Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2

Jongin menggulingkan tubuhnya ketika alarm di ponselnya berbunyi dengan keras. Dengan mata yang masih setengah mengantuk, ia mengambil ponsel untuk segera mematikan alarmnya. Hal kedua yang ia lakukan adalah membuka folder pesan meskipun disana tidak ada satupun pesan yang masuk disana.

Ia menjatuhkan ponselnya lantas kembali menenggelamkan wajahnya untuk tidur kembali. Hanya sesaat sebelum ia benar-benar mengumpulkan seluruh nyawanya. Angin sejuk tiba-tiba membuat tubuhnya bergidik, ia mendongak mendapati bahwa jendela kamarnya yang terbuka. Meniupkan angin pagi yang secara selaras menerbangkan tirainya. Jongin bangun lantas menatap lekat-lekat jendela kamarnya. Apakah ia lupa menutup jendela kamarnya semalam dan seingatnya sekarang masih bulan agustus, terlalu awal hingga musim gugur datang tetapi angin ini cukup menyejukkan pagi di musim panasnya.

Tiba-tiba saja Jongin tersenyum. Entahlah, ia hanya merasa pagi ini terlalu indah—terlalu indah hingga ia tidak pantas untuk mendapatkan pagi seindah ini.

Bersiap untuk memulai aktifitas hariannya. Ia akan memulai dengan membereskan kamar tidurnya. Beranjak untuk segera membersihkan tubuhnya lantas segera merapikan dirinya dengan pakain yang sering ia kenakan untuk bekerja. Ia akan sarapan jika ia memang sempat untuk memasak, jika tidak ia akan mencari apapun nanti untuk mengganjal perutnya. Setidaknya ia datang tidak terlambat.

Semuanya bisa Jongin lakukan dalam waktu kurang dari satu jam, setelah itu ia langsung membenahi laptop dan beberapa jurnalnya yang ada di dalam tas hingga akhirnya membawanya untuk berangkat bekerja. Jongin sedikit merasa kurang enak saat ini tetapi ia hanya menganggap itu sebagai rasa lelah karena aktifitas bekerjanya.

Ia baru membuka pintunya ketika melihat seorang gadis dengan pakaian berwarna kuning cerah tengah menyimpan sekotak susu di depan pintu rumahnya. Jongin keluar seraya mengambil susu itu selagi memerhatikan gadis itu yang terpundur karena terkejut. Jongin terkekeh melihatnya dan menyapa gadis pengantar susu dan koran itu seperti biasanya.

"Pagi, Kyungsoo..?" Jongin sedikit menjeda ucapannya karena takut bahwa nama yang baru ia ketahui kemarin itu salah. Melihat anggukan gadis itu, Jongin akhirnya tersenyum lega. "Pagi yang indah bukan?" tanya Jongin.

Lama terdiam Jongin menunggu hingga akhirnya gadis itu bergumam pelan menjawab, "ya." Hanya itu tetapi itu cukup membuat Jongin puas selagi tangannya membuka kemasan susunya lantas meminumnya dengan tenang.

"Kita bisa berjalan dan berbicara bersama-sama, ayo," ajak Jongin yang mulai berjalan mendekati Kyungsoo yang hanya bisa mengekornya dengan sepeda yang ia tuntun. Jongin memiliki sedikit banyak waktu pagi ini sebelum ia berangkat ke stasiun sesuai jadwal yang biasa ia gunakan. Setidaknya sedikit berbincang bisa membantunya untuk mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar rumahnya. Rasanya telah lama sekali ia tidak berjalan santai seperti ini dan menyapa beberapa tetangga yang kebetulan tengah berada di luar.

"Sejak kapan kau mulai bekerja mengantarkan susu seperti ini?" tanya Jongin memulai lagi perbincangannya.

Jongin kembali harus menunggu gadis itu berbicara, ia menatapnya dan gadis itu hanya bisa menunduk seolah menghindari tatapannya. Entah kenapa hal itu malah lucu di mata Jongin dan sekali lagi ia terkekeh untuk itu.

"Kau sudah berjanji untuk berbicara ketika aku bertanya. Jadi apa jawabannya?" tanya Jongin lagi.

"Sekitar satu bulan," jawabnya dan Jongin mengangguk.

"Tinggal disini?"

"Ya."

"Dimana?" Jongin menatap gadis itu. Memerhatikan bagaimana gadis itu seperti tengah berpikir keras. Jongin berpikir apakah pertanyaannya menganggu Kyungsoo karena harus bertanya tentang tempat tinggal pribadinya, tetapi tidak ada salahnya ia bertanya jika memang Kyungsoo tinggal di sekitar sini. Tetapi melihat bagaimana gadis itu yang nampak tak nyaman Jongin mengangguk mengerti. "Tidak apa-apa, aku tidak memaksa."

Kembali mereka saling terdiam dan ia memerhatikan bagiamana Kyungsoo yang sama sekali tidak menyimpan kotak-kotak susu dikeranjang sepedanya sejak merekaberjalan bersama.

"Kau tidak melewatkan beberapa rumah untuk itu kan?" tunjuk Jongin pada tumpukan kotak susu yang ada di keranjang sepeda Kyungsoo.

"Tidak," Kyungsoo menggeleng. "Tidak ada yang memesan untuk berlangganan disini."

"Tidak ada?" tanya Jongin merasa aneh.

Kyungsoo tiba-tiba sedikit gugup. Dia mengigit bibirnya sekilas sebelum akhirnya menjawab dengan tenang. "maksudku tidak banyak."

Jongin mengangguk mengerti sebelum akhirnya ia melirik jam tangannya, menyadari bahwa beberapa menit lagi kereta yang biasagunakan akan segera tiba.

"Aku harus segera pergi, sampai bertemu lagi," ucap Jongin dan Kyungsoo mengangguk dan entah kenapa Jongin melambaikan tangannya untuk itu dan dibalas sebuah lambaian kaku dari tangan Kyungsoo.

Ketika Jongin berbalik ia tiba-tiba terkikik sendiri, menyadari tindakan bodohnya yang nampak konyol. Ada apa dengan dirinya? Tanpa memikirkan lebih banyak lagi tentang sikapnya tadi, Jongin memilih untuk segera berangkat untuk bekerja. Sebelum ia terlambat—untuk tiba lebih awal.

***

Kyungsoo menatap dari kejauhan bagaimana Jongin bekerja kali ini. Beberapa hari ini ia telah berusaha untuk mendekatkan diri dengan pria itu tetapi disini, ia sekarang mulai bingung langkah apalagi yang harus ia lakukan untuk membuat Kim Jongin bahagia dan melupakan mantan kekasihnya.

Kyungsoo telah mengirimkan jjajangmyeon untuk makan siangnya tetapi hingga pukul dua siang, Jongin masi belum menyentuh makan siangnya. Jongin lebih sibuk dengan laptop dan beberapa file yang tertumpuk berantakan di mejanya. Sampai kapan pria itu akan terus bekerja dalam kondisi perut yang kosong? Kyungsoo mulai merasa cemas, jika Jongin benar-benar jatuh sakit karena hal yang menurutnya sepele itu.

"Aku tahu ini pekerjaan sulit tapi tidak akan ada masalah yang terjadi jika tidak ada penyelesainnya."

Kyungsoo melirik sosok yang bicara kepadanya. Melihat lagi Sehun dengan tampilan yang selalu berbeda-beda setiap saat terkadang membuat ia sendiri selalu tidak sadar akan keberadaannya. Dan kini Sehun tengah memakai pakaian petugas kebersihan serta sedang menyapu lantai yang kotor di balkon apartemen yang berhadapan langsung dengan letak kantor Jongin.

"Dia hanya sulit ditebak," ucap Sehun lagi yang membuat Kyungsoo mengalihkan perhatiannya lagi kepada Jongin dari kejauhan. "Terkadang dia tersenyum tetapi sebenarnya dia tengah menangis. Dia hanya tidak tahu cara mengungkapkannya jadi dia hanya bisa diam."

"Mungkin pria tidak menangis karena takut dianggap cengeng," ucap Kyungsoo yang langsung dijawab dengusan tak suka dari Sehun.

Kyungsoo menoleh dan mendapati Sehun kini tengah memangku dagunya pada tangan yang berpegangan pada sapu, "Lihat itu," tunjuk Sehun pada sudut lain gedung apartemen yang merekatempati saat ini.

Arah tatapan Kyungsoo mengikuti Sehun dan melihat seorang pria yang mungkin hampir berumur empat puluh tahunan tengah berdiri di ujung balkon, sendirian, melamun, lalu tiba-tiba menangis. Ia tidak bisa membaca takdir pria itu, itu bukanlah kuasanya.

"Istrinya meninggalkannya karena diabangkrut. Dia tidak memiliki siapapun bahkan anaknya ikut dibawa pergi sang istri, dalam kata lain dia tidak memiliki apapun dalam hidupnya," Kyungsoo mulai mendengarkan bahkan semakin lekat memerhatikan bagaimana pria itu menangis penuh kesakitan. Kyungsoo tidak tahu bagaimana rasa sakit itu dirasakan tetapi ia paham bagaimana penderitaan itu membuat dia begitu sengsara. "Ada dua pilihan yang menentukan nasib pria itu. Pertama melupakan lalu mencari jalan keluar."

Mata Kyungsoo membulat seketika dengan ekpresi terkejut melihat hal yang tidak pernah ia duga terjadi di depan matanya saat itu juga. Seharusnya Kyungsoo tidak terkejut tetapi tetap saja, melihat manusia bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai apartemen setinggi delapan lantai—itu adalah hal yang paling menakutkan untuk di lihat.

"Kedua, bertemu jalan buntu dalam keputus-asaan," lanjut Sehun dengan tenang seolah ia sudah tahu betul apa yang akan terjadi pada pria malang itu. Tatapannya beralih kepada Kyungsoo untuk beberapa saat sebelum kembali menyapu lantai seolah tidak ada adegan menyedihkan yang baru mereka lihat.

Terdiam cukup lama, Kyungsoo mulai memikirkan apa yang Sehun ucapkan termasuk dengan apa yang telah terjadi kepada pria itu. Secara garis besar Sehun telah memberi tahu apa dampak terburuk yang akan terjadi kepada Jongin jika ia tidak bisa membuat Jongin bahagia dengan cepat. Ada waktu 36 hari lagi dan Kyungsoo tidak mungkin menyia-nyiakannya.

***

Jongin pulang dengan keadaan yang jauh bisa dikatakan baik-baik saja. Seharian ia sudah berkutat dengan banyak artikel yang harus ia buat. Merevisi beberapa artikel juniornya bahkan hingga memenuhi target berita permenitnya. Memang pekerjaannya memiliki jam kerja, tetapi tetap saja ia juga harus memenuhi deadline yang telah ditentukan redaktur untuknya. Alhasil malam ini ia baru bisa pulang pukul sepuluh malam.

Dengan kondisi tubuh yang kurang sehat juga perut yang bahkan baru Jongin isi oleh jjajangmyeon yang baru bisa ia makan tadi sore membuat ia harus jalan terseok menyusuri tiap dinding hanyauntuk bisa sampai ke rumah sewanya.

Kepalanya terlalu pusing, mungkin antara pengaruh rasa lelah dan waktu makan yang terlambat sehingga Jongin memutuskan untuk diam sejenak tepat ketikaia sampai di depan rumahnya. Ia terduduk, dengan menyangga kepalanya hanya untuk sekedar meringankan sakit kepalanya yang terasa berat.

"Jangan pernah sakit, kau harus tetap sehat. Bukankah kau ingin aku selalu ada disetiap pagi untukmu? Jadi kau harus sembuh, aku bukan berada disini untuk mengobatimu, tau!"

Jongin mendengar kembali suara gadis itu. Suara yang dirindukannya—suara mengingatkan yang seolah tengah mencemoohnya. Kepalanya tengah sakit dan dengan tidak tahu malunya suara itu kembali lagi mengingatkannya akan masa lalu yang selalu menjadi bahan tertawaannya ketika ia tengah memikirkan bagaimana pria bisa serapuh ini karena seorang wanita.

Tetapi tetap saja, di lubuk hatinya—Jongin masih mencintainya, Jongin masih membutuhkan Eunbi dalam hidupnya. Ia membutuhkan bagaimana gadis itu yang selalu memarahinya ketika ia sakit. Jongin merindukannya. Bisakah ia berada disini sekarang?

Ketika ia berdiri, kakinya terlalu lemah untuk menyangga tubuhnya yang cukup sulit untuk digerakkan. Pada akhirnya, ia kembali jatuh sebelum akhirnya sepasang tangan yang dingin menyangga bahunya cukup kuat. Mencengkramnya dan ikut menyeimbangkan tubuh Jongin agar bisa terduduk kembali.

Jongin tahu ini berbeda tetapi rasanya kenapa begitu sama. Ketika ia menoleh dengan setengah kesadaran yang ada, ia berucap lirih mengucapkan nama gadis itu. "Bi.."

"Kyungsoo," jawab gadis itu tak kalah lirih dan Jongin hanya bisa menutup matanya sebelum bisa memahami apa yang telah terjadi kepada dirinya dan gadis yang ada di hadapannya ini secara tiba-tiba.

***

Kyungsoo menatap kedua telapak tangannya. Mengingat bahwa tangan itu yang telah pertama kali menyentuh tubuh manusia, Kyungsoo telah menyentuh Jongin dalam keadaan yang tidak terduga. Dulu ia menganggap bahwa jika ia menyentuh manusia, akan terjadi sesuatu yang buruk menimpanya. Memang tidak ada peraturan khusus yang menyatakan bahwa malaikat tidak diperbolehkan untuk meyentuh tubuh manusia. Hal itu tidak pernah terpikirkan sama sekali karena Kyungsoo berpikir ia tidak akan menyentuh tubuh manusia semudah itu.

Tetapi hal selanjutnya yang ia rasakan setelah menyentuh tubuh Jongin adalah sebuah kehangatan yang luar biasa. Kehangatan tubuh pria itu seketika membuat Kyungsoo sedikit tersengat rasa getaran yang tidak bisa Kyungsoo jabarkan. Ini adalah kali pertama ia merasakan hal aneh ini dan mungkin ia harus menanyakannya kepada Sehun jika ia bertemu dengannya lagi. Hah.. memang, Sehun hanya akan muncul semaunya sendiri.

Suara erangan menarik perhatian Kyungsoo kepada Jongin yang tengah berbaring di atas kasurnya kali ini. Ketika Jongin mulai membuka matanya. Kyungsoo berkehendak untuk membuat Jongin tidak melihatnya—hal itu dilakukan sesuai dengan keinginannya; jika Kyungsoo tidak ingin Jongin melihatnya ia akan melakukannya begitupun juga dengan sebaliknya—lagi pula akan sangat membingungkan jika Jongin tahu bahwa ada seorang wanita di dalam kamarnya saat ini.

Dalam diamnya, Kyungsoo memerhatikan bagaimana Jongin yang langsung bangun dan sedikit memijat pangkal hidungnya. Dalam diamnya, Jongin memerhatikan keadaan sekitar dan Kyungsoo kembali berharap bahwa Jongin tidak melihatnya kali ini. Ya, Jongin memang tidak melihatnya tetapi mungkin ia hanya merasa bingung bagaimana dirinya bisa berada di kamarnya saat ini—Kyungsoo bisamelihat itu dari ekpresinya.

Beberapa menit kemudian, Jongin mulai bangun untuk berdiri. Melangkah perlahan keluar dari kamarnya. Ini pukul tiga pagi dan Kyungsoo merasa heran apa yang akan dilakukan Jongin padapagi buta seperti ini. Mengikutinya dengan rasa khawatir, Kyungsoo langsung termangu melihat Jongin yang langsung masuk ke kamar mandi.

Tiba-tiba saja Kyungsoo menertawakan kekhawatirannya. Konyol sekali.

Ketika Jongin masih di dalam kamar mandinya, Kyungsoo memerhatikan bagaimana pecahan hatinya yang hancur begitu berserekan di setiap sudut rumah. Seperti sebuah ranjau, pecahan itu layaknyakaca yang tajam, melukainya setiap kali ia melangkah. Kyungsoo ingin segera membereskan ini semua tetapi bagaimana ia bisa membereskan pecahan hati Jongin jikapriaitu sendiri masih belum bisa merelakan perpisahannya dan juga menangis. Kyungsoo membutuhkan air mata itu untuk meleburkannya menjadi abu lantas menghilang dari kehidupannya, tetapi Kyungsoo tidak menerima begitu saja ketegaran Jongin akan perpisahannya itu.

Bi. Bahkan Jongin masih memanggil nama gadis itu dalam bawah sadarnya. Sedalam itukah cinta seorang Kim Jongin kepada gadis bernama Eunbi itu.

Wanita jahat, bagaimana ia bisa melepaskan pria yang benar-benar mencintainya dengan cara seperti ini. Meninggalkannya menderita, merasakan rasa sakit hingga semangat untuk hidup yang terlalu berlebihan hingga menyakiti tubuhnya sendiri hanya untuk membuktikan bahwa Jongin bisa hidup tanpa dia.

***

Seolah melupakan kondisi tubuhnya yang beum pulih, pagi ini Kyungsoo kembali harus melihat Jongin yang sudah siap untuk bekerja. Ketika Jongin menemukan keberadaan Kyungsoo lalu tersenyum dengan begitu hangat, Kyungsoo merasa Jongin kini benar-benar terlihat menyedihkan. Bagaimana dia bisa tersenyum dengan wajah sepucat itu.

"Selamat pagi," sapanya seperti biasa.

"Kau sakit." Itu bukan sebuah pertanyaan, Kyungsoo mengatakan keadaan Jongin yang dapat dilihatnya kali ini dengan sangat jelas. Meskipun Jongin sedikit mengernyitkan bingung, tetapi lagi-lagi pria itu tersenyum. Sungguh, Kyungsoo tidak suka cara senyuman itu muncul di wajahnya saat ini.

"Hanya kurang enak badan, nanti juga baikan."

"Pergilah untuk berobat," saran Kyungsoo.

"Aku akan melakukannya nanti."

"Jangan lupa untuk makan."

"Iya," angguk Jongin.

"Jangan lupa juga untuk minum obat."

Tidak ada jawabanyang diberikan Jongin. Pria itu hanya memberi kekehan dan tersenyum geli melihat Kyungsoo tengah mengernyit kali ini.

"Kau ternyata bisa cerewet juga," ucap Jongin. Meskipun Kyungsoo tidak paham dengan apa yang dimaksud Jongin kepadanya tadi, entah kenapa itu sedikit mengingatkannya untuk tidak banyak bicara sekarang. Alhasil Kyungsoo mengulum bibirnya. "Terimakasih atas perhatiannya, aku akan menjaga diriku dengan baik."

Jongin mengambil susunya serta koran pagi yang baru beberapa hari mulai manjadi langganannya. Kyungsoo yang masih termangu dengan sepedanya hanya menatap Jongin dalam diam bahkan ketika Jongin tiba-tiba mengucapkan terima kasih kepadanya. Sebelum Kyungsoo bertanya, Jongin segera menjelaskannya saat itu juga.

"Kemarin malam kau kan yang sudah menolongku?" tanya Jogin dan Kyungsoo hanya bisa membatu saat itu juga. Tidak menunggu jawaban Kyungsoo atau memaksanya untuk berterus terang, Jongin justru tersenyum yang membuat Kyungsoo seketika bingung dengan apa yang dirasakannya kali ini. "Aku tahu itu kau," ucapnya lagi.

Kyungsoo tidak menjawab. Ia hanya terlalu terkejut dengan ucapan Jongin yang sangat tidak terduga baginya. Bahkan ketika Jongin pamit untuk pergi, Kyungsoo masih belum bisa mencerna semua yang Jongin ucapkan kepadanya. Apa ini? Kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi seaneh ini? Kyungsoo belum pernah merasakan hal ini sebelumnya maka ia tidak tahu apa yang harus diartikan akan perasaan yang tengah dirasakannya kali ini. Bahkan masih belum mengerti bagaimana Jongin bisa mengetahui keberadaanya semalam.

Jongin pergi menjauh, sangat jauh hingga Kyungsoo tidak lagi dapat melihat simpul senyumannya yang selalu hangat seperti biasanya. Sehun benar, Jongin adalah sosok yang tidak mudah di tebak.

***

Jongin berbohong tentang bagaimana ia yang akan pergi untuk berobat. Begitupun dengan makan. Lagipula Kyungsoo sendiri paham tentang posisinya yang bukanlah siapa-siapa bagi Jongin. Untuk apa Jongin harusberepot-repot mengikuti perintah Kyungsoo tetapi tetap saja Kyungsoo melakukan itu karena bentuk khawatirnya akan kondisi Jongin saat ini.

Ingat bahwa ia harus membahagiakan pria itu.

Ya, Jongin memang terlihat bahagia-tapi tidak terlihat seperti bagaimana pria itu tersenyum atau tertawa. Jongin sengaja membodohi dunia dengan senyumannya padahal Kyungsoo tahuadakesedihan yang tersembunyi disana.

Melaksanakan tugasnya. Kini Kyungsoo memilih mempersiapkan makan malam untuk Jongin. Kyungsoo tidak memiliki kemampuan memasak, ataupun membuat makanan sederhana seperti kebanyakan manusia lainnya; ralat bahwa dia memang bukan manusia—jadi Kyungsoo sengaja memesan akanan untuk Jongin. Hal mudah bagi dirinya yang bisa melakukan apapun keinginannya. Dan tentang kekuatan, semua malaikat memiliki kekuatan yang sama—salah satunya ia bisa membuat makanan mentah untuk menjadi masakan jadi atau seperti menyembuhkan Jongin sakit—itu tidak sesuai dengan aturanhukum alam yaang berlaku di dunia ini. Kyungsoo akan menyembuhkannya atas kuasa-Nya, itu juga jika Jongin memang ingin berusaha menjaga kesehatan tubuhnya.

Ada larangan dimana Kyungsoo tidak boleh mengikut campuri kehidupan manusia dan Kyungsoo patuh untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun demi tugas ini. Meskipun sebenarnya ia berharap tugasnya akan semudah bagaimana manusia berjalan.

Semuanya telah disiapkan. Nasi hangat dan juga sup berkuah hangat. Sederhana memang tetapi setidaknya itu cukup menjagal perut Jongin yang selalu kosong seharian. Kyungsoo berencana untuk membuat makanan ini sebagai pesanan promosi dari restoran yang baru dibuka.

Tetapi tetap saja, rencana hanyalah sebuah rencana. Kyungsoo terlalu menganggap mudah pekerjaannya hingga ia sendiri tidak sadar bahwa Jongin telah pulang dengan cepat bahkan berdiri di ambang pintu rumahnya yang terbuka.

Kyungsoo yang berada di dalam rumah Jongin seketika mematung dengan makanan yang sudah siap tersaji di atas meja. Kyungsoo tahu ini adalah tindakan tidak sopan karena telah memasuki rumah tanpa keberadaan pemiliknya, bahkan ketika mereka tidak memiliki hubungan apapun—Kyungsoo hanyalah orang asing yang tidakblebih dianggap sebagai gadis pengantar susu dan koran.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Jongin dan tentu saja mendengar hal itu Kyungsoo semakin gugup dengan alasan yang harus dijawabnya kali ini.

Andai Kyungsoo bisa menghilang dengan tiba-tiba seperti biasanya tapi tetap saja itu akan semakin mengejutkan Jongin. Bodoh.

***

Note; maaf atas keterlambatan update-nya dan mungkin aga no sense di bab ini. Ya baru dua bab jadi perkenalan aja dulu ya, kkk. Terima kasih sudah nunggu dan semoga suka^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro