Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Alibi

Barrier itu membuka jalannya ke sebuah ruang kosong yang tidak memiliki pijakan maupun batas sudut atau dinding. Ruang kosong yang begitu gelap. Terlihat seperti mimpi buruk yang begitu mencekam dan mengerikan bagi orang-orang yang mengidap nyctophobia. Athena yang selalu menjalani hukuman di dalam ruangan yang mematikan lampunya secara otomatis setiap jam sembilan malam, tidak merasa terganggu dengan hal semacam ini. Dia hanya memikirkan orang tidak beruntung mana yang akan berteriak setelah memasuki barrier ini, karena sepertinya dia bukan satu-satunya orang yang memasukinya. Bagian buruknya karena gelap yang begitu mengerikan ini, dua makhluk itu sudah tidak ada lagi di pandangannya dan dia berjalan seperti orang yang tersesat.

"Kau tidak ingin berteriak?" ucap Stephanie dengan gema yang cukup mengganggu.

"Untuk apa? Kalau aku hilang atau sesuatu terjadi kepadaku. Kalian yang akan terkena konsekuensinya," ucap Athena dengan tenang.

"Kau lumayan menjengkelkan, ya?" ucap Luke.

"Tidak juga, aku mengatakan kebenarannya," ucap Athena dengan senyum kecilnya.

Ruang gelap ini lama kelamaan berubah menjadi lorong berbatu dengan lilin gantung yang menempel di dinding. Pencahayaan yang redup membuat lorong batuan ini tampak seperti jalan menuju penjara bawah tanah yang sudah lama tidak digunakan. Athena mengerjapkan matanya beberapa kali, merasa tertarik dengan pertunjukkan yang diberikan kepadanya secara langsung. Saat melihat ujung lorong terdapat cahaya yang lebih terang, Athena semakin tertarik untuk mengetahui apa yang terdapat di sana. Dia dihadapkan dengan ruangan berbentuk lingkaran dengan atap kubah kaca yang langsung memperlihatkan gelapnya malam dengan bintang-bintang kecil yang bertaburan.

"Kalian benar-benar memperhatikan pemandangannya," gumam Athena.

"Tentu saja, kau kira kami hanya menyediakan ruangan serba putih yang membuat orang sepertimu berpikir kalau kau memasuki ruang penyiksaan!?" ucap Luke kesal.

Athena hanya terkekeh mendengarnya. Luke menatapnya kesal, sedangkan Stephanie mulai merapalkan sesuatu yang membuat permukaan lantai bergerak kasar. Memunculkan sebuah batuan yang cukup besar dihadapan mereka. Stephanie menatap Athena dengan serius.

"Tempelkan telapak tanganmu di sana," perintah Stephanie.

Athena berjalan mendekatinya dan menempelkan tangannya tanpa banyak bertanya. Luke menatap batuan tersebut dengan tatapan penasaran.

"Sekarang kau boleh membukanya," ucap Stephanie.

Saat Athena membuka tutup yang berada di bagian atas batuan itu, sepercik api mulai keluar dari lubang gelap di dalam batuan. Merasakan perasaan buruk dari dalam dirinya, Athena mulai memundurkan langkahnya. Pada hitungan ke lima api dengan tinggi hampir satu setengah meter keluar dengan tiba-tiba. Bahkan Athena yang jarang terkejut hampir kehilangan detak jantungnya karena kecepatan api yang keluar dari sana. Api tersebut berwarna merah yang lama-kelamaan berubah menjadi begitu gelap. Luke menatapnya dengan tatapan terkejut. Begitu pula dengan Stephanie yang menutup mulutnya sendiri.

Dikarenakan api yang tidak kunjung padam. Stephanie kembali merapalkan sesuatu yang membuat api itu kembali menyusut secara paksa. Bagian atas batuan kembali menutup meninggalkan mereka bertiga yang mendadak terkena serangan panik.

"Apa itu tadi?" tanya Athena menatap kedua makhluk itu bergantian.

Luke melirik Stephanie dengan pandangan ketakutan, "Tanyakan kepada Stephanie."

"Luke!? Jangan membuatku kesulitan bodoh!" ucap Stephanie sembari melepas sepatunya dan melemparkannya ke Luke.

"Apakah itu berbahaya?" tanya Athena.

"Tentu saja!" sahut mereka berdua meninggalkan Athena yang semakin bingung dengan keadaan tadi.

"Baiklah, kita akan memutar koin untuk menentukan siapa yang menjelaskan berita buruk ini," ucap Luke yang membuat Stephanie merasa tidak terima.

"Aku tidak bodoh, Luke. Kau akan memasukkan arwah ke dalam sana dan menyuruhnya untuk memutar koin bagian mililku!" ucap Stephanie kesal.

"Ya sudah, kalau begitu kau yang jelaskan!" ujar Luke merasa ketakutan.

"Kau ini laki-laki bukan, sih! Baiklah, Athena kemarikan telapak tanganmu," ucap Stephanie.

Athena mendekati dirinya, lalu menaruh telapak tangannya di tangan Stephanie. "Aku hanya harus meletakkannya, bukan?" ujar Athena.

"Tidak, kau harus memotongnya! Ya, gila saja kau ini. Kenapa aku harus bekerja dengan orang aneh seperti kalian," ucap Stephanie murka.

"T-tapi, Steph. Kau juga aneh," ujar Luke yang langsung dibalas dengan lirikan sinis dari Stephanie.

"Berisik," ucap Stephanie, lalu dirinya segera merapalkan mantra di atas telapak tangan Athena. Beberapa detik kemudian api keluar dari sana, berwarna kebiruan membuat Athena semakin bingung.

"Tadi merah dan hitam, sekarang jadi biru?" gumam Athena.

"Kau mau apimu berubah menjadi coklat?" tanya Stephanie kesal.

"Tidak, tetapi bisakah kau jelaskan kenapa ini berubah warna?" ucap Athena tidak mengambil serius pertanyaan Stephanie.

"Tempatmu sekarang adalah dimensi buatan makhluk yang jelas-jelas berada di ambang hidup dan mati. Jadi api milikmu otomatis akan berubah menjadi biru. Biasanya pengguna elemen ini memiliki api berwarna merah dalam kesehariannya. Ini kekuatan natural milikmu, hanya saja ada sesuatu yang aneh pada darahmu," jelas Stephanie.

"Darahku?" tanya Athena memastikan.

"Ya, d-darahmu tampaknya tidak hadir dari klan atas," ucap Luke takut-takut.

"Seperti kau tau demon, dark witch, dan lain-lain. Hanya saja ini sedikit lebih buruk." ucap Stephanie.

"Sedikit dari mana, Steph. Kasus ini sudah sangat buruk, bukan sedikit lagi," ujar Luke tidak terima yang langsung di balas dengan pukulan di kepalanya.

"Kenapa memangnya?" tanya Athena.

"Kalau kau ketahuan seluruh sekolah bisa heboh dan mengira kau anak terlarang dari salah satu kerajaan," ucap Stephanie menatapnya dengan tatapan tidak terbaca.

"Sebentar aku akan menunjukkan siapa dirimu. Luke siapkan cermin, aku akan merapalkan mantranya," ucap Stephanie.

"Baik," jawab Luke.

"Pejamkan matamu," ucap Stephanie dengan kedua tangan yang sudah berada di bagian samping kepala Athena. Dia merapalkan sesuatu yang membuat kecepatan jantung Athena bertambah. Athena sempat kesakitan, tetapi dia bisa menahannya dengan baik.

"Selesai, kau boleh membuka matamu."

Saat Athena membuka matanya, sebuah cermin yang berada di hadapannya membuatnya terkejut. Seluruh bola matanya berubah menjadi warna hitam pekat dengan beberapa tato aneh di pelipis kanan dan kirinya. Luke menatapnya ketakutan, sedangkan Stephanie tersenyum masam.

"A-athena kau memiliki darah seorang Nephilim dan kemungkinan buruknya kau memiliki darah lain dari klan bawah," jelas Luke masih dengan ketakutan yang menyergap dihatinya.

"Tambahan lain, kau memiliki kutukan di dalam tubuhmu. Kau harusnya sudah mati saat kau lahir andaikan kau memiliki tubuh seperti orang normal pada umumnya," ujar Stephanie merasa bahwa perkataannya terlalu kasar, tetapi begitulah kenyataannya.

Sebuah suara pintu yang membuka membuat Athena mengeryitkan dahinya. Saat itulah Stephanie mendorong Athena hingga dirinya jatuh ke dalam lubang yang entah sejak kapan ada di sana. Athena yang begitu terkejut tidak dapat melakukan apapun. Lalu kepalanya yang semakin pusing mendengarkan sahutan namanya yang terdengan samar-samar.

_____

"Athena, bangun."

Aku terbangun perlahan dan mengusap kelopak mataku yang terasa memberat. Benar saja, mereka membuatku tertidur di perpustakan. Namun, mereka tidak seharusnya mendorongku seperti itu. Hampir saja aku kehilangan detak jantungku untuk kedua kalinya. Dasar makhluk tidak jelas.

"Ath?" panggil seseorang.

"Ah, ya?" ujarku bingung.

"Kau dicari di asrama perempuan. Basuh wajahmu dulu dengan ini terlebih dahulu," ucapnya sembari menyerahkan tisu basah kepadaku.

"Kau siapa?" tanyaku dengan mata yang masih mengabur.

"Aku Callister, kau lupa denganku begitu saja?" ucapnya sarat akan candaan.

"Ah, tentu saja Callister. Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Kau sedang di cari di seluruh tempat, hingga beberapa orang di asrama putra mendengarnya." jelas Callister.

"Pantas saja. Kalau begitu aku akan ke ruang kesehatan terlebih dahulu," ucapku segera beranjak dari sana, tidak lupa membersihkan buku buku di sembarang tempat.

"Kau sakit?" tanya Callister.

"Tidak, aku hanya ingin membuat alibi." jelasku.

"Astaga ... kau cukup berani di awal sekolah, bukan begitu?" tanya Callister menatapnya dengan tatapan tidak terbaca.

"Setidaknya, aku tidak mencuri kunci perpustakan," ujarku segera keluar dari perpustakaan.

"Baiklah, kita imbang. Kalau begitu aku pergi terlebih dahulu, mereka bisa curiga," ucap Callister pergi dari sana.

Ketika aku sudah beranjak dua langkah keluar dari perpustakaan Callister mengacak-acak rambutku. Dia berbisik, "Jangan tersesat, Pendek." Lalu segera pergi dengan kecepatan supranaturalnya. Aku kembali memutar bola mataku sembari menatapnya aneh.

"Yah, wajar saja dia orang aneh." gumamku.

Sebelum aku berbelok mendekati ruang kesehatan dan bertemu Irish dengan senter ditangannya. Irish langsung memelukku, membuatku hampir terjengkal dari tempatku berdiri. Aku menatapnya terkejut saat dia melepaskannya. Irish memukul lengan atasku, terlihat murka.

"Maaf, aku mencari ruang kesehatan. Namun, aku tersesat." Aku menyakinkannya dengan menerbitkan senyum masam.

"Kenapa kau tidak bilang saja kepadaku!? Aku kira kau di culik, lagipula kau sakit apa?" tanyanya.

"Aku merasa pusing sejak tadi sore, jadi aku memutuskan untuk mencari ruang kesehatan." ucapku, sedikit merasa bersalah karena berbohong.

"Kau sudah mendapatkan obatnya?" Irish menatapku menyelidik.

"Belum," ucapku sedikit terkekeh.

"Baiklah, ayo." ucap Irish.

Aku sempat berkeinginan untuk melirik ke belakang saat mendengar suara-suara aneh. Namun, lebih baik aku tidak menimbulkan sesuatu yang membuat Irish curiga kepadaku. Meskipun aku tau jelas-jelas hal itu bukan hal yang harus dibiarkan.

_____

*Barrier adalah pembatas di antara dimensi buatan dan dunia nyata.

*Nyctophobia adalah fobia gelap yang dapat membuat penderitanya merasa takut berlebihan, cemas, hingga depresi saat malam hari tiba atau berada di dalam kegelapan.

*Nephilim adalah orang-orang yang dilahirkan dari hasil perkawinan malaikat dan manusia.

Note: Maaf untuk updatenya, aku sedang tidak dalam kondisi baik untuk menulis. Jadi, aku memutuskan untuk istirahat sejenak minggu lalu. Sebenarnya aku sudah menulis part ini sejak lama. Hanya saja karena merasa kurang srek, jadi aku kembali menulis ulang. Hope you all enjoy it. See you soon (。•̀ᴗ-)✧

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro