahkan aku sering melihatnya ketika aku menjadi seorang malaikat," ucapnya jujur dan Minseok berdecak untuk itu.
"Drama itu bohong, itu sama sekali tidak ada di dunia nyata."
"Tapi itu Jongin," bela Kyungsoo masih mempertahankan apa yang menurutnya benar.
"Tapi tetap saja itu bukan cara yang tepat Kyungsoo," ucapnya. "Dan lihat sekarang, kau malu untuk bertemu dengannya bukan? Itu menandakan bahwa kau sendiri tidak yakin dengan apa yang telah kau lakukan? Saat ini pasti kau tengah berpikir, apa aku sudah melakukan hal yang benar? Apa aku telah melakukan kesalahan, benar bukan?"
Kyungsoo mengangguk lemah dan Minseok kembali menghela napasnya panjang. "Yah.. apa aku sudah menjadi seorang ayah yang tidak baik kali ini karena membiarkan putriku mencium pria sembarangan?"
"Apa aku seburuk itu?" tanya Kyungsoo merasa bersalah.
"Tidak juga, tapi jika kau ingin membalas rasa bersalahmu pergilah bekerja hari ini."
Kyungsoo segera mendesis kesal dan menjauhkan lengan Minseok dari bahunya.
"Tidak mau!"
"Lalu apa, kau akan terus diam disini?" Minseok mendorong tubuh Kyungsoo berdiri dan memaksanya untuk pergi. "Jika kau tidak pergi sekarang kau akan menyesal nanti karena tidak bisa membahagiakan Kim Jongin atau mungkin menjadi kekasihnya jadi pergi sana."
Kyungsoo menggerutu dengan kesal dan karena permintaan Minseok. Ya, dia akan menyesal jika tidak bisa membahagiakan Kim Jongin untuk kedua kalinya, tapi tidak disaat seperti ini. Minseok sendiri tahu bahwa ia sedang malu tapi kenapa malah memaksanya untuk pergi? Mau bagaimana lagi, daripada ia tidak memiliki empat tinggal sepertinya dia memang harus melakukan tugasnya dengan benar kali ini.
***
"Terima kasih. Silahkan datang kembali lain waktu," ujar Jongin kepada pelanggan yang baru saja meninggalkan cafe miliknya.
Namun ketika ia mengangkat wajahnya ke arah pintu utama. Ia terdiam melihat pegawai barunya yang tengah terdiam diluar sana. Berdiri di balik jendela seolah tengah mengintip keadaan cafenya.
Jongin mendesah perlahan. Bisakah gadis itu berhenti bermain-main saat ini? Tidak tahukah bahwa pelanggan mulai berdatangan dan Yeri tidak akan datang hingga waktu sekolahnya selesai.
Jika dihitung-hitung sudah satu jam Jongin mendapati Kyungsoo disana. Ia membiarkannya karena gadis itu terlalu aneh hari ini. Bukannya datang untuk masuk dan langsung bekerja, Kyungsoo malah berdiri disana sendirian. Demi Tuhan, apa maunya gadis ini?
Karena kesabarannya telah habis, Jongin berjalan ke pintu utama. Membukanya lebar sebelum akhirnya menemukan Kyungsoo yang terkesiap dan hendak lari dari hadapannya. Namun terlambat, Jongin telah lebih dulu mencekalnya dengan menarik hodie jaket parka gadis itu dari belakang.
"Kau sudah datang terlambat dan mau pergi begitu saja?" tanya Jongin.
"Maaf, aku tahu aku salah jadi aku akan pulang." Kyungsoo berusaha untuk pergi dan Jongin semakin mengeratkan cekalannya.
"Hey! Tidak lihat aku tengah kerepotan?! Kau baru bekerja satu hari dan ingin pergi begitu saja dari tempat ini. Berhenti bermain-main dan cepatlah masuk dan bekerja!"
Jongin melepaskan dekapannya hingga akhirnya Kyungsoo berbalik dan menunduk untuk meminta maaf. Jongin baru saja akan masuk ketika melihat pergerakan gadis itu yang akan kembali kabur darinya. Maka dari itu dengan cepat Jongin menahan lengan Kyungsoo agar tidak pergi dan menyeretnya untuk memasuki cafe.
Kyungsoo terus berteriak meminta maaf membuat para pengunjung ikut tertarik ingin tahu apa yang telah terjadi diantara Kyungsoo dan Jongin. Jongin terus mengucapkan maafnya kepada pelanggan dan Kyungsoo yang masih belum bisa diam dengan perkataan tidak masuk akalnya.
"Ya, bos jangan marah. Aku akan membalas kesalahanku dengan bekerja tapi jangan hari ini," ucapnya selama ia masih diseret masuk oleh Jongin.
"Kenapa? Kau ingin keluar dari pekerjaan ini, kenapa kau harus bekerja jika kau memang tidak ada niat?"
"Bukan itu tapi tentang tadi malam!" ucapnya keras.
Jongin berhenti mendorong tubuh Kyungsoo ketika gadis itu berhasil menghentikan aksi Jongin. "Apa?!"
"Tentang ciuman itu, maaf aku sudah bersalah karena telah menciummu," gumamnya dan saat itulah Jongin hanya bisa melotot dengan ucapan tak terduga Kyungsoo.
Alhasil kini Jongin bisa mendengar beberapa bisikan dan lelehan dari para pengunjung di cafenya. Jongin berdecak, kenapa Kyungsoo malah membahas itu sekarang.
"Kita bisa bicarakan soal ini nanti, oke? Jadi masuklah dan mulai bekerja," ucap Jongin mencoba menyelamatkan harga dirinya saat ini.
"Tapi bos, bagaimana bisa.."
"Ya! Bisa!" potong Jongin dengan cepat sebelum akhirnya berhasil kembali menyeret Kyungsoo dan membawanya masuk ke dapur. Sebelumnya Jongin tersenyum untuk meminta maaf tentang apa yang terjadi di antara mereka kepada para pelanggan sebelum akhirnya ia ikut memasuki dapur. "Apa yang telah kau lakukan?!" tanya Jongin ketika mereka kini hanya berdua.
"Apa aku melakukan kesalahan lagi?" tanya Kyungsoo bingung dan untuk kesekian kalinya Jongin menghela napas dengan kesal.
"Dengar Kyungsoo, aku tidak peduli dengan permintaanmu atau apa yang telah kau lakukan tadi malam. Jadi lupakan saja dan anggap tidak ada yang terjadi diantara kita berdua."
"Tapi bagaimana bisa, aku kan kemarin sudah.."
"Kyungsoo!" ucap Jongin mengingatkan dengan penuh penekanan membuat Kyungsoo seketika menutup mulutnya rapat. "Lupakan. Aku juga akan melupakannya jadi jangan membahas itu lagi."
Kyungsoo menunduk dan saat itu Jongin kembali merasa bingung dengan gadis di hadapannya ini. Jongin memanggilnya beberapa kali tapi dia masih tetap diam tidak merespon panggilan Jongin. Jongin tidak perlu memikirkannya lagipula ia juga tengah sibuk hari ini, namun jika bukan karena suara isakan kecil itu, ia juga tidak ingin diam disini dan kembali menyaksikan Kyungsoo menangis untuk kesekian kalinya.
"Kenapa kau menangis sekarang?!" tanya Jongin antara panik juga kesal.
Kyungsoo terisak dan hanya bicara dengan gimamam kecil, "dulu kau sering bersikap ramah kepadaku. Kau juga sangat baik kepadaku dan terus tersenyum setiap kali aku bicara. Sekarang kenapa kau selalu marah-marah?"
"Apa?"
"Ini salahku hingga kau jadi seperti ini," isaknya pelan, "aku hanya punya kesempatan sekali lagi dan aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Jadi aku ingin kau menjadi kekasihku."
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Jongin tidak mengerti.
"Aku akan membuatmu tersenyum, aku bisa membuatmu tertawa dan tidak suka marah-marah seperti ini lagi nanti. Jadi, kau mau kan jadi kekasihku?"
Jongin terdiam, melihat tatapan Kyungsoo yang seolah tengah memohon kepadanya. Entah apa yang diucapkan Kyungsoo kali ini. Jongin sama sekali tidak mengerti. Dia terus mengucapkan sesuatu yang aneh bagi Jongin sehingga membuatnya tidak bisa memahami maksud gadis itu. Hanya satu yang ia pahami yaitu Kyungsoo ingin menjadi kekasihnya.
Sungguh? Apakah dulu mereka memang saling mengenal sebelumnya? Jongin bahkan sama sekali tidak memiliki ingatan kenangan apapun tentang Kyungsoo terkecuali mimpi buruknya.
Ragu, Jongin kembali mengangkat dagu Kyungsoo agar mata itu kembali menatapnya. Ia menatap mata Kyungsoo lekat-lekat dan mulai bertanya.
"Apa kau menyukaiku?" tanya Jongin dan Jongin hanya bisa diam mendapati kebisuan gadis itu.
Dari matanya Jongin bisa menjelaskan bahwa gadis itu nampak tengah kebingungan kali ini.
***
Kyungsoo membuka lemari pendingin untuk menyimpan beberapa kue yang belum terjual. Akan tetapi sebuah mangkuk berisi krim kocok dan strawberry di dalamnya menarik perhatian Kyungsoo. Ia ingat bahwa kemarin ia menitipkan makanannya kepada Jongin. Ia seketika tersenyum mengingat bahwa makanan enak itu masih ada. Untung saja jam bekerjanya telah habis dan cafe sebentar lagi akan tutup. Tidak ada salahnya ia menikmati makanannya kali ini.
Setelah menyimpan kue-kuenya, Kyungsoo mengambil mangkuk krim kocok itu lantas langsung menikmatinya.
"Ini enak," gumam Kyungsoo dengan senang ketika ia menggigiti satu persatu buah strawberry yang telah tercampur dengan krim kocok itu.
"Nah, sekarang kau hanya bekerja untuk makan?"
Kyungsoo terkejut. Ia menutup mulutnya rapat ketika Jongin memasuki dapur dan mengacak pinggang di depannya.
"I.. itu.."
"Itu apa lagi?" tanya Jongin dan Kyungsoo hanya bisa menundukkan wajahnya.
Seharian ini, selama ia bekerja, Jongin terus-terusan memarahinya dengan tanpa alasan. Bahkan hanya untuk makan saja ia harus dimarahi saat ini. Jika tahu begini, Kyungsoo ingin saja pergi dari hadapan Jongin.
"Bos, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, aku pulang ya!" ucap Yeri yang menengok dari balik pintu.
"Baiklah, hati-hati," ingat Jongin dan Yeri mengangguk paham.
"Yeri, aku ikut!" potong Kyungsoo ketika Yeri hendak pergi.
"Ikut? Ikut kemana?" tanya Yeri bingung.
"Tentu saja pulang, aku--,"
"Kau harus tetap disini," perintah Jongin kepada Kyungsoo dan Kyungsoo hanya bisa mengernyitkan dahinya bingung. "Kau ingin pergi begitu saja setelah apa yang kau lakukan?"
Yeri yang berada disana mulai membuka suaranya ketika Kyungsoo hanya bisa menunduk selagi Jongin masih memelototinya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku harus pulang sekarang, jadi selesaikan saja masalah kalian bersama. Lagipula kenapa aku harus pulang bersamamu?" ledek Yeri ketika Kyungsoo diam-diam menatapnya.
Kyungsoo hanya bisa menekan perasaan penyesalannya kali ini. Sekarang tidak ada lagi jalan keluar yang akan membantunya. Bahkan Yeri tidak mau menolongnya kali ini, meskipun mustahil gadis itu akan menolongnya jika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya bersama Jongin.
Ketika Yeri sudah pergi, Jongin masih tetap menatapnya dan itu semakin membuat Kyungsoo ragu apakah ia harus bicara kali ini atau tetap diam. Ia hanya melampiaskan ketakutannya dengan memeluk mangkuk krim kocoknya.
Terdengar suara helaan napas Jongin sesaat sebelum akhirnya Jongin membuka suara.
"Seberapa jauh kau mengenalku?" tanya Jongin.
Pada akhirnya Kyungsoo berani mengangkat wajahnya ketika mendengar pertanyaan tidak terduga itu, entah untuk beberapa kalinya. "Ya?"
"Kau mengatakan kau mengenalku. Jadi bagaimana kau bisa mengenalku dan apa aku mengenalmu juga?" tanya Jongin lagi dan Kyungsoo hanya bisa menjawabnya dengan anggukan. "Tapi aku bahkan sama sekali tidak mengingatmu, aku bahkan tidak tahu siapa kau sebenarnya."
"Itu.. sulit di jelaskan," jawab Kyungsoo gugup.
"Jika itu sulit kenapa kau ingin menjadi kekasihku? Apa kita pernah memiliki hubungan sebelumnya?" Kyungsoo kembali menjawab dengan berupa gelengan. "Lalu apa?"
"Aku hanya sebagai perantara," bisiknya. Jujur saja, Kyungsoo terlalu bingung bagaimana ia menjelaskan tentang jati dirinya. Ia mungkin akan mengatakan bahwa ia adalah seorang malaikat tetapi hal itu mustahil ia lakukan. Lagipula apa Jongin akan memercayainya.
"Aku sama sekali tidak mengerti."
Kyungsoo berpikir sejenak, bukan ide yang bagus jika ia mengatakan bahwa ia adalah seorang malaikat. Lebih baik ia mengatakan hal yang pernah ia lakukan bersama Jongin, seperti dulu.
"Aku hanya tetanggamu," jelas Kyungsoo. "Aku tinggal di kamar atas dan aku bekerja sebagai pengantar susu setiap pagi dan kerja paruh waktu lainnya. Aku mengenalmu karena aku sering mengirimkan susu yang aku antarkan." Jongin hanya mengernyit sesaat dan entah kenapa itu malah semakin membuatnya panik. "Hanya itu," lanjutnya lagi.
"Lalu bagaimana dengan Eunbi, bagaimana kau bisa mengenalnya?"
Kyungsoo semakin bingung. Sekarang apalagi yang harus ia jawab dari pertanyaan itu.
"Itu.. dari kau," ucap Kyungsoo takut. "Hanya tau kau memiliki mantan kekasih bernama Eunbi. Sudah itu saja."
Jongin masih tetap diam, mencoba memahami itu dan Kyungsoo berharap bahwa Jongin tidak akan lagi bertanya dengan pertanyaan yang menyulitkannya. Selagi Jongin tidak menatapnya, diam-diam Kyungsoo bergeser menjauh. Lebih tepatnya berusaha menghindar dan pergi dari Jongin. Tetapi lagi-lagi Jongin menggagalkan aksinya dengan pertanyaan tak kalah mengejutkannya.
"Aku masih bingung, lalu kenapa kau ingin membuatku tersenyum. Apa aku terlihat menyedihkan sekarang?" tanya Jongin menghentikan langkah Kyungsoo seketika. Jongin menatap Kyungsoo dan mengangguk lagi. "Kenapa?"
"Karena kau terlihat kesepian," ucap Kyungsoo membuat ekspresi mengintimidasi tadi berubah menjadi kesenduan yang menyedihkan bagi Kyungsoo. Tidak tatapan ini lagi. "Aku tidak tahu tapi aku hanya merasa kau tidak seperti Jongin yang aku kenal dulu. Kau selalu tersenyum bahkan ketika kau sedang sakit atau lelah. Kau selalu bersikap baik kepadaku dan mungkin itu alasan yang tepat bagaimana aku masih bisa mengingatmu hingga saat ini," ucapnya. "Aku selalu merasa bersalah kenapa saat itu aku meninggalkanmu," lanjutnya dengan sangat lirih. Membuat ia sendiri tidak yakin apakah Jongin mendengarnya atau tidak.
Jika ada yang perlu disalahkan, tentu saja kesalahan itu ada pada dirinya sendiri. Dialah yang telah membuat Kim Jongin tidak bahagia. Ia telah mengacaukan semuanya dan membuat Jongin menjadi semenyedihkan ini. Kyungsoo bahkan harus mengakui kepada dirinya sendiri betapa ia menginginkan Jongin untuk tersenyum sama seperti dulu lagi. Tetapi mungkin itu akan sangat sulit didapatkannya.
"Apa menurutmu setelah aku menjadi kekasihmu, aku akan bahagia dan tersenyum lagi?" tanya Jongin setelah ia diam cukup lama.
"Ya. Tentu saja!" ucap Kyungsoo penuh rasa sungguh.
"Tetapi aku tidak menyukaimu," ucap Jongin saat itu juga dan entah kenapa Kyungsoo merasakan bahwa hatinya terasa sangat sakit saat ini. Seolah ada sesuatu yang telah menusuk bagian tubuhnya dengan kuat.
"Berhentilah bersikap seperti ini karena aku sama sekali tidak bisa mengingat siapa kau. Jika kau mengatakan aku terlihat menyedihkan karena kesepian, tidak, aku bahagia dengan kehidupanku saat ini. Dan juga untuk menjadi kekasihmu, apa kau ingin menjalin hubungan dengan pria yang bahkan sama sekali tidak menyukaimu? Kau bahkan ragu dengan perasaanmu sendiri apakah kau menyukaiku atau tidak. Lebih baik kau melupakan semuanya dan anggap saja pertemuan kita dulu bukanlah sesuatu yang harus diingat. Aku harap kau paham dengan apa yang aku katakan."
Kyungsoo kembali menunduk dengan perasaan tak menentu. Ada sesuatu yang terus menyakiti bagian tubuhnya dan ia tidak bisa memegangnya hanya untuk menghilangkan rasa sakit itu. Bahkan ia tidak tahu kenapa ia ingin menangis saat ini. Namun Kyungsoo berusaha untuk tetap bersikap tenang mengingat bahwa Jongin berkali-kali mengomentari dirinya yang terus-terusan menangis. Entah kenapa kali ini seperti ada sebuah dorongan untuk tetap menahan tangisannya.
"Kau bisa menghabiskan strawberry itu. Setelah selesai, kau cuci mangkuknya. Aku akan menunggu hingga kau menyelesaikan pekerjaanmu dan aku akan pulang. Bekerjalah dengan baik besok."
Saat itu juga Jongin berlalu pergi meninggalkan Kyungsoo. Bersamaan dengan air mata Kyungsoo yang akhirnya jatuh membasahi pipinya. Ia ingin menangis dengan isakan keras tetapi ia mencoba menahannya dengan menggigit bibirnya kuat-kuat.
Kali ini Kyungsoo baru menyesali bagaimana reaksi tubuh manusianya terhadap perkataan Jongin beberapa saat yang lalu. Siapa yang menduga bahwa ada perasaan sesakit ini yang dialaminya.
Haruskah ia menyerah?
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro