Bab 17
Kyungsoo hanya bisa menatap bingung Kim Jongin kali ini. Pria itu nampak berbeda dari biasanya. Dia memperlakukannya begitu sangat baik. Yah.. memang kenyataannya Jongin adalah pria baik, tapi ia masih merasa tidak mengerti apa yang sebenarnya pria itu tunjukkan kepadanya.
Jongin benar-benar menutup tokonya untuk hari ini lantas mengajak Kyungsoo untuk pergi ke sebuah taman bermain yang entah apa namanya. Tempatnya luas dan besar, banyak sekali wahana tempat bermain dan banyak pula pengunjung memadati tempat ini dari berbagai usia.
Jongin membelikannya sebuah topi lucu dengan hiasan telinga disana seperti seekor kucing. Jongin beralasan bahwa hari ini matahari akan bersinar sangat terik. Jongin tidak mau ia kepanasan tapi saat Kyungsoo bercermin ia malah terlihat lucu.
Jongin terus menggenggam tangannya. Terus bertanya apa yang Kyungsoo mau dan Kyungsoo terus menolak setiap kali Jongin mengajaknya untuk mencoba berbagai wahana yang ada. Jika dulu Kyungsoo merasa penasaran dengan apa yang para manusia sukai, tetapi melihat secara langsung bagaimana mereka berteriak dengan wahana yang ada. Kyungsoo ketakutan.
"Kau tidak mau mencoba apapun," keluh Jongin setelah Kyungsoo lagi-lagi menolak ajakannya.
"Aku terlalu takut untuk mencoba," balas Kyungsoo.
"Itu menyenangkan, tidak menakutkan," tunjuknya pada sebuah wahana yang mengayunkan sekelompok orang melayang dengan tinggi.
Kyungsoo bergidik ngeri, "tidak."
Jongin menghela napas lalu menatap Kyungsoo. "Aku sudah membayar banyak untuk masuk kesini."
"Aku juga tidak menyuruhmu kesini. Kau saja yang mengajakku," timpalnya.
Jongin menghela napas kembali ketika gadis yang berstatus kekasihnya ini kini mulai pandai berbicara.
"Baiklah, sekarang kau mau apa?"
"Makan," keluhnya. "Tadi pagi aku tidak menyelesaikan sarapanku," ucapnya sedih.
"Baiklah, kita cari makanan untukmu."
Jongin mengajak Kyungsoo untuk menuju area makan dimana beberapa stand makanan berjejer disana. Dari makanan manis, pedas, makanan berat hingga ringan. Jongin tadinya ingin membelikan makanan berat namun sepertinya mereka datang terlalu awal ke tempat ini. Meski taman hiburan ini sudah di jejali pengunjung, area tempat makan masih terlihat sangat sepi. Hanya beberapa stand makanan yang baru dibuka dan Jongin maupun Kyungsoo adalah satu-satunya yang datang ke tempat ini lebih awal.
Pada akhirnya Jongin hanya membelikan sebuah hotdog dan bubble tea untuk Kyungsoo dan gadis itu tidak mempermasalahkan apa yang Jongin berikan untuknya.
Mereka duduk berdua di tempat makan yang masih sepi pengunjung itu. Jongin hanya duduk diam di samping Kyungsoo selagi gadis itu menyantap dengan lahap makanannya. Rasanya sangat lucu dan diam-diam dia meraih ponselnya dan mengabadikan momen itu.
Ketika suara kamera terdengar nyaring ditelinga Kyungsoo, gadis itu menoleh dan melirik Jongin yang kini tengah terkekeh lalu menunjukkan hasil fotonya.
"Kau terlihat lucu, aku akan mengirimkannya di grup," canda Jongin yang seketika membuat Kyungsoo panik melihat wajah jeleknya.
"Tidak, jangan!"
Kyungsoo hendak meraih ponsel itu namun Jongin segera mengangkat tangannya tinggi.
"Terlambat."
Kyungsoo membelalakkan matanya lantas ia sendiri segera meraih ponselnya untuk mencari tahu apakah foto itu benar-benar dikirimkan. Ia tidak mau jika Yeri sampai Sungwoon tau foto jeleknya. Namun Kyungsoo tidak memiliki pesan baru bahkan obrolan grupnya masih sama. Ia melirik kepada Jongin yang terkekeh.
"Ya.. menyebalkan," decak Kyungsoo merasa dipermainkan.
"Kau lucu," hanya itu saja balasannya dan Kyungsoo hanya bisa memberenggut.
Jongin tidak tahu sejak kapan ia mulai sedekat ini dengan Kyungsoo. Kecanggungan yang sebelumnya selalu terikat diantara mereka berdua setiap kali bertemu perlahan mulai menghilang. Kenyamanan itu tiba tiba datang dengan sendirinya. Ia kembali menatap foto Kyungsoo di ponselnya. Tidak, ia tidak akan mengirimkan foto ini kepada siapapun. Foto ini hanya akan menjadi miliknya sendiri. Sebagai kenangan baru yang ia miliki.
***
Mereka bersenang-senang. Tentu saja, namun jika saja Jongin maupun Kyungsoo bisa menikmatinya lebih lama karena beberapa jam kemudian Jongin mendapatkan panggilan dari Yeri. Sebuah panggilan tak sopan membuat Jongin sendiri menghela napas saat menerimanya.
"Yah! Bos! Kenapa kau menutup cafe tanpa memberitahuku?!" teriak Yeri di ujung panggilan terdengar kesal.
"Aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Aku bos-nya," ucap Jongin sedikit menahan kekesalannya juga.
"Setidaknya katakan kepadaku jadi aku tidak akan berjanji kepada teman-temanku," ucapnya.
Jongin mengernyit seketika.
"Janji apa?"
"Teman-temanku akan mengadakan pesta kejutan dan mereka ingin merayakannya disini. Aku pikir akan menyenangkan bisa berkumpul disini tetapi.. aisssh.. bos kau begitu menyebalkan. Kenapa kau malah tutup disaat-saat seperti ini?"
"Kau bisa mencari di tempat lain, aku sedang..,"
"Aku tidak mau tahu, cepat kembali atau aku tidak akan membantu bos lagi!" ucap Yeri memotong ucapan Jongin sebelum akhirnya memutus panggilan itu secara sepihak.
Jongin menghela napas panjang. Semakin lama Yeri mulai berani kepadanya. Ia harus membicarakan tentang gadis ini kepada Sungwoon jika ada kesempatan. Setelah ia menyimpan ponsel ke dalam sakunya, ia melirik ke arah Kyungsoo yang terlihat sedang merekam dirinya sendiri menggunakan kameranya. Sesaat Jongin tersenyum melihat tingkah lucu gadis itu namun sayangnya mereka harus segera pulang sebelum Yeri bertindak berlebihan nantinya; meski Jongin sendiri tidak yakin apa yang bisa gadis itu lakukan.
"Kyungsoo," panggilnya ketika ia menghampiri Kyungsoo. "Kita harus segera kembali ke cafe."
"Ada masalah?" tanya Kyungsoo cemas.
"Yeri dan teman-temannya datang ke toko. Dia bilang ingin merayakan pesta disana."
"Kalau begitu ayo," ajak Kyungsoo segera namun Jongin menahan tangannya untuk pergi.
"Maaf ya, seharusnya kita bersenang-senang, tapi sayangnya kita harus kembali," ucapnya penuh penyesalan namun Kyungsoo hanya membalasnya dengan senyuman.
"Tidak masalah, Yeri membutuhkan kita. Kita bisa kesini lagi lain waktu."
Jongin akhirnya hanya bisa mengangguk dan memutuskan untuk kembali ke cafe. Mereka kembali dengan cepat menggunakan bus dan kurang dari satu jam mereka telah sampai di cafe dan menemukan segerombolan siswa sekolah menengah tengah berkumpul di depan cafe Jongin.
Yeri berlari lebih dulu untuk menghampiri Jongin ketika pria itu setengah malas membuka tokonya.
"Maaf menganggu waktu kencannya bos, tapi kita juga butuh banyak uang untuk membayar sewa tempat ini kan?" ucap Yeri beralasan. Entah maksudnya tengah menyindirnya atau memang benar-benar ingin membantunya.
Jongin menghela napas panjang, "akan kupotong sebagian gajimu untuk hari ini," sebelum akhirnya ia masuk dan Yeri hanya bisa menggerutu untuk itu. Ia melirik Kyungsoo yang mengenakan topi lucu di sampingnya dan berbisik pelan.
"Kekasihmu itu kadang sangat menyebalkan. Bagaimana bisa kau menyukainya?" ucap Yeri dan Kyungsoo hanya bisa diam dengan bingung. "Ngomong-ngomong kau terlihat lucu," komentarnya sebelum Yeri akhirnya mengajak teman-temannya untuk memasuki cafe.
Tidak ingin hanya diam saja. Kyungsoo membantu Yeri menurunkan beberapa kursi yang sebenarnya telah dari tadi pagi ia bereskan. Entah untuk keberapa kalinya ia melakukan ini tapi ia mulai terbiasa dan gesit untuk melakukannya.
Yeri terus berceloteh tentang temannya yang mengatakan bahwa mereka mengadakan pesta kejutan untuk salah satu temannya yang akan debut sebagai Idol grup. Meskipun Kyungsoo sama sekali tidak mengerti, ia masih mendengarkan apa yang Yeri ceritakan kali ini dengan baik.
"Kau membutuhkan kue atau semacamnya?" tanya Jongin kepada Yeri.
"Tentu saja, ini kan sebuah perayaan."
"Dia pacarmu atau apa?"
"Bos!" teriaknya tiba-tiba, ia menoleh sekeliling sebelum memukul lengan Jongin pelan. "Jaga bicaramu, dia bukan pacarku. Dia temanku."
"Kau terlihat lebih sibuk dari teman-temanmu yang lain. Kau pasti sangat menyukainya," balas Jongin dan seketika wajah Yeri berubah merona saat itu juga.
"Ya.. Itukan karena aku bekerja disini," bisiknya dengan canggung. Menghindari tatapan Jongin akhirnya Yeri menoleh ke arah Kyungsoo. "Bantu aku menyiapkan minuman untuk teman-temanku, ya?"
"Baiklah," Jawab Kyungsoo seraya berbalik untuk menyiapkan minuman dingin namun ia seketika berhenti ketika Yeri berteriak kepadanya dengan panik. Bahkan hingga teman-temannya yang lain menoleh mencari tahu apa yang terjadi.
"Ada apa?" tanya Kyungsoo bingung dan Yeri tiba-tiba berdiri disampingnya dengan jarak yang begitu sangat dekat.
"Hei.. Apakah ini hari pertamamu?" bisiknya begitu perlahan dan Kyungsoo mengernyit tidak mengerti.
"Hari pertama apa?"
"Dicelanamu keluar banyak sekali," bisiknya lagi. Jongin yang mendengarkan ucapan Yeri seketika menoleh untuk mencari tahu apa yang dimaksud Yeri kali ini namun Yeri telah lebih dulu memergokinya dan menatapnya dengan tajam.
"Hei! Kau sangat tidak sopan!" teriak Yeri marah sebelum akhirnya ia melepas blazer seragam sekolahnya dan memakaikannya untuk melingkari pinggang Kyungsoo.
"Kita ke belakang," ajak Yeri setengah tergesa menyeret Kyungsoo ke belakang cafe. Kyungsoo nampak bingung dan Jongin jauh lebih bingung dengan apa yang terjadi kepada Kyungsoo.
***
"Kau membawa cadangannya kan?" tanya Yeri sesampainya mereka dibelakang.
Kyungsoo yang masih bingung hanya menggeleng dengan artian bahwa ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Yeri saat ini.
"Kurasa kau tidak tahu, ya mungkin ini hari pertamamu," Yeri melepas ransel yang daritadi ia kenakan dan memberikan sebuah bungkusan kecil berwarna putih dari dalam pouch yang ada di tasnya.
"Gunakan ini, aku menyimpan sebuah celana di loker. Kurasa itu cukup karena ukuran pinggang kita tidak jauh berbeda."
Kyungsoo menerima benda itu dengan bingung. "Memangnya, kenapa dengan celanaku?"
"Kau benar-benar tidak tahu ya?" tanya Yeri heran. "Aku harap itu tidak bocor daritadi. Itu cukup terlihat jelas di celanamu."
Kyungsoo segera melirik belakang celananya, meskipun tidak terlihat jelas, ia bisa melihat noda merah yang mengotori celana jeansnya. Kyungsoo terkesiap dan menatap Yeri dengan penuh keterkejutan.
Kyungsoo tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya, entah kenapa ia tiba-tiba teringat dengan perkataan Sehun dan Minseok bahwa ia akan mati.
Namun sepertinya Yeri memiliki pemikiran yang berbeda dengan Kyungsoo. Yeri menganggap rasa terkejut itu biasa karena Yeri juga pernah mengalaminya ketika tengah dalam masa datang bulannya.
"Bagaimana ini?" tanya Kyungsoo panik.
"Cepat ganti, kurasa belum banyak yang menyadarinya. Untung aku melihatnya lebih dulu."
Kyungsoo tak lantas pergi, ia masih menunggu Yeri ketika gadis itu mengeluarkan celana dari satu-satunya loker yang dimiliki cafe ini.
"Aku heran bagaimana bisa kau tidak tahu bahwa ini adalah hari pertamamu. Biasanya sering terjadi keram perut sebelum mengalaminya. Kau belum pernah merasakan hal semacam itu ya?"
Mendengar ucapan Yeri entah kenapa ia mulai merasa tiba-tiba perutnya terasa sakit. Ia memeluk perutnya tiba-tiba.
"Apa.. Apa itu sangat sakit?"
Yeri mengangguk. "Ya, tentu saja. Bahkan rasanya seperti akan mati jika terasa sangat sakit."
Kyungsoo berubah pucat. Ia merasa takut dan merasa tidak siap untuk meninggalkan kehidupannya saat ini.
"Aku rasa aku mulai merasa sakit," bisik Kyungsoo.
Yeri mengangguk, "tidak masalah. Mungkin itu tidak akan terasa sangat sakit untukmu. Cepat pakai ini di celanamu, aku harus menyiapkan minuman untuk teman-temanku. Jika sudah selesai bantu aku lagi ya."
Kyungsoo hanya bisa diam ketika Yeri meninggalkannya seorang diri. Ia menatap benda asing di tangannya dan juga celana yang harus ia kenakan. Apa ini sebuah pencegahan? Kyungsoo sama sekali tidak mengerti bagaimana cara menggunakan benda ini. Kyungsoo hanya merasa lemas dan perutnya terasa sakit. Jika ini kematian yang Sehun bicarakan, sepertinya Kyungsoo tidak sanggup lagi untuk melakukan pekerjaan apapun hari ini.
***
Jongin terus melirik pintu belakang memastikan tidak ada yang terjadi hal yang buruk terhadap Kyungsoo. Ketika Yeri kembali gadis itu hanya mengatakan bahwa Kyungsoo mengalami hal yang biasa terjadi kepada para wanita.
Jongin ingin masuk untuk memastikan apa yang terjadi namun lagi-lagi Yeri malah memarahinya dan berkata untuk kedua kalinya bahwa ia tidak sopan. Pada akhirnya Jongin hanya bisa menunggu selagi ia menyiapkan minuman untuk teman-teman Yeri.
Suasana cafe tiba-tiba ramai kembali ketika seorang lelaki muda memasuki cafe. Nyanyian selamat teralun dengan keras dinyanyikan teman-temannya dan senyuman lelaki muda itu yang terlihat terkejut namun juga bahagia.
Jongin disana memerhatikan Yeri yang bernyanyi dengan bahagia ketika salah satu temannya yang lain menghampiri lekaki itu dan memberikan kue dengan lilin yang menyala.
Entah kenapa Jongin ikut merasa bahagia melihat itu. Bahkan entah sejak kapan ia mulai memerhatikan Yeri yang terlihat jauh lebih bahagia dari hari-hari biasanya. Yeri adalah gadis yang baik, bagaimana cara ia mempersiapkan segalanya untuk pesta kejutan ini membuat ia teringat lagi pada masa-masa dimana ia merasa sangat kesepian setelah kepergian Eunbi.
Yeri adalah salah satu yang tanpa ia sadari selalu ada bersamanya. Sama seperti dengan apa yang ia lihat kali ini, Yeri akan melakukan segala cara untuk membuat orang di sekelilingnya bahagia. Termasuk juga Kyungsoo, meski pertemuan Yeri dan Kyungsoo terkesan tidak baik, siapa yang mengira bahwa Yeri bahkan begitu terlihat sangat dekat dengan gadis itu sekarang.
Meskipun Yeri adalah adik dari sahabatnya ia juga menganggap Yeri layaknya adik kandungnya sendiri. Dia memiliki kepribadian yang cerah dan tahu bahwa Yeri dikelilingi oleh teman-teman yang baik disekelilingnya membuat Jongin merasa lega.
Suara pintu yang terbuka membuat Jongin menoleh ke belakang. Perhatiannya dari Yeri dan teman-temannya kini beralih kepada Kyungsoo.
Jika tadi ia melihat wajah-wajah bahagia yang begitu sangat berseri, berbanding terbalik dengan wajah Kyungsoo yang terlihat pucat. Jongin memerhatikan penampilan Kyungsoo yang kini telah mengenakan celana training yang terlihat kekecilan di kakinya. Mengingat perkataan Yeri tentang keadaan Kyungsoo kini ia dapat memahami apa yang gadis itu alami kini.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jongin ketika Kyungsoo berjalan menghampirinya lantas duduk di kursi yang biasa Jongin duduki.
"Perutku terasa sakit dan aku merasa pusing setelah melihat banyak darah," gumamnya dengan lugu.
Jongin berdeham dengan canggung mendengar perkataan Kyungsoo kali ini. Namun sekali lagi ia merasa khawatir melihat wajah pucat Kyungsoo yang nampak tidak baik untuknya.
"Apa kau ingin pulang saja? Aku akan mengantarkanmu," ucap Jongin namun Kyungsoo menggeleng.
"Aku merasa tidak enak kepadamu juga Yeri. Kalian pasti akan sangat sibuk hari ini. Lagipula ayahku tidak ada di rumah siang ini. Aku akan menunggunya menjemputku nanti malam saja."
Jongin merasa penasaran sedekat apa Kyungsoo dengan ayahnya itu sehingga ia hanya ingin pulang jika ayahnya berada di rumahnya. Saat Jongin mengunjungi rumah Kyungsoo, ada banyak pelayan yang mungkin akan membantunya kapan saja tetapi sepertinya Kyungsoo bukan tipe gadis yang akan menyulitkan orang lain atau mungkin gadis itu hanya merasa kesepian karena tinggal seorang diri di rumahnya.
Entahlah. Pada akhirnya Jongin menyetujui permintaan Kyungsoo.
"Kalau begitu kau beristirahat saja, kau tidak perlu membantu kami jika kau sakit," Kyungsoo menjawabnya dengan anggukan. "Berbaringlah disana, aku akan membantumu."
Kyungsoo hanya mengikuti keinginan Jongin ketika pria itu membantunya untuk berdiri dan membawanya untuk berbaring di sudut lain di ruangan cafe ini. Ada sebuah bangku panjang dengan alas bantal duduk disana. Tidak ada salahnya Kyungsoo berbaring disana lagipula Jongin membuka cafe ini hanya untuk pesta kejutan teman Yeri. Ia tidak akan menerima tamu hari ini dan membiarkan Kyungsoo untuk beristirahat.
Jongin memindahkan beberapa meja untuk membuat tempat berbaring Kyungsoo nampak luas lantas membaringkan Kyungsoo dengan hati-hati.
Yeri yang menatap keadaan Kyungsoo menghampiri mereka seketika.
"Dia baik-baik saja?" tanya Yeri khawatir.
"Sepertinya dia mengalami keram perut," ucap Jongin yang mulai mengetahui apa yang terjadi kepada Kyungsoo.
"Maaf aku tidak bisa membantumu, Yeri," ucap Kyungsoo merasa bersalah.
"Hei jangan seperti itu, tidak apa-apa. Aku mengerti. Posisikan tubuhmu menyamping, itu akan meredakan rasa sakitnya," saran Yeri.
"Apakah aku akan mati?" bisik Kyungsoo dan Yeri seketika terkekeh mendengar ungkapan lucu kali ini.
"Tidak seburuk itu, tenanglah. Meskipun rasanya sangat sakit tapi tidak sampai membuatmu mati. Aku juga sering mengalaminya."
Jongin yang mendengar percakapan antara Kyungsoo dan Yeri hanya bisa diam. Jika bagi Yeri itu terdengar lucu tapi tidak untuk Jongin.
Yeri pergi untuk sementara waktu meninggalkan Kyungsoo dan Jongin. Jongin yang daritadi diam hanya bisa membiarkan Kyungsoo untuk beristirahat ketika gadis itu mulai memejamkan matanya. Jongin menyelimuti sekitar kaki Kyungsoo dengan jaketnya sesaat ketika Yeri kembali datang dengan sebotol air di lengannya.
"Peluk ini dan simpan di perutmu. Itu akan sedikit mengurangi rasa sakitnya," ucap Yeri kini membantu Kyungsoo untuk memeluk sebotol air hangat.
Setelah Yeri merasa bahwa kondisi Kyungsoo cukup baik nantinya, ia menoleh ke arah Jongin yang terlihat nampak cemas di sampingnya.
"Lihatlah dirimu sekarang bos, dulu kau mengacuhkannnya dan kini kau terlihat mengkhawatirkannya," bisik Yeri menggoda dan Jongin seketika menghela napas mendengar godaan itu. Ia menajamkan tatapannya kepada Yeri yang malah membuat gadis itu tertawa. "Tenang saja, Kyungsoo akan baik-baik saja."
"Sebaiknya kau memanggilnya dengan panggilan eonnie mulai sekarang," titah Jongin.
"Hmm, akan kupikirkan, jika kau telah menikah dengannya," ejek Yeri yang lantas pergi begitu saja meninggalkannya.
Jongin hanya berdesis lantas melirik ke arah Kyungsoo. Sepertinya gadis itu tidak mendengarkan percakapannya dengan Yeri karena ia kini melihat gadis itu telah memejamkan matanya dengan rapat. Sepertinya Kyungsoo jatuh tertidur untuk meredam rasa sakitnya.
***
Kyungsoo membuka matanya perlahan dan saat itu juga tatapannya langsung terjatuh pada mata lainnya yang kini tengah memperhatikannya dalam keadaan ruangan yang remang. Kyungsoo terbangun dengan rasa terkejut, ia mencoba mendudukkan dirinya sendiri ketika Jongin baru saja akan membantunya untuk bangun.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jongin ketika Kyungsoo telah mendudukkan dirinya sendiri.
"Ya, kurasa," Kyungsoo sesaat melirik Jongin yang masih menatapnya khawatir. Entah berapa lama ia tidur karena kini malam telah tiba. Jongin masih disini menunggunya dengan duduk di sebuah kursi dan tangan memangku dagu di sebuah meja.
Jongin berdiri setelahnya dan tak lama membawa segelas air hangat untuknya. Kyungsoo menerimanya lantas meminumnya perlahan.
"Kurasa aku harus mengantarkanmu pulang," ucap Jongin membuat Kyungsoo kembali melirik nya. "Beberapa saat yang lalu ayahmu menelponmu. Aku memintanya untuk pulang cepat karena kau sakit namun sayangnya dia mengatakan bahwa tengah ada urusan di luar kota. Dia tidak bisa menjemputmu pulang."
Kyungsoo mengangguk perlahan. "Baiklah."
"Perutmu masih terasa sakit?"
"Sudah lebih baik," Kyungsoo menghela napas. "Ini pertama kalinya untukku dan aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku pikir aku akan mati," jawabnya dengan lugu.
"Jangan berkata seperti itu," potong Jongin. "Kau akan baik-baik saja."
Kyungsoo menatap Jongin dan seketika ia mengutuk dirinya sendiri kenapa harus mengatakan hal semacam itu. Jongin telah melewati masa-masa buruk dan Kyungsoo malah terdengar telah menyakitinya. Kyungsoo seketika tertunduk merasa bersalah.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggungmu," ucap Kyungsoo. "Kau pasti merasa takut ketika aku terus mengatakan bahwa aku merasa akan mati. Sungguh maafkan aku," bisiknya dan tanpa ia sadari Kyungsoo telah menangis untuk itu.
Jongin yang melihatnya seketika tertegun. Ia berpindah posisi untuk duduk disamping Kyungsoo. Mengusap air mata Kyungsoo lantas menariknya kedalam dekapannya.
"Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu," ucap Jongin. "Tidak apa-apa, aku hanya khawatir. Kau tidak menyinggung apapun."
"Aku tetap saja merasa bersalah."
Jongin semakin mendekap tubuh Kyungsoo untuk mencoba menenangkannya.
"Hanya karena aku pernah kehilangan seseorang bukan berarti aku takut untuk hal-hal seperti itu," Jongin menghela napas perlahan sebelum akhrinya ia kembali melanjutkan ucapannya. "Seseorang mengatakan kepadaku bahwa aku telah marah kepada diriku sendiri karena aku telah melepaskan orang yang aku cintai begitu saja."
Kyungsoo menghentikan tangisannya. Ia tertegun mendengar ucapan Jongin kali ini lantas menatap Jongin yang terlihat menerawang sesuatu; jauh dari bayangan matanya.
"Aku terus menyalahkan Tuhan tentang apa yang terjadi padahal kenyataannya aku yang bersalah karena tidak memanfaatkan waktuku sendiri untuk menjaganya. Masih ada waktu yang tersisa dan aku malah memilih untuk menjauh dan melepaskannya. Ketika aku mengingat kembali perkataannya kini aku sadar bahwa aku hidup dalam sebuah penyesalan."
Jongin melihat Kyungsoo kali ini dan mengusap perlahan wajah Kyungsoo untuk menghapus jejak air matanya.
"Aku tidak ingin lagi hidup dalam sebuah kemarahan dan penyesalan," ucap Jongin membuat Kyungsoo tiba-tiba merasakan sebuah kelegaan yang entah kenapa terasa ringan dalam dirinya. "Jangan pernah pergi," bisiknya dan Kyungsoo hanya bisa diam ketika untuk pertama kalinya ia melihat air mata yang menggenang di pelupuk mata Jongin. "Berjanjilah untuk terus tinggal bersamaku."
Kyungsoo merasakan sebuah tusukan menyakitkan yang tiba-tiba menyerang hatinya. Ada hal lain yang ia rasakan ketika ia mendengar penuturan Jongin yang terdengar tulus untuknya. Untuk sekian kalinya Kyungsoo meneteskan air matanya tatkala Jongin mengecup ringan puncak kepalanya.
"Berjanjilah untuk tidak pernah pergi lagi," lanjut Jongin dan Kyungsoo hanya bisa menatap dengan sendu mendengar penuturan Jongin.
Jongin memengingat sesuatu, pikirnya.
"Kau berjanji?" tanya Jongin kepada Kyungsoo.
Kyungsoo masih tetap diam di tempatnya. Ia masih tidak mengerti apa yang dirasakannya kali ini. Ia merasa lega ketika mendengar penuturan Jongin yang terdengar tulus di telinganya namun di sisi lain ada sebuah kesakitan yang menyesakkan dadanya.
Mungkinkah ini cinta itu? Sebuah rasa yang lebih indah dari sebuah kata suka. Sebuah perasaan bahagia yang membuat Kyungsoo bahkan tidak bisa berkata hanya untuk mengungkapkan perasaannya. Kyungsoo kini memiliki perasaan itu. Ia tidak hanya bisa menilai orang-orang lagi dari hatinya, kini ia telah merasakannya secara langsung. Mengetahui bagaimana cinta itu datang ketika kau mulai menyadari kehadirnya.
"Aku mencintaimu," bisik Kyungsoo perlahan menahan tatapan Jongin untuk tetap menatapnya. "Benar, kini aku tahu bahwa aku mencintaimu."
Tidak ada lagi kata yang terucap dari bibir Kyungsoo ketika Jongin telah lebih dulu membungkamnya dengan sebuah ciuman lembut. Jongin mengarahkan salah satu telapak tangannya di pipi Kyungsoo dan ia masih berusaha mengusap jejak air mata Kyungsoo kali ini.
Kyungsoo merasa bahagia. Bahkan ketika Jongin tersenyum dibalik ciumannya sesaat ketika mereka bersitatap.
Jongin kembali menciumnya dan intuisinya membawa Kyungsoo untuk membalas ciuman itu dengan ringan.
Rasanya begitu berbeda dan Kyungsoo kini menyadari bahwa ia Benar-benar telah jatuh pada perasannya sendiri.
Jatuh dalam cinta, jatuh dalam janji untuk tidak meninggalkan. Hanya kehampaan ketika kesadarannya kembali menghilang namun membawanya pada sebuah kelegaan di ruang hampa dalam hatinya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro