Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 18

Kyungsoo terbangun ketika ia sadar bahwa kini ia telah berada di rumahnya, lebih tepatnya kini ia berada di dalam kamarnya sendiri.

Kyungsoo terdiam sesaat untuk bisa mengingat bagaimana ia bisa berada disini sedangkan kemarin malam ia merasa bahwa ia masih bersama Jongin di cafe. Semakin ia mengingat apa yang telah terjadi, kepalanya mulai terasa pusing. Selain itu rasa sakit di perutnya juga belum menghilang.

Kyungsoo ingin keluar untuk mengobati rasa sakitnya tetapi sepertinya ia tidak bisa untuk sekedar berjalan kali ini. Telapak kakinya entah kenapa terasa dingin. Pada akhirnya ia memilih untuk mencari ponselnya akan tetapi ia juga tidak tahu dimana ponselnya sekarang.

Kyungsoo menatap ke pintu ruangan kamarnya dan berteriak dengan lemah.

"Ada seseorang diluar?" tanya Kyungsoo hingga tidak lama kemudian seorang pelayan memasuki kamarnya.

"Ya nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Bisa ambilkan sebotol air hangat untukku?" tanya Kyungsoo mengingat kembali bagaimana Yeri memberitahunya sehingga rasa sakit di perutnya kemarin terasa lebih baik.

"Maaf?" tanya pelayan itu tidak mengerti.

"Aku sedang dalam datang bulan, atau apalah.. Aku sama sekali tidak mengerti. Perutku terasa sakit."

Pelayanan itu lantas tersenyum mengerti maksud dari ucapan Kyungsoo.

"Baiklah, saya akan mengambilkan obat untuk anda juga, nona."

Dan Kyungsoo hanya mengangguk selagi pelayan itu pergi untuk menyiapkan apa yang diperlukan Kyungsoo kali ini.

Kyungsoo kembali mengingat ponselnya. Ia menyingkap selimutnya untuk mencari ponselnya dan saat itulah ia menemukan ponselnya tergeletak di bawah tubuhnya. Kyungsoo membuka layar ponsel itu cepat dan mengetahui terdapat satu pesan untuknya. Ketika ia membukanya ia melihat nama Jongin disana dengan isi pesan; 'apakah kau telah merasa baikan hari ini? Kau tidak perlu masuk kerja hari ini. Beristirahatlah.'

Kyungsoo tertegun membaca pesan itu. Tanpa sadar kini ia mengingat percakapan terakhirnya dengan Jongin. Semua ucapannya untuk meminta Kyungsoo tidak meninggalkannya lagi. Semakin lama ia mencerna perkataan itu kini Kyungsoo semakin yakin bahwa sebenarnya Jongin telah mengingat sesuatu antara dirinya dan Jongin di masa lalu.

Tentang kesalahannya telah menyalahkan Tuhan kepada Eunbi. Tentang kemarahannya dan juga penyesalannya. Semua yang dikatakan Jongin ada sangkut pautnya dengan Kyungsoo akan tetapi bagaimana bisa ia memegang janji itu sedangkan Kyungsoo sendiri mengetahui bahwa ia akan pergi.

Kyungsoo menumpu kepalanya di kedua telapak tangannya. Berpikir keras bahwa perasaannya telah berubah menjadi sesuatu yang nyata. Sebuah perasaan yang memintanya untuk tetap tinggal dan tidak ingin melepaskannya. Hatinya tiba-tiba terasa sesak kembali dan entah kenapa semakin lama ia memikirkannya, rasanya semakin sakit.

Suara pintu yang terbuka bahkan tidak mengusik Kyungsoo kali ini. Bukan pelayan tadi yang datang melainkan minseok yang membawa beberapa buah-buahan yang telah terpotong di atas nampan juga minuman dan botol air hangat disana.

"Kau bukan hanya seorang manusia, bahkan kau seorang wanita sekarang," ucap Minseok ketika ia duduk di samping ranjang Kyungsoo. "Makan ini, kau akan merasa lebih baik," ucapnya lagi namun sepertinya Kyungsoo sama sekali tidak mendengarkannya. Gadis itu masih diam dengan kepala yang tertunduk dengan lemah.

Merasakan sesuatu yang tidak beres kali ini, Minseok menyimpan nampan di atas nakas meja lantas menyentuh pundak Kyungsoo untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

"Kyungsoo.. Ada apa?" tanya Minseok hati-hati namun Minseok tertegun ketika melihat wajah Kyungsoo telah dibasahi oleh air mata. Gadis itu menangis dengan terisak seolah ia tengah merasa kesakitan untuk itu.

"Ayah.. Ayah..," ucapnya berulang kali dan Minseok hanya bisa menarik Kyungsoo kedalam pelukannya selagi gadis itu masih menangis terisak.

"Ayah.. Bantu aku, aku tidak ingin mati. A-aku mencintainya," gumam Kyungsoo dalam tangisannya.

Minseok tentu saja terkejut atas ucapan Kyungsoo kali ini. Ia tentu tahu siapa sosok yang tengah dibicarakan Kyungsoo. Orang dicintainya tentu saja adalah Kim Jongin.

"Ayah.. Tolong aku, aku tidak ingin mengingkari janjiku. Aku tidak ingin meninggalkan Jongin, aku.. Aku..," Kyungsoo bahkan tidak mampu untuk melanjutkan ucapannya selain menangis lebih keras dari sebelumnya.

Minseok hanya bisa menenangkan tangisan Kyungsoo dengan menepuk pundaknya perlahan dengan pelukan penuh ketenangan. Ia tidak menyangka bahwa semuanya akan berubah serumit ini.

Melihat Kyungsoo menangis tentu saja ikut menyakitinya.

***

Jongin terbangun dengan perasaan gelisah. Ia baru bisa memejamkan matanya hanya beberapa jam saja setelah mengantarkan Kyungsoo pulang, namun lagi-lagi ia kembali membuka matanya ketika jarum jam belum menunjukkan pukul enam pagi.

Jongin tidak tahu apa yang membuatnya gelisah. Jika mungkin perasaan ini datang hanya karena khawatir dengan keadaan Kyungsoo, ia tidak akan se gelisah ini. Terlebih ketika Jongin perlahan mulai mengingat kembali Kyungsoo yang pernah ada; lama sebelum akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih seperti saat ini.

Ingatan itu muncul tiba-tiba kemarin disaat Jongin menunggu gadis itu untuk bangun dari tidurnya. Semua kenangan-kenangan yang terpotong kini mulai tersusun dengan rapih. Sekelebat kejadian yang membingungkannya kini mulai bisa ia pahami dan beberapa kejadian dalam mimpinya kini mulai terasa masuk akal untuk dicerna.

Apa yang dikatakan pria itu kemarin pagi membuatnya bertanya; jika ia memang membunuh Kyungsoo, lantas kenapa gadis ini masih berada di sini--bersamanya.

Seharusnya ia mati, seharusnya Kyungsoo tidak ada disini. Ingatannya membawanya kembali disaat dimana ia melihat terkahir kali gadis itu ada bersamanya; Gadis itu berada dalam dekapannya. Gadis itu meringis dalam kesakitan dengan sepasang sayap dibalik punggungnya.

Saat itu Kyungsoo hanya bisa berbisik dan berkata,  "menangislah. Menangislah untuk dirimu sendiri dan akan kujanjikan seribu tahun kebahagiaan untukmu."

Hanya itu ucapan terakhir yang dikatakannya sebelum Jongin jatuh tak sadarkan diri dan kembali bangun dengan ingatan lain tentang Sehun yang telah menolongnya dari sebuah perampokan.

Jongin membenci fakta bahwa ia pernah menyakiti Kyungsoo di masa lalu, namun ia lebih benci kepada dirinya sendiri karena baru mengingat Kyungsoo setelah banyak hari yang mereka lewati bersama. Jongin tidak tahu apakah ia membenci Kyungsoo karena gadis itu tidak pernah bercerita sekalipun tentang masa lalunya bersama Jongin.

Gadis itu masih menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Entah seberapa sering gadis itu memintanya bahagia, namun kenapa di malam itu Kyungsoo malah menginginkan ia untuk menangis?

Lalu sayap itu, apa arti sayap yang dimiliki Kyungsoo? Siapakah Kyungsoo sebenarnya?

Meskipun begitu, perasaanya seperti membawanya untuk menolak mencurigai Kyungsoo kali ini. Hatinya mengambil alih semua rasa curiganya. Jongin hanya tahu bahwa ia tidak akan pernah kembali kehilangan Kyungsoo untuk kedua kalinya.

***

"Kukira kau tidak akan masuk hari ini," itu Yeri. Gadis itu menghentikan pekerjaannya untuk melihat kedatangan Kyungsoo sore ini. Ia melangkah sedikit tertatih hingga akhirnya gadis itu kini berdiri di hadapan Yeri dan Jongin.

"Aku tidak ingin membuat kalian kerepotan," ucap Kyungsoo.

"Aku sudah memintamu untuk tidak datang bekerja," ucap Jongin.

"Aku tetap mau bekerja."

"Kalau kau masih dalam kondisi seperti ini, pulanglah."

"Tapi aku--," ucapan Kyungsoo terpotong ketika Jongin berkata tegas didepannya.

"Aku bilang pulang ya pulang!" ucap Jongin dengan suara keras membuat gadis itu seketika tertegun.

Yeri yang berada disampingnya sama terkejutnya seperti Kyungsoo. Gadis itu menatap tidak mengerti mengapa bosnya bisa berteriak seperti itu kepada Kyungsoo. Melihat Kyungsoo yang seketika tertunduk membuat Yeri berbalik untuk membelanya.

"Yak! Bos bisa menyuruhnya pulang tapi jangan berteriak seperti itu!" bela Yeri namun Jongin hanya pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja.

Sedangkan Kyungsoo yang masih berdiri di belakang Yeri hanya bisa bertanya-tanya kenapa Jongin tiba-tiba berubah. Kemarin malam Jongin masih terlihat baik seperti biasanya, bahkan pria itu memintanya untuk tidak pergi.

"Kau jangan pikirkan dia, dia memang seperti itu kan?" tanya Yeri yang dibalas oleh anggukan kecil Kyungsoo.

"Karena bos menyuruhmu pulang, lebih baik kau pulang saja. Lagipula aku mengerti bagaimana rasa sakitnya kau saat ini."

"Tapi, Jongin?" Kyungsoo hanya merasa tidak nyaman melihat Jongin seperti tadi.

"Biarkan saja, kau sama sekali tidak salah disini. Nanti juga dia akan meminta maaf dengan sendirinya."

Mungkin Yeri benar, ia harus menuruti Jongin kali ini dibandingkan ia membuat Jongin kesal. Meskipun ia tidak ingin, pada akhirnya Kyungsoo memilih untuk pergi. Dengan enggan ia keluar dari cafe namun ia sama sekali tidak melihat Jongin yang sekedar untuk melihatnya.

Kyungsoo hanya bisa melihat Jongin yang tertunduk mengerjakan sesuatu di mejanya. Kyungsoo pantas kecewa kali ini. Tanpa alasan yang jelas Jongin terlihat marah kepadanya namun yang lebih menyebalkan ialah Kyungsoo tidak bisa mencari tahu apa yang sebenarnya telah Jongin ingat. Karena Kyungsoo tahu sejak malam kemarin bahwa Jongin sebenarnya telah mengingat sesuatu.

***

Kyungsoo hanya diam di halte hingga malam menjelang. Dia bukannya tidak tahu bagaimana caranya pulang. Sopir ayahnya pasti akan datang kapanpun Kyungsoo menghubunginya. Begitupun juga dengan Minseok. Tapi ia merasa tidak ingin untuk pergi. Ia ingin tetap tinggal dan kemungkinan untuk bertemu Jongin akan lebih besar jika Kyungsoo menunggunya disini.

Kyungsoo ingin bertanya secara langsung kenapa Jongin bersikap seperti itu kepadanya? Apakah Jongin marah kepadanya? Tapi, untuk apa?

"Karena kau keras kepala," ucap seseorang menjawab pertanyaan di dalam kepalanya.

Kyungsoo hampir terkejut namun ia segera mendengus mendapati Sehun kini duduk disampingnya.

"Jangan baca pikiranku lagi," ucap Kyungsoo tidak suka.

"Kenapa? Bukankah itu membantu untuk menjawab semua pertanyaanmu?"

Kyungsoo hanya diam tanpa menjawab ucapan Sehun kali ini. Bahkan ia sama sekali tidak ingin menatap wajah pria itu. Lama setelah itu akhirnya Sehun kembali bicara.

"Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa kau sudah terlalu jauh," ucap Sehun dengan nada lelah.

"Untuk?"

"Semua perasaanmu kepadanya," jawabnya lagi membuat Kyungsoo kini menatapnya. "Jika kau seperti ini, bagaimana kau bisa menyelesaikan tugasmu?"

"Jika aku berhasil, apakah aku akan kembali menjadi malaikat? Apakah aku akan melupakan perasaanku ini?" tanya Kyungsoo lebih kepada dirinya sendiri.

Jujur saja, Kyungsoo sendiri tidak pernah menyangka bahwa perasaannya bisa sampai di titik dimana ia tidak ingin kehilangan Jongin. Kini ia tahu kenapa cinta bisa membunuh manusia secara perlahan.

"Jujur saja aku khawatir," ucap Sehun membuat Kyungsoo kini menatap pria itu. "Aku sendiri tidak tahu bagaimana nasibmu. Entah kau akan tetap menjadi manusia atau malah mati untuk kebahagian pria itu."

Kyungsoo hanya bisa tertegun dalam ingatannya, ia sudah terlalu terbiasa kini mendengar kata 'mati' hingga ia tidak tahu lagi harus bereaksi apa tentang kenyataan itu.

"Aku akan berakhir begitu saja?" Kyungsoo membuang napasnya lelah. "Itu melegakan jika aku membayangkan bahwa nantinya Jongin akan bahagia setelah aku tidak ada. Setiap saat aku selalu bersamanya, tetapi sepertinya aku selalu menyulitkannya."

Kyungsoo hanya bisa menunduk dan memerhatikan kedua kakinya yang terayun dengan seirama. "Seandainya aku tidak mengacaukannya dulu, semuanya tidak akan sejauh ini. Akan lebih mudah aku meninggalkannya," bisiknya yang mampu di dengarkan oleh Sehun.

Bahkan Sehun bisa merasakan kesedihan disana. Ia tentu merasa kecewa melihat Kyungsoo yang telah berubah seperti seorang manusia pada umumnya yang mengerti bagaimana itu rasa sedih. Tapi ia juga tidak bisa memungkiri betapa menyedihkannya Kyungsoo kali ini.

"Sehun, menurutmu telah seberapa jauh aku melakukan tugasku ini?"

"Aku sama sekali tidak tahu, hanya kau yang tahu jawabannya. Memangnya kenapa?"

"Hanya ingin memastikan apakah aku memiliki cukup waktu yang tersisa agar Jongin tahu bahwa aku sangat mencintainya."

Sehun hanya bisa menatap Kyungsoo yang masih tertunduk sedih. Sehun tahu, perasaan yang Kyungsoo miliki sangat tulus. Aura yang dipancarkannya terlihat jelas bahwa ia tengah resah dengan perasaannya, warna yang terlalu gelap bagi seseorang yang tengah merasakan jatuh cinta.

Lama ia memerhatikan diri Kyungsoo, Sehun mendongak lantas menyadari bahwa ada sosok yang berdiri tak jauh disamping Kyungsoo kali ini. Sosok itu tersenyum dengan tatapan yang lembut kepada Kyungsoo seolah hanya Kyungsoo sosok terindah yang bisa dilihatnya kali ini.

Entah sejak kapan, aura di sekeliling Kyungsoo kini mulai terlihat terang, seakan secercah cahaya tengah menyinari Kyungsoo kali ini. Ketika Sehun mulai menyadari semua yang tengah terjadi, ia lantas menoleh ke sisi lain dimana ia menemukan seseorang yang memiliki aura yang sama seperti Kyungsoo berjalan cepat menghampiri mereka.

Sekali lagi Sehun melirik ke arah Kyungsoo yang masih menunduk sedih. Kini ia tidak mungkin menyangkalnya kembali bahwa cinta itu benar-benar telah ada di antara mereka; terbukti bahwa malaikat pun berdiri hanya untuk melihat Jongin yang kini berjalan setengah tergesa menghampiri Kyungsoo.

"Dia datang," bisik Sehun membuat Kyungsoo akhirnya menoleh tidak mengerti atas ucapan Sehun. Namun Kyungsoo sama sekali tidak bisa melihat Sehun kali ini, pria itu entah menghilang kemana.

Tatapannya kini justru jatuh kepada Jongin yang berjalan menghampirinya. Kyungsoo berdiri untuk menanyakan kenapa Jongin berada disini sedangkan saat ini masih masuk pada jam kerja. Belum sempat ia bisa berucap, Jongin telah lebih dulu menariknya ke dalam sebuah pelukan.

"Maafkan aku," bisik Jongin membuat Kyungsoo yang masih tidak mengerti akan sikap Jongin hanya bisa tertegun. "Maaf, tidak seharusnya aku memintamu pergi. Maafkan aku."

Kyungsoo tidak tahu apa yang harus ia katakan. Jongin semakin memeluk erat tubuhnya dan menenggelamkan wajahnya di antara bahunya. Bahunya bergetar dan Kyungsoo bisa merasakan bahwa kali ini Jongin tengah menangis.

Kyungsoo tidak tahu apa yang terjadi. Tidak tahu apa yang membuat Jongin menangis. Bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya kali ini. Jongin terus menggumamkan permintaan maafnya berulang kali dengan air mata yang terus jatuh membasahi bahunya.

Selagi Kyungsoo bisa, ia ingin membalas pelukan Kim Jongin saat ini juga. Namun ia sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa. Tangannya terlalu kaku untuk bisa digerakkan dan tiba-tiba saja kakinya terasa sulit untuk menopang tubuhnya sendiri agar bisa berdiri. Sebelum ia bisa berucap, Kyungsoo telah lebih dulu memejamkan matanya dan jatuh tak sadarkan diri di dalam pelukan Jongin.

Untuk kesekian kalinya, Kyungsoo tidak tahu apa yang telah terjadi kepadanya.

***

"Seberapa berat kau menanggung rasa sakit ini?" hanya itu yang bisa Jongin bisikan selagi ia menatap Kyungsoo yang kini berbaring di tempat tidurnya.

Jongin yang terduduk di lantai hanya menidurkan kepalanya di atas kasur. Berhadapan dengan wajah Kyungsoo kali ini. sesekali ia menyisihkan helai demi helai rambut yang menutupi wajah gadis itu. Ia tidak akan pernah bosan, meskipun rambutnya telah terselip di belakang telinga Kyungsoo.

Wajah Kyungsoo terlihat sangat pucat. Jongin tidak pernah bisa membayangkan bagaimana wajah Eunbi dulu ketika ia sakit. Namun kini, ketika ia melihat Kyungsoo dalam kondisi yang mungkin  tidak jauh berbeda dengan Eunbi, ia tahu bahwa ia sama sekali tidak akan siap untuk mengalami kehilangan seseorang untuk kedua kalinya.

Ini buruk, dan ia tidak tahu harus melakukan apa hanya untuk bisa mempertahankan Kyungsoo selalu berada di sisinya. Ini adalah kali kedua ia melihat Kyungsoo seperti ini dan ia tidak mungkin untuk tidak cemas. Perasaan bersalah ketika ia membentak Kyungsoo hanya untuk memintanya pulang terus menghantuinya. Bahkan jika bukan karena Minseok, Jongin mungkin tidak akan pernah menyadari bahwa sebenarnya ia telah sangat bergantung kepada Kyungsoo dan sangat mencintainya.

Semua itu bermula ketika ia mendapatkan sebuah panggilan yang ia ketahui adalah nomor Minseok. Jongin tentu saja mengangkatnya karena ia mengira pria itu mungkin menanyakan uang sewa yang belum dibayarkannya atau sekedar menanyakan Kyungsoo.

"Kim Jongin, kau bersama Kyungsoo sekarang?" tanya Minseok dalam panggilannya.

"Tidak. Tapi dia telah kuminta untuk pulang tadi sore. Apakah dia tidak ada di rumahnya saat ini?"

"Ya, dia tidak ada disini, bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi," ucapnya dengan cemas.

Jongin seketika tertegun. Gadis itu sama sekali tidak pulang. Jadi kemana dia?

"Aku akan mencarinya," ucap Jongin seketika karena ia tahu bahwa ia telah bersalah karena telah membiarkan  Kyungsoo pulang begitu saja.

"Aku khawatir dengan dia," gumam Minseok. "Meskipun dia bukan siapa-siapa, aku menganggap dia seperti anakku sendiri."

Jongin yang tadi hendak mencari Kyungsoo kini hanya bisa diam mendengar ucapan Minseok. Jadi selama ini Kyungsoo buka  anaknya? Lalu siapa dia? batinnya.

"Dia harus melakukan  tugas yang berat dan menanggung semua resikonya. Tadi siang dia berkata bahwa dia sangat mencintaimu dan dia tidak ingin meninggalkanmu. Bahkan aku sendiri tidak ingin kehilangannya," lanjutnya membuat Jongin tidak bisa mengerti apa yang tengah minseok jelaskan. Maka dari itu ia bertanya.

"Apa maksudmu?"

"Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang kau, tolong cari dia dan pastikan dia dalam kondisi yang baik-baik saja bersamamu."

Setelah panggilan itu berakhir. Tanpa pikir panjang ia segera pergi keluar setelah meminta Yeri untuk menutup tokonya ketika pelanggan terakhir keluar.

Meskipun Jongin masih merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya Minseok katakan, tapi ia tidak mungkin diam saja ketika Kyungsoo sendiri tidak berada di sini ataupun di rumahnya. Kecuali satu tempat yang hanya bisa ia tuju setelah cafe miliknya. Halte bus.

Jongin segera berlari dengan perasaan khawatir karena ia telah membiarkan Kyungsoo pergi seorang diri. Jantungnya berdebar dengan resah karena tidak ingin terjadi hal buruk menimpa gadis itu. Terlebih setelah mendengarkan ucapan Minseok seolah menegaskan bahwa Kyungsoo sebenarnya dalam kondisi tidak baik.

Pada saat itulah ia melihat Kyungsoo. Hanya menunduk dengan kaki yang saling terayun ketika ia duduk. Jongin semakin berlari bahkan ketika gadis itu menoleh lantas berdiri dan mendapatkan keberadaannya. Jongin terlalu lelah menyalahkan dirinya sendiri maka dari itu ia hanya bisa menarik Kyungsoo kedalam pelukannya, sesaat ketika mereka telah saling berhadapan.

Jongin menangis. Ia merasa bersalah. Seharusnya ia tidak bersikap keterlaluan kepada Kyungsoo. Mengingat ucapan Minseok membuat ia berpikir bahwa ada sesuatu yang sengaja Kyungsoo sembunyikan darinya dan entah kenapa semua itu seperti ada hubungn ya dengan Jongin sendiri.

Ia terus menggumamkan kata maaf di tengah isakannya. Kyungsoo sama sekali tidak bereaksi apapun, gadis itu jatuh tak sadarkan diri di dalam pelukannya. Untuk kesekian kalinya ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Kyungsoo maka tanpa pikir panjang ia segera membawa Kyungsoo ke rumahnya.

Kini Kyungsoo disini, dan perasaan Jongin mengatakan bahwa ia harus tetap tinggal di sisinya. Jongin bisa melihat kerapuhan itu disana. Ia menyentuh wajah gadis itu dan mengusapnya secara perlahan. Bahkan tubuhnya terasa dingin bagi orang normal kebanyakan.

Jongin tadinya ingin membawa ke Rumah Sakit untuk memastikan kondisi Kyungsoo. Namun Minseok memintanya untuk tetap tinggal dan ia akan mengunjungi rumah Jongin untuk memastikan kondisi Kyungsoo.

Suara ketukan terdengar, dan Jongin tahu itu pasti Minseok. Jongin segera bangkit lantas membawa tubuhnya untuk menemui Minseok yang telah berdiri di depan pintunya. Pria yang bahkan terlalu muda untuk disebut ayah itu hanya memberikan raut sedih yang begitu kentara dengan ekpresi yang biasa pria itu berikan.

"Kyungsoo telah sadar?" tanya Minseok dengan nada khawatir dan Jongin hanya menggelengkan kepalanya.

Setelah mengajak Minseok untuk masuk, Jongin mengarahkan pria itu untuk sampai di kamarnya dimana disana Kyungsoo tengah berbaring. Minseok untuk sesaat melihat kondisi putrinya itu. Menyentuh tubuhnya, menyentuh wajahnya hingga memerhatikan bagian leher putrinya. Jongin tidak tahu apa yang tengah minseok amati kali ini karena pria itu beralih menyingkap sedikit kerah bajunya, memerhatikan bagian bahu gadis itu. Minseok cukup lama mengamati bagian itu sebelum akhirnya pria itu menghela napas yang panjang.

"Kau pasti akan terkejut," bisik minseok kepada Kyungsoo yang masih bisa didengarkan Jongin.

"Sebenarnya, ada apa?" tanya Jongin.

Minseok menoleh dan kini ia hanya memberikan sebuah senyuman. "Dia baik-baik saja."

"Tapi, kondisinya?"

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun Jongin, dia akan baik-baik saja."

Meskipun Jongin ragu, tapi ia berusaha untuk tetap memercayai apa yang dikatakan Minseok. Ia yakin Kyungsoo memang baik-baik saja.

"Ngomong-ngomong ada hal yang harus aku bicarakan kepadamu," ucap Minseok menarik perhatian Jongin untuk memerhatikan nya.

***

"Kyungsoo tidak sama seperti kita," buka Minseok membuat Jongin mengernyit untuk bisa memahami apa yang diucapkan pria itu. "Aku tidak tahu apa ini benar atau tidak, tetapi jika aku yang mengatakannya, kurasa tidak akan ada yang terjadi antara dirimu dengan Kyungsoo."

"Aku? Memangnya apa yang aku lakukan?"

"Tidak, kau tidak melakukan apa-apa. Hanya saja semua yang terjadi kepada Kyungsoo itu ada hubungannya denganmu."

"Apa itu termasuk dengan kejadian yang kualami beberapa tahun yang lalu?" tanya Jongin. "Aku tahu itu bukan mimpi, aku bisa mengingatnya dengan jelas bahwa saat itu tanpa sengaja aku membunuhnya. Lalu..,"? Jongin terdiam untuk beberapa saat merasa ragu dengan ucapannya sendiri. Akan tetapi melihat tatapan Minseok yang seolah menunggunya membuat Jongin akhirnya memberanikan diri bertanya untuk yang pertama kalinya. "Aku melihat sayap dibalik tubuhnya. Apa itu yang kau maksud berbeda?"

Minseok terdiam cukup lama dan pada akhirnya semua pertanyaan yang selama ini menghantuinya kini telah mendapatkan jawabannya. Minseok mengangguk perlahan sebelum akhirnya ia bicara.

"Aku tidak bisa mengatakan siapa dia sebenarnya tapi mungkin itu sudah cukup menjelaskan tentang siapa Kyungsoo sebenarnya."

Jongin terhenyak. Ia sedikit memundurkan tubuhnya dari Minseok kali ini. Entah kenapa ia kini mulai ragu dengan pria di hadapannya meskipun Minseok telah menjawab semua pertanyaan yang membelenggu nya kali ini.

"Kau tahu siapa Kyungsoo?" tanya Jongin membuat Minseok mengangguk. "Siapa kau?"

Sadar dengan perubahan sikap yang ditunjukkan Jongin, Minseok seketika tersenyum. Hal yang aneh ketika tiba-tiba saja pria itu menyunggingkan sebuah senyuman di tengah obrolan serius mereka.

"Aku sama sepertimu, aku seorang manusia."

"Jika kau manusia, bagaimana kau tahu siapa Kyungsoo sebenarnya?"

"Karena aku pernah berada di posisi Kyungsoo beratus tahun yang lalu."

Jongin merasa pening, ia semakin tidak mengerti apa yang minseok ucapkan. Dia bilang beratus tahun yang lalu? Bagaimana pria itu bisa bicara seakan ia bicara bahwa semua itu dialaminya kemarin.

"Tidak, aku masih tidak mengerti, maksudku bisakah kau langsung mengatakan yang sebenarnya apa yang telah terjadi kepada Kyungsoo?" yang Jongin tidak sabar.

"Ini semua bermula dari hubunganmu dengan Eunbi?"

"Eunbi?" Jongin semakin bertanya-tanya

"Kyungsoo seharusnya menyembuhkan luka di hatimu, akan tetapi karena sebuah kesalahan besar, ia terjebak menjadi seorang manusia saat ini."

Jongin masih menunggu, ia masih menyimak apa yang akan Minseok katakan selanjutnya. Bahkan ketika kedua pria itu saling mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Dia akan terus terjebak dengan kehidupan ini sampai kau bisa benar-benar bahagia. Maka dari itu ia melakukan segala cara untuk bisa menjadi kekasihmu. Ia ingin membuatmu bahagia dan bisa melupakan luka lamamu."

Seketika Jongin tertegun, jika itu alasan Kyungsoo ingin menjadi kekasihnya sejak awal, tentu saja Kyungsoo telah berhasil untuk menyumbangkan akan luka hatinya dulu atas kehilangan Eunbi.

"Aku sudah bahagia saat ini," ucap Jongin.

"Tapi kau belum bisa melupakan Eunbi. Yang kau lihat dari Kyungsoo saat ini hanyalah sosok Eunbi. Kau bisa bersikap kau telah menerima Kyungsoo, tetapi sebenarnya kau belum sepenuhnya bisa melepaskan Eunbi di dalam hatimu."

Jongin ingin mengelak, ia memahami dengan baik perasaannya sendiri dan yakin bahwa ia sebenarnya telah mencintai Kyungsoo. Namun di sisi lain ia juga membenarkan ucapan Minseok. Sadar atau tidak, Kyungsoo seperti sosok pengganti Eunbi saat ini. Tapi ia yakin, Kyungsoo telah membuatnya bahagia. Ia mencintainya dan Jongin tidak bisa menipu dirinya sendiri.

"Tapi aku mencintainya," jawab Jongin kini. "Aku bahagia dan tidak ada lagi yang perlu Kyungsoo lakukan untuk membuatku bahagia lebih dari sekarang ini."

"Kenyataannya kau belum sepenuhnya bahagia," ucap Minseok. "Jika kau bahagia, Kyungsoo tidak akan pernah ada lagi disini."

Jongin tergagap seketika. "A-apa maksudmu?"

"Meskipun Kyungsoo menjadi seorang manusia, ia hanya menjalankan tugasnya. Setelah selesai, dia tidak akan  pernah berada lagi disini."

Jongin menahan tubuhnya dengan satu lengan yang menumpu di lantai, seolah menopang tubuhnya untuk tetap bisa memahami apa yang Minseok katakan.

"Maksudmu, jika aku benar-benar bahagia, dia tidak akan  lagi berada disini?" Jongin tertawa miris, "bagaimana bisa itu terjadi? Bagaimana aku bisa bahagia jika dia tidak ada?"

"Makanya aku mengatakan semua ini kepadamu. Tolong, jika kau memahami betapa beratnya tugas Kyungsoo kali ini bantulah dia untuk bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik."

"Kyungsoo pernah menjanjikan sebuah kebahagiaan jika aku menangis, apa itu tugas yang kau maksud?"

Minseok mengangguk.

"Bagaimana caranya?" tanya Jongin tanpa menatap Minseok kali ini karena ia terlalu terkejut dengan apa yang didengatkannya.

"Hanya kau yang tahu itu."

"Bagaimana jika aku tidak menangis? Itu lebih baik bukan?" Kini tatapan Jongin jatuh kepada Minseok dengan penuh harap. "Kyungsoo tetap akan berada disini bersamaku, kan?"

"Itu benar," Jongin hampir menghela napas lega untuk itu namun ia harus kembali tercekat ketiak Minseok melanjutkan ucapannya. "Namun, ia akan terus berada dalam kondisi seperti ini berulang kali."

Kini tatapannya jatuh pada Kyungsoo yang masih berbaring dengan wajah yang pucat. Jongin mengikuti arah tatapan Kyungsoo dan ia baru memahami betapa menyedihkannya Kyungsoo kali ini.

"Aku bahkan tidak bisa terus melihatnya seprti ini. Jika kau memang mencintainya, setidaknya biarkan dia melakukan tugasnya tanpa harus merasa kesakitan," mohon Minseok kepada Jongin yang masih mengunci tatapannya akan kondisi Kyungsoo.

Jongin bingung. Jongin yakin ia bahagia namun ia tidak tahu apa kebahagiaannya setelah ini akan membawanya ke kehidupan yang lebih baik. Yang Jongin inginkan adalah Kyungsoo harus tetap tinggal di sisinya. Ia telah kehilangan Eunbi dan ia tidak ingin melakukan  kesalahan yang sama seperti dulu terhadap Kyungsoo.

Akan  tetapi Jongin juga tidak bisa melihat Kyungsoo dalam kondisi seperti ini. Semua itu hanya semakin mengingatkannya kepada Eunbi. Betapa menyedihkan dan menyakitkan nya ka harus melihat wanita yang dicintainya sakit.

Jongin mencoba memilih, apakah ia harus bahagia seperti apa yang minseok katakan lantas kehilangan Kyungsoo nanti atau, hidup bersama Kyungsoo dengan keadaan gadis itu yang kesakitan? Jongin benar-benar tidak bisa untuk memilih. Jika ia bisa, ia ingin mengorbankan kebahagiaannya hanya agar Kyungsoo tetap ada. Kini ia mengingat sesuatu, Jongin  menatap Minseok dengan lekat.

"Kau mengatakan kau pernah ada di posisi Kyungsoo," ucap Jongin. "Bagaimana caranya kau bisa hidup menjadi seorang manusia kali ini?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro