Diculik?
***
Hal pertama yang kulihat saat membuka mata adalah langit-langit dengan ukiran rumit dan lampu gantung sedang. Praktis, aku terduduk sambil memperhatikan keadaan sekitar. Sudah pasti, ini bukan kosanku! Apa yang terjadi?
Ketika berusaha mengingat, kepalau terasa berat dan pusing. Samar-samar, sekelebat ingatan malam lalu muncul di kepala.
Ah... aku ingat sedang memergoki pembunuhan! Pelakunya lari mengejarku. Tampaknya sangat gesit dan cepat karena tiba-tiba saja lenganku ditarik dari belakang hingga membuatku berhenti. Aku nyaris berteriak sebelum sosok itu membekap mulutku.
"Sst..." Itu yang pertama kali kudengar. Lalu, kusadari bahwa sosok itu merupakan seorang lelaki tinggi berstealan kemeja hitam dengan bagian lengan dilipat hingga siku. Ia mendekatkan telunjuknya ke bibir, memintaku diam.
Aku mengangguk dan berniat berteriak, tapi mulutku dibekap lagi dan kudengar suara desah frustrasi darinya.
"Shut up." Nadanya sangat kasar. "Seberapa banyak yang kamu lihat tadi?"
Aku hanya mengerjapkan mata. Gimana mau jawab kalau mulutku saja masih dibekap. Dasar bego.
"Oh." Tampaknya ia menyadari itu dan langsung melepaskan tangannya, membiarkanku membuka suara. "Jawab dengan tenang."
"YOU KILLED SOMEONE!" seruku dalam bisikan yang cukup keras. "Gimana aku bisa jawab dengan tenang kalau yang kulihat tadi pembunuhan??"
"What? Jangan ngada-ada."
Obrolan kamu tak berlanjut karena tiba-tiba saja muncul sesuatu dari pepohonan bambu dan menubruk kami. Aku terpelanting, tapi lelaki tadi bisa mendarat baik di depanku.
Bola mataku membeliak melihat pertikaian di hadapanku. Lelaki itu dengan enteng mengangkat dan membanting lawannya. Kengerian di wajahku makin tampak jelas saat tangannya mencabik-cabik lawannya dengan cepat.
"What the F...."
Anehnya, yang ia cabik tadi seperti bukan manusia karena langsung lenyap dalam bentuk asap hitam yang pekat.
AAAAAA KAYAKNYA AKU KENA SKIZO.
Kakiku jadi lemas dan tak bisa digerakkan. Aku masih terduduk di tanah dengan ekspresi bengong. Lelaki itu menghampiriku dan berjongkok di depanku. Namun, satu hal yang membuatku tertegun, ada hal aneh di wajahnya. Seperti pijaran lahar kuning memerah yang menggeliat di balik kulitnya hingga melewati sebelah mata, membuat mata itu bersinar kuning kemerahan selama beberapa saat.
"Nggak seharusnya kamu di sini. Aku akan hapus ingatan kamu barusan." Tangannya terulur sebentar, lalu terhenti saat ia mengerang kesakitan. Pijaran bak lahar merah kekuningan di wajahnya semakin menyebar hingga ke leher, lalu turun ke tangan.
"Are you... okay?"
Bisa-bisanya nanyain hal itu kamu, Nay. Padahal, yang seharusnya ditanyain itu kamu dan kewarasanmu. Sejak tadi, batinku berseru lantang.
Impulsif, aku menahan tangannya yang sejak tadi menekan kepalanya kesakitan. Reaksinya berubah. Pijaran lahar tadi perlahan menghilang dari tubuhnya. Sama sepertiku (atau lebih), ia terkejut dan sadar bahwa tanganku masih berkontak dengan tangannya.
"Kenapa bisa?"
"Hah?" Aku bertanya balik. Namun, kepalaku tiba-tiba terasa berat. Energiku seperti terkuras habis hingga membuatku kehilangan keseimbangan.
Nah, aku sudah tak sadarkan diri setelah itu!
Tadinya, aku pikir itu cuma mimpi atau halusinasi.
"Sudah puas tidurnya?"
Aku terperanjat saat mendengar suara mendekat. Seorang lelaki tinggi muncul dengan muka masam. Ia melemparkan ponsel ke arahku dan kutangkap gelagapan.
"Ini aku lagi diculik ya?" tanyaku bloon.
"Heh?" Lelaki itu terbahak. "Kamu lebih milih kubiarin tergeletak di jalanan?" Ia memutar bola mata. "Tadinya aku mau hapus ingatan kamu soal kejadian kemarin, tapi..." Ia menarik kursi di dekatnya dan duduk, "Kayaknya ada sesuatu yang spesial dari kamu."
"Oh wow. Tapi, sori banget, kamu bukan tipeku."
Air mukanya berubah mendengar celotehan ngawurku. Sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk seringai, sedangkan dahinya mengerut heran.
"Cewek freak."
"Excuse me, harusnya aku yang bilang gitu." Aku buru-buru menghidupkan ponsel. Mataku melotot saat melihat barisan notifikasi dan deretan chat yang membombardir.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro