Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16

Pagi ini begitu sangat indah. Entah hanya perasaannya atau memang Jongin tengah dalam kondisi baik kali ini. Ia menatap sekeliling ketika banyak sekali orang-orang yang berada di sekitarnya saling tersenyum dan menyapa. Ini seperti sebuah hari dimana rasanya seperti sebuah anugerah untuknya.

Dengan sepatu olahraganya ia berlari mengitari di tepian sungai han sebelum akhirnya ia merasa cukup dan berlari untuk kembali pulang.

Keadaan komplek rumahnya tidak jauh berbeda dengan keadaan di taman. Sebenarnya Jongin merasa heran. Komplek perumahannya bukanlah sebuah komplek yang begitu ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya. Tetapi kali ini terlihat berbeda, setiap gang dipenuhi para tetangga yang tengah berbincang, anak-anak yang tengah bermain di depan halaman rumah mereka dan para pria yang tengah mencuci mobil-mobil mereka.

Aneh jika Jongin mengatakan bahwa rasanya baru kali ini ia merasa sangat hidup; akan tetapi itulah kenyataan yang bisa ia rasakan.

Ketika langkahnya membawanya ke rumah, Jongin melihat disana terdapat seorang gadis dengan sepeda yang terparkir disana. Jongin berjalan mendekat dan menemukan bahwa gadis itu tengah menyimpan sekotak susu dan sebuah koran disana.

"Selamat pagi," sapa Jongin kepada gadis itu seraya melepas earphone dan topi yang dikenakannya.

Ketika gadis itu menoleh, jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia menatap tak percaya pada gadis di hadapannya. Itu Kyungsoo dan dia terlihat sangat berbeda. Jongin tidak tahu apa yang begitu sangat membedakannya, hanya saja gadis itu tidak tersenyum seperti biasanya. Ia hanya diam dengan kikuk juga wajah yang malu-malu menatapnya.

Sebuah cahaya seolah menyinarinya, seolah ia nampak begitu istimewa di sana atau memang di matanya.

Rasanya begitu familiar, Jongin seolah pernah mengalami ini. Hal-hal lain yang memicu ingatan lainnya kembali.

Kejadian-kejadian lain berputar dalam kepalanya seketika. Apapun yang dapat ia ingat hanya ada Kyungsoo disana. Ini telah lama menghantuinya tetapi baru kali ini Jongin merasa itu begitu sangat nyata. Hingga tanpa ia sadari bahwa salah satu tangannya tengah mencengkram erat leher Kyungsoo.

Jongin terlalu terkejut untuk itu. Jongin berusaha untuk bisa melepaskan tangannya dari leher itu namun sayangnya cengkraman yang ia buat terlalu kuat menahan leher Kyungsoo. Gadis itu sama sekali tidak bicara, hanya tatapan sendu yang tiba-tiba saja menyakiti perasaannya.

Entah apa yang ia lakukan selanjutnya hingga tanpa ia sadari Jongin mendorong kuat tubuh Kyungsoo hingga tubuh itu menabrak keras sisi meja, menusuk sesuatu di balik tubuhnya sebelum sepasang sayang muncul di sana.

"Kyungsoo!" teriak Jongin seketika.

Ia terengah-engah, keringat membasahi hampir seluruh tubuhnya. Matanya mencari keberadaan gadis itu dengan tatapan nyalang. Berkeliling hingga ia hanya bisa mendapati kamarnya yang kosong.

Jongin segera bangkit, ia berlari keluar meninggalkan kamarnya dan berhenti menatap meja yang sebelumnya nampak terguling sebelumnya. Tidak ada barang yang berceceran disana, tidak ada Kyungsoo. Tidak ada apapun yang terjadi disana sebelum akhirnya Jongin menyadari itu semua hanyalah mimpi.

Jongin seketika menjatuhkan tubuhnya. Terlalu. Terkejut dengan apa yang terjadi. Mimpi itu selalu datang setiap saat dan entah kenapa ini terasa begitu sangat nyata.

Haruskah ia tetap diam padahal di dalam lubuk hatinya ia masih bertanya apakah semua ini sebenarnya adalah sebuah kenyataan. Ini sudah berlangsung lama, Jongin seharusnya segera mencari tahu sejak keberadaan Kyungsoo di dalam hidupnya sekarang. Bukankah itu adalah alasan awal kenapa ia menerima Kyungsoo sebagai kekasihnya.

Entah itu adalah hal yang buruk atau tidak, ia harus mencari tahu.

***

Kyungsoo mulai kembali bersikap biasa. Bicara kepada ayahnya dan beraktifitas seperti biasa. Hari ini ia akan mulai bekerja kembali. Sebenarnya ia malu karena ia harus membolos beberapa hari karena Jongin. Meski memang kenyataannya Kyungsoo akan benar-benar menghilang, Kyungsoo perlahan mencoba menerima itu dan menekankan pada dirinya sendiri bahwa ini demi Jongin.

Ia melakukan sarapan bersama Minseok. Hal yang telah ia lewatkan beberapa hari bersama ayahnya itu. Namun sebelum ia dapat memakan satu gigitan dari roti panggangnya. Ia terhenyak ketika sebuah tepukan mendarat di punggungnya. Kyungsoo menoleh setengah kesal kepada sang pelaku.

Sehun disana, menaikkan satu alisnya sebelum akhirnya duduk di samping kursinya. Masih kesal, Kyungsoo menghiraukan keberadaan Sehun dan berhasil memakan makanannya.

"Aku akan mengantar Kyungsoo hari ini," ucap Sehun namun Kyungsoo tidak menjawab pernyataan itu.

"Itu bagus, setidaknya dia harus dalam kondisi aman setelah kekacauan yang terjadi kepadanya dua hari yang lalu," timpal Minseok.

Kyungsoo melirik ayahnya yang terkekeh namun ia bahkan sama sekali tidak menganggap bahwa candaan Minseok itu lucu. Ia terus menikmati rotinya tanpa memperdulikan obrolan kedua pria itu tentangnya.

"Kurasa dia masih marah kepadaku," ucap Sehun dan Kyungsoo memutar matanya.

Aku tidak peduli, batin Kyungsoo dan Sehun seketika berdecak.

"Mau peduli atau tidak yang jelas aku ingin menjelaskan hal lain kepadamu."

Kyungsoo menoleh, menatap Sehun dengan terkejut. Oh, ia lupa bahwa Sehun masih bisa membaca pikirannya. Menyebalkan. Kyungsoo lantas menyimpan rotinya yang tidak sepenuhnya habis. Segera bangkit dan menarik tasnya pergi.

"Kau sudah menyelesaikan sarapanmu?" teriak Minseok.

"Aku pamit untuk bekerja ayah!" timpal Kyungsoo tanpa memperdulikan Sehun yang kini berdesis karena sikapnya.

Kyungsoo baru saja keluar dari pintu rumahnya dengan gerutuan kesal ketika ia mendapati Sehun telah berada di dalam mobilnya. Kyungsoo menatap lama kemunculan secara tiba-tiba itu. Yah, jika ia manusia normal, Kyungsoo mungkin akan lari ketakutan melihat hal itu. Tapi dia Sehun, apa yang tidak bisa dilakukan seorang malaikat menyebalkan seperti dia. Termasuk merubah suasana hatinya.

Pintu penumpang seketika terbuka setelah sekian lama Kyungsoo tidak juga beranjak dari tempat berdirinya kali ini.

"Cepat masuk!" perintah Sehun dan Kyungsoo tidak memiliki pilihan lain selain melangkah memasuki mobil Sehun dan menutup pintunya dengan bantingan keras.

Seolah tidak peduli, Sehun hanya menggelengkan sedikit kepalanya memaklumi gadis yang kini duduk disampingnya lantas melajukan mobilnya perlahan.

Setelah mobil itu melaju cukup jauh, Sehun akhirnya membuka suaranya.

"Aku akan menjelaskan--," ucap Sehun namun Kyungsoo seketika membuka suaranya.

"Jika kau ingin mengatakan aku tidak bisa hidup bersama Jongin selamanya lantas menghilang. Oke, aku akan mulai menerimanya," ucap Kyungsoo seketika. "Tapi, bagaimana cara dia bisa melupakanku, maksudku.. kau mengatakan bahwa dia memang akan lupa keberadaanku dan segalanya. Tapi bagaimana bisa?"

"Setelah mendiamkanku selama di rumah tadi dan sekarang kau bicara panjang lebar tentang bagaimana Jongin bisa melupakanmu? Begitu?" ucap Sehun, ia berdecak lantas melanjutkan ucapannya. "Kau tahu kenapa dia bisa melupakanmu setelah semua yang telah kau lakukan dulu kepadanya, maksudku saat kau belum benar-benar menjadi seorang manusia, dia akan menganggap itu sama. Seperti sebuah mimpi."

Kyungsoo termenung mendengar itu. Ia sedikit mengingat tentang saat dimana Jongin pernah mengatakan hal yang hampir sama, "aku pernah mengatakan kepadamu bahwa Jongin pernah bicara bahwa aku berada di mimpinya dan dia membunuhku. Seperti itu maksudmu?"

Sehun mengangguk.

"Tapi jika itu semua akan menjadi mimpi, bagaimana bisa ia bahagia. Dan juga melupakan Eunbi."

"Manusia bisa merubah dirinya sendiri jika dia memang mau. Mereka hanya butuh sebuah dorongan untuk melakukannya. Dan kau.. kau harus mendorongnya untuk bisa melepaskan Jongin dari kenangannya bersama Eunbi."

Kyungsoo mengangguk, "aku mengerti, jadi sekarang tugasku hanya mendorongnya untuk bisa melupakan Eunbi. Apa itu seperti sebuah motivasi dan hal lainnya."

"Aku terkejut," balas Sehun membuat Kyungsoo malah mengernyitkan keningnya bingung. "Kurasa setelah kau menjadi manusia, kau sedikit pintar," kekehnya sebelum akhirnya ia menjawab ucapan Kyungsoo. "Ya, kau bisa melakukan itu. Kurasa.. lagipula akhirnya kau bisa kembali fokus dengan tugasmu. Aku harap kau bisa melakukannya dengan baik dan semoga kau bisa kembali seperti semula."

Kyungsoo terdiam dan hal itu menarik perhatian Sehun kepadanya.

"Ada apa?"

"Apakah setelah aku mati, aku akan kembali menjadi seorang malaikat?" tanya Kyungsoo.

"Siapa yang mengatakan bahwa kau akan mati?" tanya Sehun terkejut.

"Minseok," jawabnya lemah.

Sehun menarik napas panjang. Ia sebenarnya tidak tahu, ia mengatakan hal itu hanya untuk bisa menyemangati Kyungsoo. Bahkan ia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari nanti akan mati. Kenapa Minseok harus mengatakan sesuatu yang masih rancu seperti itu. Tidak bisa menjawab pertanyaan itu, akhirnya Sehun menyerah dan hanya bisa diam selama perjalanan.

***

Sehun mengikuti Kyungsoo turun dari mobilnya. Meski saat ini gadis itu tersenyum, entah kenapa ada sesuatu yang membuat dia terlihat sangat murung. Meski Sehun bisa menebak apa yang kini tengah ada dalam pikiran Kyungsoo, ia masih belum bisa mendapatkan kalimat yang tepat untuk bisa ia sampaikan kepada Kyungsoo. Justru pernyataan Kyungsoo tentang ia akan mati malah menjadi beban pikiran Sehun juga kali ini.

"Terima kasih dan maaf aku sudah bersikap menyebalkan," ucap Kyungsoo sebelum akhirnya ia melangkah pergi lalu memasuki pintu yang kebetulan terbuka karena sang pemilik keluar dari pintu cafe itu.

Sehun bisa melihat Kyungsoo yang mengucapkan salam dengan kikuk kepada Jongin sebelum akhirnya bergegas masuk begitu saja melewati Jongin yang menatapnya kebingungan.

Yah setidaknya Kyungsoo telah kembali dengan tujuan awalnya, tidak banyak yang harus Sehun khawatirkan kali ini.

Ketika Sehun baru akan berbalik pergi, ia terkejut ketika mendengar sebuah suara dan anehnya suara panggilan itu seolah ditujukan kepadanya.

Meski ragu, Sehun menoleh dan Jongin berdiri beberapa langkah didepannya. Sehun menoleh kesekeliling untuk mencari siapapun disekitarnya namun hanya ada ia dan Jongin saat ini.

Mulutnya terbuka hampir ternganga dengan apa yang baru saja Sehun pahami.

Bagaimana bisa dia melihatku?

***

Sehun dengan canggung hanya bisa duduk dengan secangkir kopi panas di hadapannya. Ia menoleh ke kanan maupun ke kiri, mencari tahu apakah beberapa orang di cafe ini juga dapat melihatnya. Sehun sama sekali tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini, bahkan ketika tatapannya kini jatuh pada Jongin yang menatapnya begitu lekat.

Sehun berdeham untuk menghilangkan kecanggungannya sebelum akhirnya ia bicara untuk pertama kalinya setelah mereka sampai di kedai kopi ini. Rasanya aneh, Jongin memiliki cafe dan ia malah mengajaknya untuk minum kopi di cafe lain.

"Ada apa?" tanya Sehun ragu.

"Aku ingat kau yang telah menolongku," ucap Jongin tiba-tiba sebelum akhirnya tersenyum. "Malam itu, aku ingat. Kau yang membawaku ke rumah sakit karena perampokan itu."

Sehun sedikit mencerna apa yang dikatakan Jongin. Sehun tidak bodoh untuk tahu apa arti dari 'malam itu'. Namun perampokan yang pernah ia lontarkan kepada Jongin membuat ia sedikit ragu untuk membalas ucapannya.

"Ah.. ya. Perampokan," hanya itu yang bisa Sehun ucapkan dan ia semakin gugup ketika tatapan Jongin semakin lekat kepadanya. Sebelum ia bisa memberikan alasan lain tentang kejadian--perampokan--itu, Jongin telah lebih dulu memotong ucapannya.

"Tapi, apakah benar malam itu adalah sebuah perampokan?" tanya Jongin seketika membuat Sehun bungkam.

"Aku tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi," lanjut Jongin. "Hanya saja akhir-akhir ini ada hal yang membuatku merasa yakin bahwa itu bukanlah sebuah perampokan. Ada sesuatu yang tidak bisa ku ingat dengan jelas tapi satu-satunya yang aku lihat bahwa aku telah membunuh Kyungsoo."

"A-apa, apa maksudmu?" tanya Sehun mulai gugup.

"Apakah ada yang kau sembunyikan dariku tentang Kyungsoo?" tanya Jongin. Wajahnya menampakkan keseriusannya dan Sehun hanya bisa terdiam seolah ia merasa terjebak bersama pria yang dihadapannya. "Beberapa kali aku bermimpi tentang Kyungsoo. Itu bukan hanya sebuah mimpi, itu adalah kenyataan. Benar kan?"

"Bagaimana aku tahu kalau kau bermimpi tentang sebuah kenyataan?" Tanya Sehun memotong.

"Aku bertanya karena hanya kau satu-satunya yang bisa ku ingat setelah malam itu," balas Jongin halus.

"Jika aku mengatakan 'ya' bagaimana?" tantang Sehun dan Jongin hanya bisa diam dengan wajah yang terkejut.

Sehun menyerah. Mungkin alasan bagaimana Jongin bisa melihatnya tidak lain bahwa ia telah mengikut campuri kehidupan manusia. Ia telah ikut campur dalam kehidupan Jongin dulu dan sekarang ia mendapatkan balasannya. Entah hukuman apa yang akan didapatkannya nanti. Entah karena Jongin atau Kyungsoo.

Sehun menghela napas sesaat sebelum menumpu kedua lengannya di atas meja. Kegugupannnya telah hilang, lagipula apalagi yang harus ia sembunyikan ketika Jongin hampir mengetahui segalanya.

"Apapun pertanyaan yang akan kau ucapkan tentang malam itu aku akan mengatakan iya," ucap Sehun.

"Apa itu termasuk aku membunuh--"

"Iya," balas Sehun tegas membuat Jongin sedikit terkejut tentang hal itu.

"Ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan tentang ini, hanya saja bisakah kau berpura-pura untuk merasa tidak tahu dihadapan Kyungsoo?"

"Memangnya kenapa?"

"Aku sudah bilang bahwa aku tidak bisa menjelaskannya. Ini. Sangat rumit dan kau juga tidak akan mengerti. Aku bahkan berharap kau tidak akan pernah mengerti."

"Jika kau terus mengatakan hal seperti itu aku tidak akan pernah berhenti bertanya," ucap Jongin tegas ebuat Sehun berdesis merasa jengah.

"Bisakah kau berhenti bertanya dan mulai bersikap baik kepada Kyungsoo?!" tanya Sehun keras. "Cukup perhatikan dia dan jangan buat dia menangis seperti kemarin! Itu sangat bodoh!" ucapnya marah sebelum akhirnya ia berdiri dan meninggalkan Jongin yang masih terkejut atas ucapan pria yang ada di hadapannya.

Jongin tahu bahwa ada sesuatu yang tengah disembunyikan darinya, meski ia sendiri tidak menyangka bahwa semua mimpi yang selama ini menghantuinya itu nyata. Pria asing itu menolongnya bukan arena sebuah perampokan. Pria itu ada disaat Jongin membunuh Kyungsoo.

Tangannya seketika gemetar. Entah apa yang terjadi saat itu dan Jongin semakin penasaran akibat perkataan pria itu tentang alasan yang tidak bisa dijelaskannya.

Jongin berdiri untuk mengejar pria itu sesaat ketika pria itu meninggalkannya. Pria asing itu melewati pintu keluar dengan kasar dan Jongin hampir berlari untuk mengejarnya.

Namun ketika ia membuka pintu, Jongin yakin bahwa langkah kaki pria itu tidak akan terlalu jauh dariny. Namun yang bisa dilihatnya adalah jalanan kosong seolah pria itu berlari melesat meninggalkan cafe ini menggunakan kendaraan bermotor atau mungkin pergi bersembunyi namun mustahil karena tidak ada tempat yang cukup sebagai tempat bersembunyi di sepanjang deretan toko.

Nyatanya pria itu benar-benar menghilang bagaikan di telan bumi.

***

"Darimana?" tanya Kyungsoo ketika Jongin baru saja memasuki cafe.

Ia pergi kurang lebih setengah jam yang lalu dan meninggalkan Kyungsoo. Namun Kyungsoo melakukan pekerjaannya dengan baik, ia melihat beberapa kursi telah disusun rapi di tempatnya juga lantai yang masih terlihat basah setelah di pel. Namun melihat Kyungsoo yang kini menunggu jawabannya, entah kenapa ia mulai merasa bersalah.

Jongin telah membunuhnya. Namun Kyungsoo berada disini, tepat dihadapannya.

Jongin mungkin tidak bisa mengingat apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Kyungsoo dulu akan tetapi ada rasa sakit yang tiba-tiba menimpanya kali ini. Rasa sakit yang sama sekali berbeda ketika ia kehilangan Eunbi untuk selamanya. Nyaris. Kyungsoo bisa saja tidak ada. Tapi dia nyata.

Jika Jongin bisa merasakan dengan jelas bagaimana ia menusuk Kyungsoo dengan tangannya sendiri, lantas melihat bagaimana ekspresi kesakitan itu ada pada wajah gadis itu. Bagaimana bisa Kyungsoo nampak baik-baik saja di hadapannya.

Belakang kepalanya tiba-tiba terasa berat memikirkan hal-hal aneh yang membingungkannya kali ini. Jongin menjatuhkan dirinya untuk duduk pada kursi yang tidak jauh berada sisinya lantas mengerang seraya memegang kepalanya.

Kyungsoo yang panik segera mendekat bertanya.

"Kenapa?" tanya Kyungsoo takut.

"Kepalaku hanya sedikit pusing, sepertinya aku harus menutup cafe untuk hari ini," ucap Jongin.

"Apa perlu minum obat? Aku akan mencarinya."

Jongin menahan Kyungsoo ketika ia hendak pergi. Jongin menggeleng perlahan, "tidak, hanya pusing saja sepenuhnya aku baik-baik saja."

"Bos yakin?" tanya Kyungsoo dan Jongin hanya bisa terkekeh mendengar pertanyaan Kyungsoo.

Kyungsoo yang bingung melihat Jongin tiba-tiba tertawa semakin panik dibuatnya.

"Ya.. bos.. ada apa? Kenapa lagi?"

"Hei tenanglah, aku baik-baik saja," ucap Jongin masih dengan kekehannya melihat reaksi berlebihan Kyungsoo. "Kau masih memanggil kekasihmu bos padahal kita sama sekali belum memulai waktu kerja?"

Mengerti akan arti dari tawa Jongin kali ini membuat Kyungsoo malu. Ia mengulum bibirnya dan hanya menunduk dengan wajah yang mungkin hampir merona.

Kepalanya tidak terlalu sakit, ya.. salahnya sendiri telah memikirkan hal-hal yang membuatnya pusing. Lagipula hari ini Jongin juga terlalu lelah untuk membuka cafe setelah hampir dua hari ini ia bekerja sendirian tanpa Yeri yang sibuk dengan sekolahnya dan Kyungsoo yang tiba-tiba menghilang. Tidak ada salahnya mengambil waktu libur. Cafe tidak akan merugi hanya dengan tutup satu hari.

Jongin kini mengekor tatapannya pada Kyungsoo yang tiba-tiba pergi dari hadapannya. Jongin pikir Kyungsoo malu karena ia bisa melihat pipi gadis itu merona namun ternyata salah. Kyungsoo kembali membawakan segelas air untuknya yang diterima Jongin untuk ia minum sampai tandas.

"Apa yang terjadi?" tanya Kyungsoo, yakin bahwa gadis itu masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada dirinya kali ini.

Jongin sedikit tersenyum lalu berkata. "Tidak ada, hanya sedikit kelelahan setelah kau tidak ada. Bekerja sendiri itu menyebalkan."

Wajah penasaran Kyungsoo segera berganti menjadi wajah penyesalan.

"Maafkan aku," bisik Kyungsoo merasa bersalah.

"Tidak apa-apa. Lagipula ada bagusnya bukan? Akhirnya aku memiliki alasan untuk bisa libur," ucap Jongin seraya tersenyum.

"Apa itu berarti aku tidak akan bekerja?" tanya Kyungsoo yang dibalas gelengan Jongin. "Apa aku harus pulang?" Lagi lagi Jongin membalas dengan gelengan. "Lalu aku harus apa kalau tidak bekerja dan tidak pulang?" tanya Kyungsoo jengah.

"Kita berkencan saja," ajak Jongin membuat Kyungsoo diam seketika. "Aku sudah berjanji untuk mengajakmu berkencan kan? Jadi kita pergi saja sekarang."

Kyungsoo hanya diam menatap Jongin bingung. Jongin hanya bisa menunggu dan tidak mengerti apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan. Jongin sudah berusaha bersikap baik dan menepati janjinya untuk mengajak Kyungsoo berkencan hari ini akan tetapi reaksi Kyungsoo malah nampak biasa saja.

"Kau mau atau tidak?" tanya Jongin tak sabar.

"Tapi tadi bos bilang sedang pusing," balas Kyungsoo lugu membuat Jongin seketika berdecak.

Jongin berdiri tiba-tiba membuat Kyungsoo terkejut. "Tidak, aku baik. Lima menit kau tidak mengangkat kursi-kursi ini, kita tidak akan pergi berkencan," ancam Jongin seketika membuat Kyungsoo segera bangkit dan bergegas menaikkan kursi-kursi yang baru saja ia turunkan sendirian.

Jongin hanya bisa tersenyum melihat tingkah lugu Kyungsoo. Tidak sejahat itu untuk membiarkan Kyungsoo bekerja sendirian. Ia ikut membantu Kyungsoo menaikkan beberapa kursi lain yang tidak jauh darinya; meski tidak secepat Kyungsoo yang nampak buru-buru.

Tidak apa-apa. Jongin rasa seharusnya ia mulai bisa membalas rasa bersalahnya dulu dengan hari ini.

Meskipun ia masih tidak bisa mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

***

Meski lama menghilang dan kayaknya udah telat juga buat ngerayain 3 hari besarnya pinguin dan beruang kesayangan kita. Gak papa.. mau bilang aja bahagia terus buat Nini sama Dudu. Selamat ulang tahun🎂dan Happy kaisoo day🐧💛🐻🎉

P.s; mulai besok aku mau posting salah satu ff aku yang diposting di fanfiction.net untuk diposting ulang disini dan akan dijadikan trilogi. Yuk.. tebak-tebakan kira kira ff apa?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro