Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

EPISODE 6

Tiga orang manusia terjebak dalam kobaran api. Orang-orang berseragam serba hitam terus menodongkan pistol pada mereka dari 10 menit yang lalu. Para pemadam kebakaran hanya menjaga api agar tidak meluas, tapi tidak menghentikan apa yang sedang terjadi. Liona memegang tangan Ken bersama Yon, namun saat dia berbalik, cermin itu dipecahkan cepat ke lantai.

"Sial, tidak ada cara lain." Gerutu Yon, dia memejamkan matanya. Warna-warna dapat dilihat oleh matanya, warna biru yang berarti manusia, warna merah yang berarti api, dan yang terakhir seorang manusia dengan dua warna.

Siapa dia? Batin Yon.

"Teman-teman ada orang aneh yang mengawasi kita dari bawah." Bisik Yon.

"Maksudmu?" tanya Ken, lalu dia melepas pegangan tangannya pada Liona.

"Berarti kita terpaksa menghadapi orang-orang ini." Yon menggerakkan tangannya. Dia menutup matanya. Tangannya digerakkan bagai seseorang yang sedang mencampur berbagai warna. Salah satu kekuatan Yon adalah melukis.

Pistol yang terpegang oleh musuh, meledak dengan cepat. "Apa yang terjadi?!!"

Orang-orang itu tampak panik. Ken memfokuskan seluruh energi di sekitarnya. Api-api merah berubah menjadi biru. Pemadam kebakaran mengeluarkan selang, memadamkan api biru yang mulai melahap sekutunya.

"Sekarang, kalian mau hidup atau mati?!" bentak Ken.

Orang-orang itu saling bertatapan. "Ka-kami menyerah, tolong bebaskan kami dari api ini. Kami masih cinta keluarga kami yang sedang menunggu kedatangan kami. Kami mohon!"

Liona memegang tangan Ken. Ken mengangguk. Api-api tadi lenyap dan hanya menyisakan ketakutan. Mereka semua pergi meninggalkan kamar Liona.

"Argkk! Tolong!"

Dari bawah rumah, banyak teriakan yang saling bersahutan memberikan kesan tidak enak bagi pendengarnya. Mereka bertiga melihat ke arah jendela. Liona tampak kaget, lalu raut wajah Yon juga berubah.

"Siapa Ayahmu ini Liona? Aku melihat warna aneh dari tubuhnya." Ucap Yon.

Tanah di sekitar rumah menghilang. Hanya ada gambaran gelap di sekitarnya, menandakan seberapa dalam lubang tersebut. Ayah Liona tersenyum di atas mobilnya. Dia bersantai melihat pemandangan teman-temannya itu mati, karena ditelan kekuatannya.

"Hoi! Putriku, marilah terjun ke bawah sana."

Liona menelan salivanya kasar. Mata kanan Ayahnya berubah, menjadi warna merah darah. "Siapa dia sebenarnya?" tanya Yon.

Dar!

"Sial! Rumah ini mulai tertelan ke lubang gelap itu." Gerutu Ken.

Yon menutup matanya, dia mulai memberi warna pada Ayah Liona. "Bocah, jangan pernah melawan orang tua."

Buk!

Tubuh Yon terjatuh dari jendela. "Yon!!"

Ayah Liona terkekeh. "Jadi? Itu teman bodoh dari putriku yah?"

Liona menatap tajam Ayahnya. "Kau bukan Ayahku!"

Shh!

Aura gelap mengelilingi tubuh Ayah Liona, mata merahnya mengeluarkan sinar merah yang begitu panas. Liona membuka matanya, berbeda dengan Ken.

"Seharusnya kau bangga Liona! Ayahmu sekarang mempunyai kekuatan yang sama dengan orang-orang bodoh itu. Aku akan melindungimu sekarang."

Liona melepas pegangan tangan dari Ayahnya. Dia menjauh dari laki-laki itu sambil membawa Ken. "Aku tidak menyukai Ayah yang sekarang. Kau berbeda dari yang aku kenal. Kalau kau mau melindungiku tidak dengan cara seperti ini. Memberi perhatian sedikitpun padaku, aku sudah menganggapnya pelindungan darimu. Aku menyukai kelembutan Ayah, tapi tidak seperti ini hiks."

Mata Ayah Liona terbuka lebar. Dia mengerti kesalahannya selama ini, dirinya yang terlalu serius kerja, tidak pernah memberi perhatian pada putrinya. Tapi, hal itu tidak benar. Sebenarnya, Ayah Liona sangat menyayanngi Liona. Dia juga ingin Liona tumbuh seperti manusia biasa, tanpa mata biru melekat di putrinya.

"Maafkan aku. Maafkan aku! Walau kau bukan putri kandungku, tapi aku begitu menyayangimu. Jikalau kau membenciku ta--"

Ayah Liona terjatuh ke lantai, mata merahnya mulai menembus atap. Layaknya laser kecil yang tidak dapat dikendalikan, perlahan sinar merah itu membesar. "Matakuu!!"

Liona memegang erat tangan Ken. Ken melirik wajah Liona yang begitu kaget. "Kita harus pergi darisini."

Ken membawa Alice keluar melalui jendela. Api biru muncul dari sepatu milik Ken, sehingga dua remaja itu dapat terbang. Liona menatap langit, pertahanan tipis mulai retak dan hancur.

"Ken! Pulau langit!!"

Pulau langit akan bertubrukan dengan sinar laser milik Ayah Liona. Laser sudah semakin meluas.

💡

Dar!

Tanah di pulau langit bergetar hebat. Seluruh orang saling bertatapan. Krista merasakan sesuatu di bawahnya. "Apa yang terjadi?"

Gin mendekatkan telinganya ke tanah. Suara yang bergetar yang semakin lama mendekat. "Lari semuanya!!"

Sebelum semua orang benar-benar berlari, laser tersebut berhasil memusnahkan seluruh pulau yang ada di langit.

Dari bawah, Ken beserta Liona hanya terdiam. Mereka tidak dapat berbicara sepatah katapun. Air mata Liona mengalir membasahi pipinya. "Ini tidak mungkin 'kan? Mereka semua masih hidup pastinya, benarkan Ken?"

Api milik Ken mati, mereka berdua terjatuh dari ketinggian. Liona tersenyum senang dan menutup matanya, berharap suatu keajaiban akan terjadi.

🎊

Liona POV

Aku membuka mataku. Tampak aneh, aku ada dimana ini. Tempat putih, jendela yang memperlihatkan matahari. Aku mencoba berdiri, aku lihat sekelilingku lagi. Tempat ini seperti tidak asing, aku mengenalnya sejak dulu.

Rumah.

Aku berada di rumah! A-apakah Ayah juga masih hidup?

"Liona-chan, kau sudah sadar?"

Suara seorang gadis di sebelahku. Aku menatapnya, tapi perasaan ini aneh. Perasaan dimana ketakutan itu masih ada. "Siapa kamu?"

Gadis itu tersenyum. Dia mengeluarkan sebuah benda persegi panjang dari saku celananya dan didekatkan pada telinganya.

Brak!

Pintu terbuka. Banyak orang mendekati kasurku. Tiga orang laki-laki tampak begitu gembira melihat diriku.

"Touka, terima kasih sudah mengabari hal baik ini."

Jadi, nama gadis ini adalah Touka. "Iya. Ekhem, dokter Yon tolong periksa Liona."

Orang berbaju putih mendekat. Dia memeriksa suhu tubuhku, dan detak jantungku. Mataku tidak teralihkan dari seorang lelaki berambut coklat dengan mata yang sama seperti warna rambutnya.

Author POV

Gin menyenggol lengan Ken. "Oi! Ajak gadismu jalan-jalan sana, sudah 5 tahun dia dalam keadaan koma tapi sekarang saat kau melihatnya malah canggung seperti awal bertemu saja."

Ken tersenyum tipis. Dia mendekati dokter itu. "Apa saya boleh membawa Liona keluar darisini? Yon, eh dokter. " tanya Ken diselingi candaan dan diberi anggukan dari Yon.

Sebuah kursi roda dipersiapkan di pojok ruangan. Ken membawanya ke hadapan Liona. Ken mengangkat Liona ke kursi roda. Semua orang di kamar pergi keluar kembali ke rutinitas mereka.

Ken membawa Liona berjalan-jalan di sekitar taman. Liona hanya dapat mengingat masa lalunya saja, dan saat dia memaksa untuk mengingat sesuatu, hal itu malah membuatnya sedikit sakit di bagian kepala.

"Namamu, Liona. Dan aku adalah Ken." Kata Ken mengawali pembicaraan.

Liona menatap Ken. "Aku pernah melihat wajahmu, tetapi dimana?"

Ken tersenyum tipis. "Sudah lima tahun berlalu sejak insiden itu. Kau koma karena pikiranmu begitu stres. Orang-orang di langit biru kini sudah tidak mempunyai kekuatan lagi, karena seorang profesor cerdas telah menciptakan suntikan yang menghilangkan efek bulan merah."

Liona mengernyitkan dahinya. Dia menatap Ken. "Aku mengingat beberapa potongan ingatan. Ayah dan Ibuku dimana?"


Ken berhenti, dia memegang tangan Liona. Tangan Liona di dekatkan pada dadanya. "Mereka berdua hidup di hatimu. Ayahmu dihari itu telah hilang, dan Ibumu menjadi pahlawan telah memindahkan seluruh orang ke daratan kota."

Shh!

Musim semi, daun-daun berwarna pink berterbangan memenuhi area taman. Liona tersenyum, pegangan tangan Ken dia eratkan.

"A-ada apa Liona?" tanya Ken.

Liona melihat mata Ken. "Kau janji tidak akan meninggalkanku?"

Ken mengangguk. "Aku berjanji."

Hari-hari dimana kejahatan pemerintah terhadap perbedaan ras telah terbongkar. Kebencian karena perbedaan ras di bumi sudah dihilangkan. Sekarang bumi yang damai akan terus berlanjut.

-END-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro