Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

"Apa yang kau lakukan disini?" Jongin terkesiap mendapati pegawai barunya telah duduk di halaman cafe sepagi ini.

Dengan riangnya Kyungsoo melambaikan tangan kepada Jongin dan tersenyum lebar ketika pria yang telah ditunggunya sedari tadi telah tiba.

"Tentu saja bekerja," jawab Kyungsoo.

"Sepagi ini?"

"Bukannya memang harus datang lebih awal bukan?" tanya Kyungsoo kebingungan.

"Ini baru pukul enam pagi," jelas Jongin. "Seharusnya kau datang pukul sepuluh nanti."

"Bukannya lebih baik datang lebih awal kan?" tanya Kyungsoo lebih kepada dirinya sendiri sebelum akhirnya ia menatap Jongin yang malah berlalu dan mulai membuka pintu utama cafe. "Nah, bos sendiri kenapa datang lebih pagi?"

"Bos?" Jongin menoleh merasa heran dengan panggilan itu.

"Iya, bos. Yeri biasa memanggilmu begitu bukan. Aku harus memanggilmu dengan panggilan bos juga kan sekarang?"

Jongin hanya memutar bola matanya. Tidak menanggapi ucapan gadis itu. Setelah pintunya terbuka, Jongin lantas masuk diikuti Kyungsoo yang mulai menggerutu mengejarnya dari belakang.

"Diluar dingin sekali tetapi disini jauh lebih dingin ternyata."

Jongin tidak menanggapinya sama sekali. Ia memilih menyimpan tas dan juga syalnya lantas mengambil remote untuk menyalakan penghangat ruangan. Ia membiarkan gadis itu menggerutu sendirian dan memilih untuk memasuki dapur dan menyiapkan hidangan untuk dijajakan nanti. Ia sudah siap dengan semua bahan-bahan untuk hidangan kue manisnya ketika tiba-tiba gadis itu menengok dari luar dapur dan menatap pekerjaan Jongin kali ini.

"Bisa aku mulai bekerja sekarang?" tanya Kyungsoo.

"Tidak," balas Jongin dengan dingin tanpa tahu bahwa gadis itu tengah mengerucutkan bibirnya karena ditolak oleh Jongin.

"Kalau begitu bisakah aku membantumu?" tanya Kyungsoo lagi tidak menyerah.

Saat itulah Jongin menatapnya dan melihat bagaimana gadis itu yang masih menengok di balik pintu seolah selangkah saja dia masuk, dia akan dipecat.

"Kau bisa memasak?" tanya Jongin.

"Tidak," Kyungsoo berpikir sejenak, "entahlah aku tidak ingat aku pernah memasak tetapi yang aku ingat, aku hanya sekali menyiapkan makan untukmu."

Jongin mengernyit mendengar itu, seolah menyadari apa yang baru saja dikatakannya, Kyungsoo segera menutup mulutnya. Takut jika ia kembali memancing masalah hanya karena mencoba mengingatkan Jongin bahwa mereka pernah saling mengenal sebelumnya. Dan apa yang Kyungsoo lihat sepertinya Jongin merasa tidak senang ataupun tidak nyaman untuk itu. Maka dari itu Kyungsoo memilih mengubah topik pembicaraannya ke hal lain.

"Jadi bos, bisakah aku membantumu?"

"Tidak, aku tidak ingin kau mengacaukannya. Lebih baik kau rapihkan meja-meja dan bersihkan debu-debunya dengan lap."

Kyungsoo tersenyum. Akhirnya ia mendapatkan pekerjaan juga kali ini. Ia berdiri dengan siap dan dengan semangat mengatakan bahwa ia akan kembali bekerja keras untuk hari ini. Sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Jongin dan memulai pekerjaannya.

Diam-diam Jongin memerhatikan gadis itu dari kejauhan. Mungkin ini aneh dan juga tidak terlalu penting untuk ia ketahui. Tetapi semakin lama, entah kenapa ia ingin mengetahui lebih jauh siapa Kyungsoo sebenarnya. Apakah mereka benar-benar pernah saling mengenal sebelumnya? Apalagi tadi Kyungsoo mengatakan bahwa ia pernah menyiapkan makanan untuknya. Jadi seberapa jauh mereka dekat.

Yang Jongin ketahui, sekali ia melihat Kyungsoo hanya ada dalam mimpinya; atau mungkin satu kenangan yang hilang dari ingatannya. Kecurigaan itu memunculkan hasrat dari diri Jongin untuk mencari tahu siapa Kyungsoo dan siapa dia sebenarnya.

***

Kyungsoo tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sudah merapikan semua tempat. Membersihkan lantai hingga mengelap satu persatu meja dan kursi disini. Ini masih pukul sembilan pagi. Sekitar dua jam lagi sebelum cafe dibuka dan ia bosan untuk menunggu.

Keputusannya untuk datang lebih awal ternyata salah. Ia tidak banyak melakukan papapun disini termasuk untuk membantu Jongin. Jongin tidak mengizinkannya untuk memasuki dapur kecuali untuk mengelap piring dan gelas-gelas yang ada.

Pada akhirnya Kyungsoo hanya bisa duduk dan mengintip apa yang sedang Jongin lakukan. Bahkan tidak cukup hanya mengintipnya, mungkin Kyungsoo sudah mulai berani untuk memerhatikan pekerjaan Jongin kali ini.

Apa yang Kyungsoo lihat adalah apa yang belum pernah Kyungsoo perhatikan sebelumnya. Sebuah ketenangan yang entah kenapa ikut meringankan suasana hatinya hanya karena memikirkan apakah pria itu baik-baik saja saat ini. Jongin lebih terlihat nyaman dengan pekerjaannya kali ini dibandingkan dengan apa yang dilihatnya dulu. Tidak ada lagi tekanan atau tuntutan pekerjaan yang membuatnya sakit. Kini ia lebih bebas melakukan apapun yang ia suka.

Siapa yang menduga bahwa akhirnya Jongin memilih mengelola sebuah cafe pastry seperti ini dibandingkan kembali bekerja duduk di belakang meja dan melakukan pekerjaan yang membosankan. Jongin menepati keinginannya untuk bekerja apapun yang ia sukai dan Kyungsoo mengakui bahwa keputusan Jongin untuk keluar dari pekerjaan lamanya adalah pilihan yang tepat.

"Hey.. ingin terus menonton disana?"

Kyungsoo terkesiap melihat Jongin tengah menumpu kedua lengannya di atas meja dan menatapnya dengan lekat.

"Ya? Aku?" tanya Kyungsoo dan Jongin berdecak untuk itu.

"Bawa semua ini dan simpan di etalase sana," perintahnya.

"Aku boleh masuk sekarang?" tanya Kyungsoo tak yakin namun ia segera tersenyum ketika Jongin menganggukkan kepalanya mengizinkan.

Kyungsoo segera memasuki dapur dan menemukan beberapa potongan kue yang telah dipotong untuk ditampilkan di etalase cafe; yang terletak tepat di tempat pemesanan. Hal itu memancing rasa penasaran Kyungsoo tentang bagaimana rasa dari kue-kue yang dibuat Jongin.

"Apa ini enak?" tanya Kyungsoo seraya memerhatikan setiap potongan kue itu.

Jongin mengernyit lantas melipat lengannya untuk menatap Kyungsoo heran.

"Kau menilai pekerjaanku?" tanyanya, "apa kau tengah ragu dengan rasa kue yang aku buat?"

Kyungsoo menatap Jongin tidak mengerti sebelum akhirnya tersadar bahwa ia telah mengatakan sesuatu yang telah menyinggung Jongin. Cepat-cepat ia melambaikan kedua lengannya dan mengatakan bukan itu maksudnya namun Jongin hanya membalasnya dengan sebuah seringaian.

"Maksudku aku hanya penasaran dengan rasanya, ini semua terlihat enak," gumamnya.

Kyungsoo mengigit bibirnya sendiri. Mencoba menahan dirinya untuk tidak sedikit saja mencicipi kue yang baru dibuatkan Jongin. Bagaimanapun kue-kue ini untuk dihidangkan dan dipesan para pelanggan mereka nanti.

"Kau mau?" tanya Jongin seolah bisa membaca pikiran Kyungsoo dan gadis itu dengan malu-malu mengangguk.

Jongin terdiam sesaat dan berdecak ketika ia pergi meninggalkan Kyungsoo dan membawa semangkuk krim kocok dan buah strawberry sisa yang tidak ia gunakan untuk kuenya. Jongin memberikannya di hadapan Kyungsoo dan kembali berdiri untuk memperhatikannya.

"Kau sendiri tahu kue-kue ini untuk dijual bukan untuk kau makan. Jika kau menginginkannya kau harus membelinya. Tetapi karena aku sedang baik sekarang, makan saja ini," ucapnya kembali menggeser semangkuk krim kocok itu lebih dekat.

Kyungsoo mengernyit memerhatikan semangkuk krim dan sebungkus strawberry itu. Ia meraihnya dan terdiam untuk waktu yang lama. Merasa jengah Jongin kembali bertanya dengan nada sedikit kesal.

"Sekarang apalagi?"

"Bagaimana cara memakannya?" tanya Kyungsoo dengan lugu dan Jongin hanya bisa membuka rahangnya tidak mengerti bagaimana gadis ini yang bahkan tidak tahu cara makan makanan dengan sesederhana ini.

Tidak ingin berlama-lama dengan kekesalannya, Jongin mengambil strawberry itu dan sedikit memasukkannya ke dalam krim kocok.

"Buka mulutmu," titah Jongin dan dengan patuh Kyungsoo membuka mulutnya. Saat itu juga Jongin memasukkan buah strawberry berbalut krim kocok itu ke dalam mulut Kyungsoo dan menaikkan dagu gadis itu untuk menutup mulut dan mengunyahnya.

Meskipun Kyungsoo bingung, akhirnya ia menguyah buah strawberry itu pelan-pelan. Mencoba meneliti rasa apa yang tengah ia coba kali ini. Rasanya asam, manis dan juga segar dan entah kenapa Kyungsoo merasa sangat senang untuk itu. Tidak ingin kehilangan rasanya, Kyungsoo melakukan hal yang sama seperti yang Jongin lakukan tadi dan memakannya lagi dan lagi. Saat itulah Kyungsoo memahami bahwa ia sudah melewatkan banyak waktu sebagai manusia untuk tidak mengaetahui rasa seenak ini.

"Wah ini enak," ucapnya dengan riang. Masih ada sisa beberapa buah strawberry lagi, ia memasukkan semua buah strawberry ke mangkuk berisi krim kocok itu dan menyerahkannya kepada Jongin. "Bisa simpan ini untukku? Aku akan memakannya lagi nanti setelah aku selesai bekerja."

Jongin tertawa mengejek, tidak habis pikir dengan apa yang telah Kyungsoo lakukan. Bahkan tanpa persetujuan apapun Kyungsoo menyerahkan mangkuk krim kocok itu kepada Jongin dan berlatih untuk membawa satu persatu kue-kue untuk dipajangkan.

"Aku akan bekerja dengan baik hari ini bos!" ucapnya dengan semangat sebelum akhirnya meninggalkan Jongin yang masih tidak mengerti apa yang telah gadis itu lakukan kepadanya.

***

Jongin adalah tipe bos yang tidak banyak bicara. Jongin hanya akan tersenyum ketika melayani pelanggan dan hanya bisa berdiri di belakang meja untuk mencatat pesanan dan sebagainya. Itu adalah pekerjaannya dan Yeri akan sibuk mengantar pesanan pelanggan dan jika tidak ada pekerjaan akan memilih duduk dan menonton tv yang ada di ruangan yang sama.

Kemarin malam begitu banyak pelanggan yang datang dan sekarang hanya seperkian kecil dari mereka yang memesan kue-kue untuk dibawa pulang. Hal itu juga berpengaruh pada pekerjaan Kyungsoo kali ini. Sekarang sudah terhitung dua jam dan ia tidak banyak melakukan apapun selain melipat beberapa serbet baru untuk disimpan; hanya menghilangkan kebosanannya karena ia tidak tahu harus melakukan apa.

Sebelumnya ia mendekati Jongin, lagipula tujuan ia bekerja disini memang untuk membahagiakan Kim Jongin. Tetapi yang ia dapati adalah sikap dingin pria itu. Jongin mengatakan kepadanya untuk tidak mengganggunya kali ini padahal Kyungsoo baru saja mengatakan 'halo' saat itu. Kyungsoo berpikir apakah ada yang salah dengan dirinya? Pada akhirnya Kyungsoo kembali ke posisinya di dalam dapur dan hanya bisa berpikir bagaimana cara untuk bisa membuat Kim Jongin menangis agar bahagia.

"Ini menyebalkan," decak Kyungsoo ketika ia tidak memiliki satupun ide di dalam kepalanya.

Ketika ia kembali melanjutkan melipat serbet-serbetnya. Yeri masuk dan menghampirinya seraya menyimpan celemeknya di samping Kyungsoo.

"Membosankan bukan?" tanyanya seolah bisa membaca pikiran Kyungsoo dan Kyungsoo menjawabnya dengan sebuah anggukan. "Ini sudah pukul sembilan dan biasanya jika cafe tengah sepi seperti ini tidak akan ada lagi yang datang. Daripada kau diam disini dan melipat serbet-serbet itu, ayo kita ke depan dan menonton drama."

Kyungsoo mengernyit sesaat mendengar ajakan itu, "tidak apa-apa?"

Yeri berdecak, "tentu saja, bos juga tidak akan marah. Kau sudah melakukan semua pekerjaanmu kan? Jadi kau bisa melakukan sisanya di depan dan menonton drama bersamaku. Ambil lapmu itu dan ayo keluar," ajaknya yang langsung berlalu pergi meninggalkannya.

Kyungsoo mengernyit. Merasa heran dengan sikap gadis itu. Terkadang ia bertingkah tidak peduli dan acuh kepadanya tetapi disaat yang lain dia akan mengajaknya untuk menonton drama seperti saat ini. Kyungsoo benar-benar tidak bisa membaca pikiran manusia. Terlalu rumit. Terlebih seorang Kim Jongin.

Saat ia melihat kembali serbet-serbetnya, Yeri mengerti keadaannya bahwa sebenarnya ia memang kebosanan. Ya, mau bagaimana lagi. Pada akhirnya Kyungsoo kembali menyimpan serbet yang telah terlipat itu di laci dan bergegas mengambil lapnya untuk menghampiri Yeri yang tengah duduk menumpu dagu dan mata yang menatap layar tv yang berada di tengah ruangan.

Kyungsoo hendak duduk di samping Yeri ketika ia baru saja tiba akan tetapi Yeri segera mencegahnya dan mengatakan Kyungsoo harus tetap menyelesaikan pekerjaannya mengingat cafe yang akan mulai tutup sekitar satu jam lagi.

Kyungsoo mengerucutkan bibirnya merasa dipermainkan dan Yeri malah tertawa untuk itu. Yeri membiarkannya untuk menonton drama selagi ia menyelesaikan pekerjaannya. Diam-diam Kyungsoo memerhatikan Kim Jongin dan pria itu masih tetap diam di tempatnya. Mungkin Jongin juga tidak terlalu peduli apa yang sedang Kyungsoo dan Yeri lakukan saat ini.

"Ohh ayolah.. kenapa kau bertingkah seperti itu?!" Kyungsoo mendongak dan merasa bingung ketika Yeri mulai terlihat kesal dengan ucapannya. Ia menatap kesekeliling ruangan dan menunjuk dirinya sendiri ketika tahu bahwa tidak ada siapapun disini selain dirinya, Yeri dan Jongin.

"Aku?" tanya Kyungsoo bingung.

Yeri menoleh dan mendesis, "bukan kau, tapi wanita itu!" tunjuk Yeri kepada seorang wanita yang ada di tv. "Kau tau, cerita ini begitu sangat menyebalkan terlebih wanita itu. Dia bilang dia mencintainya tapi dia tidak pernah mengakuinya," decaknya kesal.

Kyungsoo mengernyit dan merasa penasaran, pada akhirnya ia ikut menonton drama itu dimana disana ada sepasang pria dan wanita tengah membicarakan sesuatu yang terlihat serius. Entah kenapa Kyungsoo mulai merasakan emosi yang ada dalam drama itu. Ketika wanita itu hanya bisa menangis dan si pria yang hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apapun untuk bisa menghentikan tangisannya. Mungkin karena ia sudah menjadi manusia Kyungsoo bisa merasakan perasaan yang bercampur aduk seperti ini. Pada akhirnya ia ikut terhanyut menonton adegan demi adegan yang dimunculkan drama itu bersama Yeri. Bahkan kini ia juga ikut duduk di samping gadis itu, beruntungnya Yeri tidak protes untuk itu karena ia juga tengah serius menonton tontonannya.

Adegan dalam drama itu terus berlanjut ketika sang pria pergi meninggalkan gadis itu sendirian di tengah tangisannya. Ketika Kyungsoo terhanyut kembali dalam emosi itu Yeri tiba-tiba saja berkata.

"Suatu keajaiban jika dia berbalik dan kembali," ucapnya yang pasti ditunjukkan kepada si pria.

Meski tidak terlalu memahaminya Kyungsoo mengangguk untuk itu. Akan tetapi dugaan Yeri memang benar, pria itu kembali menghampiri gadis yang tengah menangis itu lantas memberinya sebuah ciuman tiba-tiba; yang tentunya membuat Kyungsoo merona seketika. Berbeda dengan Yeri yang langsung berteriak kencang dan bertepuk tangan bahagia.

'pip'

Tv itu tiba-tiba mati begitu saja. Yeri langsung terdiam begitu juga Kyungsoo yang menatapnya dengan kebingungan. Mereka berdua menoleh dan menemukan Jongin telah berdiri disana dan memegang remote tv-nya. Sudah jelas pelaku yang mematikan tv mereka adalah Jongin.

"Ya! Bos.. kau tidak boleh seperti itu!" protes Yeri tidak terima.

"Ya, aku harus melakukannya. Sungwoon mengirim pesan bahwa dia bertanya kenapa kau tidak menjawab panggilannya dan lima menit lagi dia akan menjemputmu disini," ingat Jongin dan seketika Yeri langsung gelagapan untuk itu.

"Kenapa tidak memberitahuku dari tadi!" ucapnya setengah panik yang langsung berlari ke dapur meninggalkan Kyungsoo yang masih terdiam di tempat duduknya.

Kyungsoo yang masih bisa membayangkan adegan drama itu masih berada dalam keadaan yang setengah malu dan setengah lagi antusias. Entahlah, ia sendiri tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya kali ini yang jelas ia merasa ingin mengetahui lebih jauh bagaimana hubungan kedua pemain itu di dalam sana. Karena rasa penasarannya, Kyungsoo berdiri dan menghampiri Jongin. Tanpa kata ia mengulurkan kedua tangannya meminta.

"Apa?" tanya Jongin bingung.

"Remote tv-nya," jelas Kyungsoo. "Aku ingin tahu kelanjutannya."

Jongin mengernyit, ia melipat kedua lengannya sehingga remote tv itu kini berada dalam dekapannya. "Kau tertular Yeri? Jika kau ingin menonton drama, tonton saja di rumah bukan disini," ucapnya setengah kesal dan Kyungsoo kembali memberenggut untuk itu.

Ya, lagipula apa yang ia butuhkan dari sebuah drama. Toh itu juga tidak akan banyak membantu Kyungsoo untuk menyelesaikan tugasnya. Ia berjalan pergi setengah lelah karena telah mengabaikan tujuan utamanya berada disini. Seharusnya ia membuat Kim Jongin bahagia dan melupakan cinta di masa lalunya. Minseok mengatakan bahwa Jongin hanya membutuhkan cinta untuk kebahagiaannya. Mengatakan hal-hal konyol bahwa Kyungsoo harus menjadi kekasihnya. Setidaknya hanya itu yang Jongin butuhkan kali ini.

Sejenak Kyungsoo menghentikan langkah kakinya. Ia membatin, Jongin hanya membutuhkan kekasih bukan? Sama seperti dalam drama itu. Mereka berdua menyerah karena sebuah perasaan yang dinamakan cinta. Mungkin ini ide gila tetapi Kyungsoo tidak akan tahu hasilnya jika ia tidak mencoba bukan?

Sudah terlalu lama dan ia tidak bisa terus tinggal diam seperti ini.

Kyungsoo menoleh dan mencari Jongin yang baru ia sadari tengah menyapa seorang pria lain yang berada di ambang pintu cafe.

"Hei, bos!" panggilnya dan kedua pria itu menoleh kepada Kyungsoo secara bersamaan. "Nanti aku pulang bersamamu yah!" ucap Kyungsoo semangat disertai senyuman yang terus menyungging di wajahnya.

Tidak menunggu persetujuan apapun, Kyungsoo lantas memasuki dapur cepat-cepat untuk bersiap-siap karena pekerjaannya sudah hampir semua diselesaikan. Ia berharap bahwa rencananya akan berjalan dengan baik kali ini, berbeda dengan Jongin yang malah merasa heran dengan tingkah pegawai barunya.

***

Yeri telah pergi bersama Sungwoon yang baru Kyungsoo ketahui bahwa pria yang datang tadi adalah kakak dari Yeri. Kini hanya tinggal Kyungsoo dan Jongin disini. Kyungsoo masih menunggu Jongin yang tengah mengunci pintu cafe, ia sudah mengajak Jongin untuk pulang bersama. Meskipun Jongin sama sekali tidak menjawab ajakannya, Kyungsoo tetap bersikeras untuk menunggu Jongin hingga semua pekerjaannya selesai.

Jongin menghampirinya ketika dia selesai mengunci pintu cafe. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka suaranya tentang ajakan Kyungsoo kali ini.

"Kenapa kau ingin pulang bersamaku?"

"Ingin saja," jawabnya setengah acuh dan Jongin berdecak mendengar alasan konyol itu.

Jongin melangkah pergi diikuti Kyungsoo yang berlari kecil untuk mengejarnya.

"Tidak apa-apa kan? Lagipula bukannya tidak baik seorang gadis berjalan sendirian malam-malam," ucap Kyungsoo beralasan dan kembali Jongin berdecak untuk itu.

"Kita hanya berjalan bersama, bukan pulang bersama. Lagipula aku melakukan ini bukan untuk mengantarmu," jawab Jongin.

"Ya, bos! Setidaknya kau harus bersikap baik kepadaku."

"Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Ya, sebagai sopan santun saja," jawab Kyungsoo dengan asal.

Jongin mengernyit merasa heran dengan ucapan gadis di sampingnya ini. Akhirnya ia menghentikan langkahnya hanya untuk menatap Kyungsoo yang selalu membuat dirinya kebingungan karena tingkah dan perkataan gadis ini.

"Dimana kau tinggal?" tanya Jongin penasaran.

"Di rumah, dengan ayah," jawab Kyungsoo dengan polos dan untuk kesekian kalinya Jongin harus sabar menghadapi tingkah gadis ini.

"Maksudku alamatmu."

Sejenak Kyungsoo terdiam. Memikirkan sebuah alamat tempatnya tinggal. Itu tidak pernah ada dalam pikirannya atau lebih jelasnya Kyungsoo sama sekali tidak tahu dimana ia tinggal saat ini. Ia baru saja menjadi seorang manusia beberapa hari yang lalu dan ia tidak memiliki banyak waktu untuk menghapal nama tempat, jalan sekaligus alamat rumahnya. Kyungsoo hanya tahu satu tempat saja dan itu hanya cafe milik Jongin.

"Entahlah, aku tidak tahu."

"Kau tidak tahu alamat rumahmu sendiri? Jadi bagaimana kau pulang?!" tanya Jongin yang kini mulai merasa kesal.

"Ayah akan menjemputku di halte itu," tunjuknya ke arah halte yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

Jongin sejenak terdiam kembali. Tidak tahu harus berkomentar apa tentang Kyungsoo. Satu-satunya opini Jongin tentang Kyungsoo adalah aneh.

Pada akhirnya ia membiarkan Kyungsoo untuk tetap mengejarnya hingga mereka sampai di halte bus. Tentu saja mereka akan diam menunggu disana. Jongin dengan bus-nya dan Kyungsoo yang akan dijemput oleh ayahnya.

Secara kebetulan hanya mereka berdua yang ada di halte bus ini. Jongin maupun Kyungsoo duduk dengan jarak yang dekat namun tidak cukup jauh juga. Mereka sama-sama saling terdiam atau mungkin hanya Kyungsoo yang tidak bisa diam. Ia terus mengayunkan kedua kakinya yang menggantung karena tinggi kursi yang didudukinya sekaligus berpikir bagaimana cara mengajak Jongin untuk menjadi kekasihnya.

Selagi ia masih memiliki keberanian dan kepercayaan dirinya. Mungkin inilah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Akan tetapi ketika Kyungsoo baru saja memanggil nama Jongin. Nyalinya seketika menciut. Jantungnya tiba-tiba berdebar tatkala mata itu bersinggungan dengan manik matanya. Kyungsoo tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya tetapi ia merasa sangat malu hanya karena Jongin mentapmya dengan cara seperti itu.

"Ada apa dengan dirimu?" tanya Jongin sadar bahwa Kyungsoo bertingkah lebih aneh dari sebelumnya.

"I..itu.." ucapnya gugup. Ia memalingkan wajahnya cepat-cepat. Merasa malu dengan tatapan bingung Jongin kali ini.

"Itu? Itu apa?" tanya Jongin bingung.

Kyungsoo menelan ludahnya. Ia begitu sangat gugup hingga ia bisa merasakan jantungnya semakin berdebar cepat. Ia ingin mengurungkan niatnya sejak awal tetapi ia tidak tahu apa besok ia bisa melakukan hal yang sama dan kembali merasakan kegilaan ini. Bukannya menyelesaikan tugasnya lebih cepat, ia hanya akan mengulur waktunya lebih lama lagi jika ia terus-menerus seperti ini.

Diam-diam ia menghela napasnya, kembali mengingat ucapan Minseok yang kini mulai menjadi motivasinya untuk tetap melakukan tugasnya dengan baik. Demi Kim Jongin. Demi kebahagian Kim Jongin. Kyungsoo tidak boleh gagal lagi.

Kyungsoo mengangkat wajahnya, mencoba mengumpulkan kembali kepercayaan dirinya. Ia menoleh dan kembali dihadapkan dengan tatapan menunggu Jongin.

Kyungsoo hampir saja menyerah karena tatapan itu tetapi ia terus menekankan dalam dirinya sendiri bahwa ia harus melakukan ini; meskipun pada akhirnya ia harus merona untuk itu.

"Bos," panggilnya dengan jeda beberapa detik. Jongin mengangkat sebelah alisnya menunggu sebelum akhirnya dengan suara yang cukup kencang Kyungsoo berkata. "Jadilah kekasihku!"

"Apa?!" tanya Jongin bingung.

Jongin belum sepenuhnya mengerti ucapan Kyungsoo, bahkan ia belum meminta penjelasan lebih jauh tentang permintaan gadis itu karena selanjutnya Kyungsoo malah langsung berdiri lantas berlari meninggalkannya.

Kyungsoo sendiri hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang malah pergi meninggalkan Jongin dengan cara sepengecut ini. Dalam hatinya ia terus berteriak, tidak, tidak! Ia tidak boleh pergi seperti ini. Mungkin ia malu tetapi tetap saja jantungnya semakin berdebar tidak menentu membuat Kyungsoo sendiri bingung bagaimana cara untuk mengatasinya.

Ketika ia menyentuh dimana letak jantungnya berada, entah kenapa saat itu juga ia merasakan sesuatu yang hangat menjalar di seluruh tubuhnya. Apapun itu yang ada di dalam tubuhnya, rasanya ia seperti mendapatkan sebuah kehangatan baru di dalam dirinya. Hingga tidak lama ia menyadari bahwa ada bagian dari diri Jongin ada pada dirinya. Itu adalah hatinya. Kyungsoo menghentikan langkahnya dan mulai merasakan kembali bagaimana kehangatan itu mulai merasa nyaman dirasakan.

Ia kembali menoleh dan menemukan Kim Jongin masih duduk di tempatnya dan masih mempertahankan tatapannya untuk menatap kepergian Kyungsoo.

Saat itulah Kyungsoo menyadari bahwa perkataan Minseok benar. Jongin membutuhkan seseorang dalam masa sulitnya. Ia hanya membutuhkan cinta dan itu terbukti dari bagaimana reaksi hatinya yang terasa nyaman untuk dirasakan.

Seperti angin, langkahnya melaju menghampiri Kim Jongin dengan sangat ringan. Tertegun sesaat dengan tatapan sendunya sebelum akhirnya ia mendekat dan memberikan sebuah kecupan singkat di bibir Jongin. Dorongan naluri yang tidak bisa ia sangkali bahwa inilah yang diinginkannya.

Entah untuk dirinya atau untuk Jongin.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro