Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11

Jongin merenung ketika Sungwoon menyusul Yeri yang telah pergi lebih dulu. Ketika tidak ada siapapun disini, barulah Jongin memikirkan kembali kata-katanya. Termasuk ucapan terakhir Yeri kepadanya.

Jongin ingin mengelaknya, tetapi itulah kenyataannya. Eunbi memang benar-benar meninggalkannya. Lalu apakah karena semua itu lantas membuatnya begitu sangat buruk dihadapan Kyungsoo?

Ini aneh, seharusnya Jongin tidak memikirkan kembali gadis itu tetapi sekarang ia malah mengkhawatirkannya. Baik katakanlah Jongin memang telah benar-benar keterlaluan selama ini, ia sendiri terkejut bahwa ia bisa semarah ini kepada Kyungsoo tanpa tahu kenyataan yang sebenarnya.

Tidak ingin merasa menyesal, Jongin segera bergegas pergi dari cafenya. Ia akan menuju halte, bukan untuk pulang melainkan untuk mencari tahu apakah dugaannya selama ini benar. Ia yakin Kyungsoo ada disana, seperti pada jam biasanya ketika ayahnya akan menjemput Kyungsoo disana.

Ia berlari menerobos hujan. Sama seperti yang dilakukannya kemarin ketika Kyungsoo pergi begitu saja setelah mengobati lukanya. Kemarin ia hanya merasa tidak enak karena harus membiarkan Kyungsoo sendirian di tengah cuaca yang buruk tetapi yang dilihatnya adalah sesuatu yang sama sekali tidak bisa Jongin duga. Dan kali ini, Jongin kembali berlari untuk menemuinya. Berbeda dari sebelumnya, kini Jongin dapat benar-benar melihat bagaimana Kyungsoo yang duduk sendirian disana.

Wajah terkelungkup, bersembunyi di balik lututnya yang di tekuk. Jongin mendekat tanpa menimbulkan kecurigaan sedikitpun. Kyungsoo sama sekali tidak menyadari keberadaannya hingga akhirnya ia mendengar gadis itu mulai bicara sendirian.

"Ketika aku mulai mengenalnya, aku merasa sangat nyaman bersamanya karena dia adalah pria yang sangat baik. Namun sepertinya dunia ini tidak begitu adil kepadanya. Bahkan kini aku mulai menyadari kenapa ia begitu membenci Tuhan ketika wanita yang dicintainya pergi dari sisinya."

Jongin mematung dalam berdirinya, entah apa yang harus ia katakan terhadap ucapan Kyungsoo seolah gadis itu benar-benar tahu apa isi hatinya. Jongin menunggu jawaban selanjutnya ketika gadis itu menghela napas panjang.

"Karena wanita itu adalah dunianya," lirih Kyungsoo membuat Jongin tertegun seketika.

"Aku tahu itu memang tidak adil tetapi aku hanya ingin mengembalikan lagi dunianya meskipun aku tidak bisa menjadi wanita yang dicintainya itu. Aku tidak bisa melihatnya kesepian. Aku sudah merasakan bagaimana menjadi seseorang tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini dan itu sangat menyakitkan. Jika dalam beberapa hari ini saja aku merasa tersiksa dengan rasa kesepian ini, bagaimana dengan dirinya? Setiap harinya pasti Jongin merasa tersiksa. Apakah keinginanku ini salah?"

Jongin masih memandang Kyungsoo dalam tatapan takjub sekaligus bingung. Siapa Kyungsoo sebenarnya? Sejauh inikah dia lebih memikirkan Jongin dibandingkan dirinya sendiri. Niat awal kedatangannya kesini berubah menjadi sebuah penyesalan. Ia menatap keadaan gadis itu yang hampir seluruhnya basah kuyup dan ia tidak mengerti kenapa Kyungsoo mau melakukan semua ini demi dirinya.

Kyungsoo telah mengalahkan ego seorang Kim Jongin. Ia melepas jaket yang dikenakannya dan mencoba menutupi lutut Kyungsoo yang terbuka. Gadis itu mendongak namun Jongin tetap diam. Ketika Jongin baru menatap gadis itu, barulah ia menemukan setitik air mata jatuh dari matanya. Hatinya bergejolak dengan rasa yang tak asing. Mencari tahu apa yang sebenarnya ia rasakan ketika ia sendiri tidak bisa mengerti tentang bagaimana ia bisa berakhir disini. Berdiri dihadapan gadis asing yang mencoba membahagiakannya.

"Aku penasaran," bisik Jongin. "Bagaimana bisa kau mengenalku hingga sejauh itu bahkan ketika aku sendiri tidak dapat mengenal diriku sendiri?"

Kyungsoo menunduk kembali, dan ia semakin merasa bersalah untuk itu
"maafkan aku," ucapnya. "Apa aku masih memiliki kesempatan kali ini? Jika kau memang ingin menjadi kekasihku, mari kita lakukan."

Lama mereka berdua hanya terdiam. Saling menatap satu sama lain dengan ribuan kemungkinan. Jongin menyadari ucapannya, ia hanya ingin mencari tahu apakah gadis ini benar-benar jujur dengan perkataannya. Terlebih tentang sosok siapa Kyungsoo sebenarnya. Mimpinya bukan hanya sebuah bunga tidur saja, Jongin yakin ada jawaban dibalik mimpi buruknya itu.

"Seharusnya aku yang memberimu kesempatan," lanjut Jongin karena Kyungsoo terus terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Tapi aku hanya ingin tahu kebahagian apa yang kau janjikan itu. Jika aku masih memiliki waktu, beri aku kesempatan itu."

"A.. aku..," gadis itu hanya tergagap dan sebelum Jongin bisa mendengar bagaimana jawaban Kyungsoo selanjutnya. Sebuah mobil berhenti tepat di depan halte itu.

Jendela itu terbuka dan ketika Jongin menoleh, ia bisa menemukan sosok Minseok disana. Sudah jelas dugaannya bahwa itu memang benar Minseok yang datang menjemputnya. Namun berbeda dari sebelumnya, Jongin hanya bisa diam ketika pria itu keluar dari dalam mobilnya dan melangkah mendekati mereka berdua.

"Oh, Tuan Kim Jongin, Anda disini?" tanya Minseok dan seperti lupa bahwa Jongin sempat marah terhadapnya, kali ini Jongin memberikan sebuah salam yang canggung. "Kyungsoo, ayo pulang!" ajaknya dengan ramah.

Kyungsoo mengangguk. Ia buru-buru berdiri dengan lengannya yang masih menggenggam erat jaket yang Jongin berikan untuk menutupi kakinya. Ia menunduk untuk memberi salam sebelum akhirnya berjalan untuk memasuki mobil.

Jongin yang masih mematung disana hendak menghentikan Kyungsoo namun Minseok segera membuka suaranya.

"Dia mengalami hari yang berat lagi kurasa," ujar Minseok ketika mendapati Kyungsoo telah duduk di dalam mobilnya. Jongin memerhatikannya sebelum menatap Minseok tidak mengerti. "Dia tidak terbiasa hidup seperti ini jadi kurasa setiap harinya dia akan mengalami hal yang buruk. Dia bekerja di tempat anda bukan? Ketika waktunya tiba, saya akan mencari pekerjaan yang lebih baik untuknya."

Minseok hendak pergi ketika Jongin tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. "Dia tidak bekerja untuk anda?"

Minseok mengernyit, "maksudnya?"

"Apakah dia bekerja untuk mengawasi saya?"

Jongin menunggu sebuah kepastian itu dengan jantung berdebar. Ia tidak ingin salah akan tetapi jawaban Minseok tepat menusuk jantungnya.

"Kenapa saya harus mempekerjakannya untuk mengawasi anda? Sepenting itukah diri anda?" tanya Minseok dengan senyuman sinis. "Dia adalah putriku, saya akan melakukan apapun untuk melindunginya tapi tidak untuk menyuruhnya bekerja seperti itu. Dia tidak serendah itu untuk melakukan pekerjaan yang Anda pikirkan jika Anda memang meyakini bahwa Kyungsoo bekerja untuk mengawasi anda, apapun itu alasannya," jawabnya seolah ia bisa menebak apa yang dipikirkan Jongin dan Jongin kembali tertegun mendengar itu.

Minseok lantas tersenyum sebelum ia menepuk bahu Jongin, "saya yakin anda akan segera mendapatkan jalan keluarnya. Saya menunggu itu jadi jangan terbebani dengan uang sewa yang belum bisa anda bayarkan."

Minseok berbalik dan memasuki mobil yang sama dengan Kyungoo. Sedangkan Jongin hanya bisa diam mencoba mencerna apa yang sebenarnya Minseok katakan tadi. Satu-satunya yang ia pahami adalah kesalahan pahaman yang Jongin tujukan kepada Kyungsoo. Yeri benar, Kyungsoo tidak bersalah atas apa yang dituduhkannya. Selain itu fakta bahwa keegoisannya telah membuat seseorang menangis telah membuka mata Jongin saat itu juga; atau mungkin hatinya.

Ia tahu bahwa ada kesedihan disana tetapi yang bisa ia lakukan hanya membisu dan membiarkan mobil itu berlalu pergi selagi tatapan Kyungsoo masih menunduk tanpa ingin sedikit saja untuk menoleh akan keberadaannya.

***

Yeri tidak masuk hari ini, mungkin gadis itu benar-benar marah kepadanya. Ketika Jongin mengirim pesan kepada gadis itu, tidak ada satupun balasan yang diterimanya. Bahkan ketika ia harus mengalah dan meminta maaf atas semua ucapannya.

Dan juga Kyungsoo, dia sama sekali tidak datang. Biasanya ia akan datang pagi-pagi sekali bahkan hingga menyambutnya namun kali ini ia tidak bisa lagi mendengar kepatuhan gadis itu saat bekerja.

Konyol memang, beberapa hari yang lalu Jongin mengeluhkan suasana cafenya yang tiba-tiba berisik karena kedua pegawainya itu dan kali ini ia merasa kesepian hanya karena tidak ada kebisingan yang mengganggunya. Ketika ia menyadari bahwa hal-hal seperti itu ternyata sangat berarti untuknya, saat itulah Jongin mengharapkan bahwa ia memiliki teman untuk menemaninya kali ini.

Pelanggan yang selalu datang di tiap jamnya mampu mengalihkan perhatian Jongin tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya sangat membutuhkan kedua pegawainya itu untuk menemaninya.

Hingga menjelang cafe di tutup, tidak ada siapapun yang datang. Entah itu Yeri, Sungwoon atau Kyungsoo. Ketika ia tengah diam, ia memerhatikan layar ponselnya, mencari tahu apakah ada satu balasan pesan yang didapatkannya dari Yeri setelah terkahir kali ia mengirimkan pesan permohonan maaf kepadanya tapi ia tidak mendapatkan apapun. Selain itu Jongin juga tiba-tiba memikirkan Kyungsoo, mengkhawatirkan tentang keadaan gadis itu. Ia ingin mencari tahu tetapi terlalu malu untuk bertanya. Pada akhirnya Jongin menyimpan ponselnya ke dalam tas dan pulang setelah satu hari kesepiannya.

***

"Apa yang harus aku lakukan?" bisik Kyungsoo lebih kepada dirinya sendiri.

Hari ini dia tidak datang untuk bekerja, melainkan hanya berdiri diam dan bersembunyi hanya untuk mengamati Jongin yang sendirian di dalam cafenya. Sejak kemarin ia masih ragu, pantaskah ia memasuki cafe Jongin kali ini ketika pria itu sendiri yang telah mengusirnya. Meskipun ia bisa saja bertindak masa bodoh untuk hal itu, tetapi tetap saja. Dia adalah Kim Jongin. Kyungsoo tidak ingin membuat masalah yang jauh lebih besar dengannya.

Selain itu Kyungsoo juga masih dipenuhi tanda tanya tentang bagaimana pikiran Jongin bisa berubah begitu sangat cepat kemarin malam. Ia memarahinya, menuduhnya, mengusirnya, lalu ia meminta maaf lantas meminta sebuah kesempatan untuk bisa menjadi kekasihnya. Seharusnya Kyungsoo senang tetapi entah kenapa hal itu membuatnya bingung. Jujur saja, hatinya tidak merasa yakin bahwa Jongin bersungguh-sungguh atas ucapannya.

Mungkin ia tidak harus selalu diam. Kyungsoo harus kembali membangkitkan rasa percaya dirinya. Kenapa ia harus bingung hanya untuk sekedar bertemu dengan Kim Jongin? Maka dari itu ia memantapkan langkahnya untuk memasuki cafe Jongin. Namun tidak butuh hitungan detik, ras percaya dirinya kembali menciut sesaat ketika ia melihat pintu cafe yang terbuka tiba-tiba. Dengan cepat Kyungsoo berbalik untuk pergi namun sayangnya ia harus tersandung karena kaki-kakinya sendiri. Ia jatuh terjerembab dan meringis karena rasa sakitnya.

Kenapa semua ini selalu terjadi kepadanya? Ia menyesalkan kecerobohannya sendiri.

Ia berbalik untuk memastikan apakah Jongin menatapnya dan hal itu sontak membuatnya terkejut ketika menemukan bahwa itu telah bergegas mendekatinya. Menghindar, Kyungsoo mencoba berdiri untuk segera melarikan diri; hanya sedikit untuk membayar rasa malunya. Akan tetapi Jongin telah lebih dulu mencekal lengannya.

Kyungsoo terperanjat sesaat dan menoleh kepada Jongin dengan tatapan terkejut.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jongin dan Kyungsoo membalasnya dengan sebuah gelengan. Kyungsoo hendak pergi namun lagi-lagi Jongin semakin erat mencekal lengannya. "Nah, setelah membolos kau ingin pergi kemana?"

"Bolos? A-aku tidak bolos," ucap Kyungsoo.

"Ya, aku kewalahan karena kau dan Yeri memilih bolos bersama-sama. Kalian mencoba menyusahkanku?"

Kyungsoo mengernyit, "Bos sendiri yang menyuruhku keluar," ucapnya dengan lugu dan sesaat ia bisa menemukan wajah tertegun Jongin sebelum akhirnya ia melepaskan dekapan tangannya pada Kyungsoo.

Kyungsoo masih menatap bingung Jongin ketika pria itu hanya bisa mendesah ringan. "Aku hanya menyuruhku keluar, bukan memecatmu," alasannya sebelum akhirnya ia kembali bertanya setengah kesal kepada Kyungsoo. "Lalu sedang apa kau disini jika kau tidak bekerja?"

"A-aku, aku hanya..," Kyungsoo mengigit bibirnya tidak tahu harus menjelaskan apa dan tatapan memmicing Jongin membuat nyali Kyungsoo semakin ciut.

"Hanya apa?" tuntutnya.

Kyungsoo menelan ludah sebelum menatap Jongin dengan lugu. "Menanyakan kenapa bos mau jadi kekasihku?"

Jongin seketika terdiam. Namun berbeda dengan Kyungsoo yang semakin penasaran atas respon yang ditujunkan Jongin kali ini.

"Kenapa bos tiba-tiba mau jadi kekasihku? Bukannya bos tidak mau?"

"Bukan tidak mau tapi--"

"Bos menyukaiku ya?" tanya Kyungsoo dan entah kenapa hal itu malah membuat Kyungsoo merasa bahagia. Ia bahkan tidak bisa menyembunyikan senyumannya kepada Jongin.

Jongin mengernyit, "aku tidak menyukaimu."

Kyungsoo seketika menggantikan wajah senangnya dengan ekspresi sedih.

"Yah.. bos, kenapa kau tidak menyukaiku? Kau bilang jika aku mau menjadi kekasihmu aku harus menyukaimu dulu."

"Siapa yang bilang begitu?" tanya Jongin jengah.

"Tentu saja kau, bos!"

Jongin berdecak sebelum ia menghela napasnya untuk berbicara dengan tenang kepada Kyungsoo. "Kyungsoo, dengar. Aku mau kau menjadi kekasihku bukan berarti aku menyukaimu."

"Lalu karena apa?"

"Hanya penasaran," tekannya dengan acuh dan Kyungsoo kembali mengernyit tidak mengerti atas ucapan Jongin. "Sudahlah, kau membuatku bingung, sebaiknya kau pulang sekarang dan jangan lupa, kau harus masuk besok, mengerti?"

Kyungsoo tidak mengangguk ataupun menggeleng. Ia hanya bisa diam tanpa tahu apa yang sebenarnya Jongin bicarakan. Bahkan ketika pria itu malah pergi begitu saja meninggalkannya.

Sebenarnya siapa yang membuatnya bingung disini? Ternyata manusia jauh lebih rumit dari yang bisa ia bayangkan.

***

Kyungsoo mungkin terlalu bersemangat pagi ini hingga ketika Jongin baru saja datang untuk membuka cafenya. Kyungsoo telah berdiri di depan utama dan tersenyum lebar menyambut kedatangan bosnya.

"Selamat pagi bos!" ucapnya riang.

Seolah tidak terlalu peduli dengan keberadaan gadis itu, Jongin hanya menyapanya ringan seraya membuka kunci pintu cafenya.

"Kau datang terlalu pagi lagi," jawab Jongin.

"Aku hanya tidak ingin terlambat."

Jongin hanya diam dan memilih untuk tidak meresponnya. Ketika mereka berdua masuk, Kyungsoo segera menyimpan tasnya dan mengikuti kemana Jongin pergi.

"Apa aku bisa membantumu hari ini?" tanya Kyungsoo ketika Jongin akan memasuki dapur.

"Ya, bersihkan tempat ini," titahnya.

"Bukan itu, tapi membantumu di dapur."

Jongin berbalik ketika Kyungsoo masih tersenyum di hadapannya. Entahlah, ia bahkan tidak bisa selangkah lebih jauh dari Jongin. Rasanya Kyungsoo terlalu bahagia berada di dekat Jongin dibandingkan untuk mengerjakan pekerjaannya.

"Pekerjaanmu bukan di dapur, lagipula kau tidak bisa memasak," jawab Jongin.

"Jika aku bisa memasak kau akan mengizinkanku untuk membantumu?"

Jongin sama sekali tidak menjawabnya namun saat itu juga Kyungsoo mengambil kesimpulan bahwa Jongin menyetujui hal itu. Ia tersenyum bahagia dan menengok di ambang pintu dapur ketika Jongin mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kuenya.

"Kalau begitu aku akan mulai belajar sekarang agar bisa membantumu!" ucap Kyungsoo penuh riang.

Setelah itu ia segera meninggalkan Jongin sendirian untuk memulai pekerjaannya. Namun sebelum ia pergi, ia kembali mengingat pertanyaan yang sejak semalam masih belum ia dapatkan jawabannya. Alasan tentang Jongin yang menyetujui untuk menjadi kekasihnya. Kyungsoo masih belum paham dan ia masih belum bisa mengambil kesimpulan apakah ajakan itu masih berlaku atau tidak saat ini.

Terakhir kali yang Jongin katakan hanya membuatnya bingung. Jangankan pria itu, Kyungsoo sendiri bahkan tidak bisa mengambil kesimpulan apa-apa atas semua ucapan Jongin yang terlampau rumit.

Hanya ingin memastikannya, Kyungsoo kembali menengok ke dapur dan bertanya kembali kepada Jongin.

"Bos, apa kau benar-benar menyukaiku?" tanya Kyungsoo dan hal itu sontak menarik perhatian Jongin untuk menatapnya. Melihat tatapan jengah Jongin, Kyungsoo sadar bahwa ia telah bertanya di waktu yang tidak tepat. "Iya, maaf, aku kan hanya sekedar bertanya," lirihnya dengan nada memelas.

Pada akhirnya Kyungsoo benar-benar meninggalkan Jongin sendiri meski perasannya masih diliputi rasa penasaran.

Bukan berarti hal itu menyurutkan Kyungsoo untuk tidak kembali bertanya tentang perasaan Jongin kepadanya. Selugu apapun Kyungsoo tentang rasa suka; tentang apa dan bagaimana perasaan itu muncul, ia membutuhkan sebuah kejelasan hingga pada akhirnya Kyungsoo menjadikan Jongin benar-benar menjadi kekasihnya.

***

M

enjelang sore hari, Kyungsoo dikejutkan dengan kedatangan Yeri secara tiba-tiba. Ia berlari mendekati Kyungsoo yang baru saja selesai mengantarkan pesanan dan menatapnya dengan raut kebingungan.

"Kau disini?" tanya Yeri tidak percaya.

Kyungsoo mengangguk dengan lugunya. "Aku disini untuk bekerja."

Yeri ternganga sesaat sebelum ia berdecak, "wah.. akhirnya bos kita bisa luluh juga setelah aku juga ikut pergi."

"Maksudmu?"

"Kemarin aku bolos bekerja," jawabnya acuh dan saat itulah Kyungsoo menyadari ketika Jongin bicara bahwa kalian berniat untuk menyusahkannya kemarin; itu adalah dirinya dan Yeri. "Shh.. lagipula itu bagus bukan. Setidaknya kita sudah memberikan dia pelajaran. Bos masih membutuhkan kita."

"Aku mendengar itu," ucap Jongin dan Yeri maupun Kyungsoo sama-sama terkesiap ketika mendapati Jongin telah berada di belakang mereka. "Oh.. kau mau mengujiku. Kau ini, aku bisa memecatmu kapan saja jika aku mau!" ucap Jongin lagi kepada Yeri.

"Ya.. ya.. pecat saja, lagipula bos akan memanggilku kembali. Nah, Kyungsoo saja bisa kembali, apalagi aku," gertaknya seraya menjulurkan lidah kepada Jongin.

Jongin hanya mendesis dan menyuruh Yeri untuk segera memulai pekerjaannya yang tertunda. Menyisakan Kyungsoo yang tiba-tiba tersenyum di samping Jongin. Ketika Jongin mendapati senyuman itu, ia mengernyit sebelum akhirnya bertanya karena sikap aneh Kyungsoo kali ini.

"Kenapa kau tersenyum?"

"Bos manis sekali," ucap Kyungsoo yang tiba-tiba membuat Jongin berdecak.

"Manis?" tanyanya dengan heran. "Kepalamu tidak terbentur atau apa? Makin lama kau semakin aneh dan itu menakutkan," lanjutnya terheran-heran.

Jongin melangkah meninggalkan Kyungsoo namun gadis itu masih mengikutinya. Bahkan ketika Jongin berdiri di balik meja kasir, Kyungsoo masih berdiri di depan meja itu meskipun Jongin masih mengacuhkannya.

Lagipula pekerjaannya hanya membersihkan tempat ini, terlebih tidak banyak pelanggan yang datang saat ini jadi Kyungsoo memiliki waktu luang yang banyak; atau yang mungkin tidak disadarinya bahwa ia tengah mengganggu Kim Jongin kali ini.

Kyungsoo sebenarnya telah mencoba sabar untuk meminta penjelasan Jongin tentang apa yang diminta pria itu kepadanya. Apapun selain kata penasaran yang diucapkan Jongin. Ya, tidak bisa semudah itu menerima kenyataan bahwa pria yang awalnya bersikeras untuk tidak ingin menjadi kekasihnya tiba-tiba memintanya untuk mulai menjalin hubungan.

Meskipun Kyungsoo bisa saja menjawab iya, tapi tetap saja ia harus mengetahui lebih jauh tentang perasaan Jongin kali ini. Seperti yang diamatinya, Jongin tidak terlihat sedih ataupun terlihat bahagia saat mengambil keputusan itu. Masih ada yang disembunyikannya dan Kyungsoo belum bisa melihatnya.

Seolah sadar bahwa Kyungsoo menginginkan sesuatu dari dirinya kali ini. Pada akhirnya Jongin menyerah untuk tidak mengacuhkan Kyungsoo kembali dan menatap gadis itu setengah kesal.

"Apa?" tanya Jongin tak sabaran.

Tanpa basa-basi Kyungsoo lantas bertanya tentang kebingungannya. "Bos benar-benar mau jadi kekasihku?"

Jongin menghela napas sesaat sebelum menatap gadis itu lekat-lekat. "Kenapa kau masih terus bertanya hal itu? Apa tidak ada pertanyaan yang lain?"

Kyungsoo memberenggut. "Ayolah bos, kau bilang aku harus menyukai bos dulu jika mau jadi kekasihmu. Lalu aku sudah menyukaimu saat ini, tapi kau masih tidak mau menerimaku. Lalu bos tiba-tiba mau jadi kekasihku tapi ketika aku bertanya apa bos menyukaiku, kau hanya mengatakan bahwa kau hanya penasaran saja. Apa itu bisa dijadikan alasan?"

"Sejak kapan kau jadi banyak bicara seperti ini?" tanya Jongin jengah.

"Sejak bos mengatakan mau jadi kekasihku," ucapnya dengan jujur dan Jongin hanya bisa tertegun menatap tidak percaya bahwa gadis yang berada di hadapannya ini bisa bicara selugu ini.

Kyungsoo tidak memiliki kesabaran lebih untuk menunggu begitupun dengan Jongin yang mulai merasa jengah dengan pertanyaan-pertanyaan Kyungsoo yang terus mengganggunya. Terlebih sejak tadi pagi Kyungsoo terus mengekornya. Mengikuti kemanapun ia pergi seperti seorang penguntit. Mau bagaimana lagi, kesabarannya juga telah habis untuk menghadapi Kyungsoo kali ini. Ia telah benar-benar menyerah.

"Aku memiliki alasan tentang itu, oke? Tapi aku belum bisa mengatakan kepadamu jadi kau jawab saja, kau mau atau tidak jadi kekasihku?" tanya Jongin setengah kesal.

"Bos yakin?" tanya Kyungsoo tak percaya.

"Mau atau tidak?!"

Mendengar nada ketegasan itu, Kyungsoo menegapkan tubuhnya untuk berdiri lalu mengangguk dengan cepat. "Ya! Tentu saja aku mau!" ucapnya bahagia.

Kyungsoo tersenyum lebar bahwa kali ini Jongin telah menjadi kekasihnya; atau Kyungsoo telah menjadi kekasih Jongin? Ah, itu sama saja. Yang terpenting adalah rencananya secara perlahan sudah mulai sedikit memiliki peningkatan.

Ia tersenyum lebar, bahkan ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika mendapati Yeri keluar dari dapur dan telah memakai celemeknya untuk siap memulai pekerjaannya.

"Hei Yeri, aku dan bos sudah menjadi sepasang kekasih sekarang!" teriaknya bahagia tidak memedulikan wajah terkejut Yeri dan decakan tak percaya Jongin di dekatnya.

Jongin menutupi wajahnya, entahlah ia sendiri tidak tahu apakah ia merasa kesal atau malu saat ini. Bagaimana bisa Kyungsoo mengatakan hal seperti itu di hadapan Yeri. Oh bukan hanya Yeri, tapi seluruh pengunjung yang mulai terkikik mendengar pengakuan gamblang Kyungsoo beberapa saat yang lalu.

Namun sepertinya hanya Kyungsoo yang tidak terlalu memperdulikan situasi saat ini. Buktinya ia masih tersenyum dan teramat jelas bahwa ia benar-benar bahagia dengan apa yang baru saja di dapatkannya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro