Bab 19
Kyungsoo bermimpi, seorang gadis cantik tersenyum kepadanya. Tangan terulur lantas menggenggam tangannya dengan erat. Gadis itu tertawa bahagia ketika ia berlari kecil, menarik Kyungsoo untuk melangkah bersama. Namun tawa itu seketika berhenti ketika bersamaan dengan langkah kakinya. Tawa itu berubah menjadi tangis. Isakannya tersedu menyayat hati. Dari sana gadis itu menatap seorang pria. Dia yang hanya tersenyum dari kejauhan. Tapi Kyungsoo tahu, senyuman itu palsu.
Seberkas cahaya menyilaukan matanya. Kyungsoo terpejam untuk sesaat sebelum akhirnya ia kembali mencoba membuka matanya secara perlahan. Dan untuk kedua kalinya ia kembali melihat senyuman palsu itu.
"Kau bangun?" tanya Kai dalam bisikannya.
Kyungsoo hanya diam, masih menilik bagaimana Jongin bisa tersenyum seperti itu. Itu terlalu menyakitkan, baginya dan mungkin bagi gadis dalam mimpinya.
"Aku tidak pernah berpikir kalau menjadi wanita semenyakitkan itu."
Bohong. Batin Kyungsoo dalam hatinya. Bukan itu yang menjadi kekhawatiran Jongin kali ini. Ada yang Jongin sembunyikan darinya.
"Kenapa kau terus diam?" Jongin bertanya. "Apa kau masih marah kepadaku karena telah memintamu pergi?"
"Tidak," balas Kyungsoo seperti sebuah bisikan.
Jongin terdiam sebelum akhirnya ia menghela napas panjang. "Baiklah, maafkan aku. Aku tidak sepantasnya berkata seperti itu kepadamu."
Kyungsoo hanya bisa tertegun mendengar hal itu. Ada sesuatu yang sangat mengganjal dari sikap Jongin selama ini kepadanya. Ia sama sekali tidak pernah menyadarinya. Tapi karena mimpinya tadi, kini ia sedikit memiliki titik terang kenapa Jongin sulit sekali untuk melepaskan Eunbi selama ini.
Kyungsoo mencoba untuk bangun. Jongin membantunya dengan sangat lembut. Tubuh Kyungsoo ia sandarkan pada dinding sebelum akhirnya Jongin meraih segelas air untuk Kyungsoo minum. Namun Kyungsoo menahannya dengan dengan lembut. Jongin menoleh menatap Kyungsoo dengan tatapan bertanya.
"Kenapa kau selalu bersikap baik?" tanya Kyungsoo tiba-tiba. Namun Jongin sama sekali tidak menjawabnya. Kyungsoo menurunkan lengan Jongin untuk menyimpan kembali gelas yang ada dalam genggamannya lantas mengantikan genggaman itu dengan telapak tangannya sendiri. Kyungsoo menggenggamnya dengan erat.
"Jika aku bersalah karena kesalahan yang kubuat, apakah kau akan marah kepadaku?"
Jongin sedikit tertawa dan itu bukanlah hal yang Kyungsoo inginkan. "Bukankah aku pernah memarahiku, kau tidak ingat aku sangat sering memarahimu dulu karena tidak bisa apa-apa?"
"Bukan itu."
"Lalu apa?" tanya Jongin yang kini duduk menyilaukan di hadapan Kyungsoo dengan tangan yang balas menggenggam gadis itu.
"Tidak saat aku menjadi kekasihmu," ucap Kyungsoo. "Aku hanya.. Kau terlalu baik untukku."
Jongin berdecak, "kau tidak sedang berniat untuk mengakhiri hubungan kita kan?"
Kyungsoo sedikit mengernyit dengan topik pembicaraan yang tiba-tiba berubah. "Kenapa aku harus berniat mengakhiri hubungan kita?" seketika Kyungsoo terperanjat. "Oh! Tentu Tidak!"
Sesaat Jongin hanya mengernyitkan matanya sebelum akhirnya tertawa. "Kata-katamu itu tadi, seperti orang yang tengah meminta putus."
"Aku tidak tahu itu," ucap Kyungsoo merasa bersalah.
"Kalau begitu, apa yang kau maksud terlalu baik untukmu?"
"Aku yang bertanya!"
"Dan apakah aku harus menjawabnya?" tanya Jongin dengan nada menjengkelkan.
Kyungsoo hanya berdecak, mungkin bagi Jongin ini hanya main-main, tapi baginya ini adalah jawaban yang serius. Jongin terus tertawa untuk menggodanya namun Kyungsoo tidak dalam kondisi baik untuk bercanda kali ini. Terlebih dengan kepalanya yang terasa pusing. Kyungsoo melepaskan genggaman Jongin dan memilih untuk berbaring kembali.
Tahu bahwa Kyungsoo mungkin marah kepadanya. Pada akhirnya Jongin berhenti tertawa dan kini menahan Kyungsoo untuk memeluknya erat.
Kyungsoo hanya diam karena Jongin tidak mengucapkan sepatah katapun saat ini. Kyungsoo hanya menunggu hingga pria itu akhirnya berbicara dengan sebuah bisikan kecil.
"Aku tidak ingin menyesal," bisik Jongin. "Aku pernah mengatakannya bukan. Aku ingin melakukan apapun untukmu, bahkan hanya untuk mengalah.. Aku tidak apa-apanya ingin kau bahagia. Setidaknya.. Jika aku bahkan harus kehilanganmu nanti.. Tidak ada yang harus ku sesali."
Kyungsoo tertegun. Bahkan ia semakin membeku ketika Jongin mengecup keningnya dengan lembut. Pria itu menatapnya dan tersenyum.
Kyungsoo paham. Kini ia tahu kenapa Eunbi bisa menangis tersedu hanya dengan senyuman Kim Jongin di dalam mimpinya. Secara tidak langsung Kyungsoo telah menyakiti perasaan Jongin. Dalam arti, Jongin harus berpura-pura bahagia demi kebahagiaan orang yang dicintainya.
Kini Kyungsoo tahu kenapa ia berubah menjadi seorang manusia. Kenapa Tuhan menolongnya sedangkan ia tahu bahwa sebenarnya ini adalah hukuman untuknya.
Kini Kyungsoo berada dalam posisi Eunbi. Kini Kyungsoo harus merasakan bagaimana perasaan Eunbi ketika gadis itu tahu bahwa tidak lama lagi ia harus meninggalkan orang yang dicintainya. Kini Kyungsoo tahu seberapa menyakitkan senyuman Jongin terhadap Eunbi selama ini.
Senyuman itu palsu. Dan Eunbi tidak menyukai itu. Sama seperti dirinya saat ini.
Semua yang Kyungsoo lakukan selama ini bukan untuk Jongin melainkan untuk Eunbi.
***
Semalaman Kyungsoo ternyata menginap di rumah Jongin. Kyungsoo baru menjadi ketika Jongin mengatakan bahwa ia telah membuat sarapan untuk mereka berdua. Bercerita bahwa Minseok datang untuk melihat kondisi Kyungsoo namun membiarkan gadis itu untuk tinggal bersama Jongin sementara waktu karena pria itu harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan dan takut tidak ada yang merawat Kyungsoo bila ia tidak ada.
Jongin banyak bercerita bahwa pria itu mendengar bahwa ayahnya mengatakan jika Kyungsoo selalu berada di dalam kamarnya ketika di rumah dan merasakan kesepian jika tidak ada dirinya. Maka dari itu akan lebih baik jika Kyungsoo berada disini bersama Jongin agar Kyungsoo tidak merasa kesepian.
"Ayahku mengatakan itu semua kepadamu?"
Jongin mengangguk selagi ia menyimpan semangkuk nasi dihadapan Kyungsoo.
"Ayah tidak menceritakan hal lain?"
"Tidak, dia tidak lama disini. Setelah memastikan kau baik-baik saja. Tidak lama setelah itu ia kembali pergi. Kenapa? Kau takut ayahmu membocorkan semua rahasiamu?"
"Kau pikir aku memiliki rahasia?" Kyungsoo memicingkan matanya.
"Semua anak gadis pasti memiliki rahasia yang diketahui orangtuanya yang tidak ingin diketahui orang lain." Jongin terkekeh. "Kau takut aku mengetahui rahasiamu?"
"Aku sama sekali tidak memilki rahasia apapun," Kyungsoo menyiapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya dengan tatapan menunduk menghindari Jongin.
"Kau makan dengan lahap, sama seperti dulu," ucap Jongin tiba-tiba kembali menarik perhatian Kyungsoo. "Aku senang bisa bersamamu lagi seperti ini."
Kyungsoo tersipu. Ia tahu bahwa kini ia merasa malu dibandingkan untuk menjawabnya. Kyungsoo memilih untuk kembali menundukkan wajahnya. Saking menunduk, wajahnya kini tertutupi oleh rambutnya sendiri yang telah terurai berantakan.
Jongin yang memerhatikan kesulitan Kyungsoo yang makan dalam kondisi seperti itu lantas bergeser. Ia duduk disamping Kyungsoo dan menarik rambut Kyungsoo untuk menatanya lebih baik sebelum menggenggamnya dan mengikat rambut itu dengan ikatan sederhana menggunakan karet gelang.
Kyungsoo untuk kesekian kalinya hanya bisa tersipu diperlakukan lembut seprti itu oleh Jongin. Namun gadis itu memilih diam. Bahkan ketika Jongin mengusap kepalanya.
"Kyungsoo.. Jika kau memiliki masalah. Katakan kepadaku. Aku akan membantumu menyelesaikannya," ucap Jongin.
Kyungsoo tidak tahu arti yang Jongin ucapkan kali ini. Namun entah kenapa itu sedikit menenangkan perasaannya yang selama ini terasa gundah. Bagaimanapun Jongin telah berusaha untuk membalas perasannya. Perasaan yang sebelumnya tidak pernah senjata ini bisa Kyungsoo rasakan.
"Kau ingin berjalan-jalan setelah ini?"
Kyungsoo menoleh menatap Jongin dan ia tidak bisa mengatakan apapun selain sebuah anggukan.
***
Jongin tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu Kyungsoo bersiap-siap. Kyungsoo telah membersihkan dirinya dan dia terlihat cukup segar dibandingkan kemarin. Ia terlihat cantik meskipun wajahnya tidak memakai riasan apapun. Ia pikir Kyungsoo akan mempermasalahkan hal itu namun Kyungsoo bahkan sama sekali tidak peduli ketika Jongin berkata ia tidak memiliki bedak ataupun lipstik.
"Apa kemarin kau menutup cafe lagi?" tanya Kyungsoo ketika mereka tengah berjalan bersama.
"Memangnya kenapa?"
"Tidak, hanya saja aku khawatir. Karena aku.. mungkin aku merepotkanmu kemarin dan kau harus menutup kembali cafe-mu."
"Tidak apa-apa," jawab Jongin. "Ketika aku membawamu pulang. Aku meminta Yeri untuk menutup cafe lebih awal jika tidak ada lagi pelanggan yang datang. Dia tidak keberatan."
"Sepertinya keberadaanku membuat kalian berdua sulit."
Jongin menoleh dan melihat bagaimana reaksi Kyungsoo yang terlihat sedih. Jongin tidak menyukai itu.
"Siapa yang mengatakan kau menyulitkan?" Jongin menghentikan langkahnya hanya untuk melihat Kyungsoo yang kini balik menatapnya risau.
"Aku hanya menyatakan kenyataannya," jawab Kyungsoo perlahan.
Jongin berdecak. "Tidak ada yang mengatakan kau menyulitkan dan jangan pernah merasa kau menyulitkan bagiku ataupun bagi yeri."
Jongin terus menatap Kyungsoo ketika gadis itu hanya diam. Sebelum akhirnya gadis itu berucap pelan, lebih dari sebuah bisikan.
"Kau marah?"
"Menurutmu?"
"Kau memang marah," jawab Kyungsoo.
Kyungsoo benar. Mungkin ia memang marah kali ini. Tapi entah kenapa ia tidak menyukai ketika Kyungsoo menyalahkan sesuatu yang tidak seharusnya mereka permasalahkan.
Jujur saja. Sejak tadi pagi ia tidak suka ketika Kyungsoo mengatakan bahwa dirinya terlalu baik bagi Kyungsoo. Jongin bisa menyembunyikan hal itu. Namun kali ini ia sama sekali tidak bisa menyembunyikan. Hal sepele yang membuat Jongin merasa tidak berguna bagi siapapun.
Alasannya adalah tentang siapa Kyungsoo sebenarnya. Berada pada posisi dimana Jongin tidak bisa melakukan apapun untuk menolong Kyungsoo adalah hal yang paling dibencinya. Kyungsoo terus mengatakan hal-hal seolah ia akan benar-benar pergi dari sisinya suatu hari nanti. Tetap saja, Jongin sama sekali tidak siap untuk itu. Ia benci akan perpisahan pertamanya dengan Eunbi dan ia tidak akan melepaskan Kyungsoo untuk kedua kalinya. Tidak akan pernah.
Memilih diam dari ucapan Kyungsoo sebelumnya. Kini Jongin memilih untuk menggenggam tangan Kyungsoo lantas menariknya untuk berjalan bersama namun Kyungsoo bahkan sama sekali tidak melangkahkan kalinya. Kyungsoo seolah meminta jawaban atas sikap Jongin kali ini. Dan benar saja, Jongin hanya bisa diam ketika gadis itu kembali berucap.
"Apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo. "Kau tengah memikirkan sesuatu?"
Butuh jeda beberapa saat sebelum Jongin akhrinya menjawab.
"Tidak ada."
"Kau tidak berbohong kepadaku?" tanya Kyungsoo dan Jongin menahan sekuat tenaga untuk tidak kehilangan emosinya yang semalaman ini ia simpan.
Namun ia tidak bisa. Jongin bisa saja terus diam tapi ia tidak bisa membohongi perasannya akan ketakutannya untuk kehilangan Kyungsoo. Jongin hanya bisa menunduk dan diam.
Dalam hatinya Jongin terus berdebat. Haruskah ia bertanya tentang siapa Kyungsoo sebenarnya? Haruskah ia meyakinkan jawaban Kyungsoo bahwa ucapan pria tidak di kenal tempo hari adalah kebenaran? Haruskah ia mengatakan kepada Kyungsoo bahwa Minseok memberi tahu siapa dia sebenarnya? Semua itu mungkin saja hampir terucap dari bibirnya sebelum akhirnya di bungkam ketika sepasang tangan melingkar, memeluk tubuhnya dengan lembut. Kyungsoo memeluknya dengan penuh kehangatan.
"Kau tadi bilang, kau akan membantuku jika aku menceritakan semua masalahku kepadamu. Apakah kau tidak ingin menceritakan masalahmu kepadaku? Mungkin aku bisa membantumu."
Sama sekali tidak ada jawaban. Jongin mungkin saja menangis kali ini tapi ia lebih memilih menenggelamkan wajahnya di bahu Kyungsoo dan balas memeluknya dengan erat.
"Aku akan mengatakannya jika aku siap," bisik Jongin ketika telah cukup lama diam di pelukan Kyungsoo. "Aku hanya ingin terus bersamamu."
***
"Semua itu butuh pengorbanan," ucap Minseok pada Sehun yang kini hanya berdiri diam di ambang pintu membelakangi keberadaannya.
"Bukan salahnya jika dia memang mencintainya," lanjutnya namun Sehun masih bergeming. "Kehidupan ini bukanlah sebuah keberuntungan untukku. Kau sendiri tahu itu dan aku tidak ingin Kyungsoo merasakan hal yang sama. Setidaknya biarkan dia untuk terus bersama lelaki itu."
Sehun tetap diam dan Minseok menghela napas untuk itu. Ia lantas berdiri dan mencoba menghampiri lelaki itu untuk membujuknya kembali memasuki ruangannya.
"Adakah jalan agar Kyungsoo kembali?" tanya Sehun ketika ia menoleh dan mendapati Minseok kini tidak jauh berada di hadapannya.
Minseok menggeleng perlahan. "Pilihannya hanya ada dua. Dia mati atau hidup sebagai orang lain."
***
Hello.. Goodnight.. And long time no see~
♪ヽ(*´∀')ノ
Lupa aku? Atau aku yang lupa kalian? Hehe.. Nggak kok bercanda. Udah setahun dong ya aku ilang gitu aja.. Tapi yeayy~ akhirnya aku bisa aktif lagi disini (dan semoga lebih konsisten dan gak ilang-ilangan lagi). Doain ya!
Setahun kemana aja? Ya banyak sih ya.. Dari yang sedih, happy sampe ngebosenin. Sedihnya mah lah ya jangan di ceritain, yang happy happy aja dulu karena pada akhirnya setelah ketemu exo, i'm officially taken! Lol! Iya aku punya orang sekarang. Haha.
Loh? Kapan? Tahun lalu. Iya setahun yang lalu aku udah taken jadi ya.. Yang biasanya seneng-seneng bucinin oppa sekarang pindah dulu Bucinin yang lain. Hehe dan akhirnya setelah coba membiasakan diri dikit-dikit ketemu deh waktu yang pas buat nulis lagi. Wkwk kesannya ini lebay banget ya.. Tapi serius emang sesusah itu. Jadi bukan tanpa alasan aku ilang gitu aja dari WP. Aku cuma cari waktu yang pas biar aku bisa tetep asik nulis tanpa ganggu keseharianku yang udah berubah total.
So.. Untuk chapter ini emang dikit banget. Takutnya kalian lupa sama alur cerita ini. Tapi kalo misalnya lupa bisa deh terjadi chapter sebelumnya. Untuk yang setia nunggu juga.. Terima kasih banyak. Gak sabar pengen selesain cerita ini dan punya cerita baru lagi 💛
Terima kasih untuk kesabaran teman-teman menunggu cerita ini dan doakan agar aku tetap konsisten ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro