Balkon
Kantin sangat ramai dipenuhi oleh siswa siswi yang antrian membeli makanan.
Una menyantap baksonya dengan lahap,di hadapannya Ase yang sedang meminum jus sambil senyum-senyum sendiri.
"WOY!"teriak Una di depan muka Ase.
"Apa sih Na?"
"Lo macam orang gila,senyam senyum gak jelas!"
"Gue lagi jatuh cinta Na"ucap Ase dan tersenyum malu.
Una memukul kepala Ase pelan.
"Di otak lo itu semuanya tentang cinta,cinta,dan cinta,gak ada yang lain apa?"
"Gue lagi klepek-klepek sama Clara,Na!"Una memutar bola matanya jengah.
"Ah serrah lo deh"ucap Una tak mau ambil pusing.
"Hai!"sapa seorang pria yang berdiri di samping Una.
Una mengabaikannya,dan tetap fokus memakan bakso.
"Kamu udah mau nerima aku Na?"tanya pria sipit itu.
"Se,ke kelas yuk!"ajak Una tanpa menjawab pertanyaan pria itu.
Una menarik tangan Ase dari situ,menuju kelas mereka.
"Gila lo Na,si Raka lo kacangin gitu aja"
"Brisik"ketus Una lalu duduk di bangkunya,Ase duduk di sampingnya,ya karena mereka satu bangku.
"Semua cewek di sini eh gak juga sih,seperempat cewek di sini tuh ngejar si Raka,dan lo malah nolak dia terang-terangan?"
"Seperempat?"tanya Una tersenyum miring.
"Selebihnya kan ngejar-ngejar gue Na,haha Yoi!"ucap Ase pede.
"Ingat lo itu bukan cowok famous,jangan mimpi deh,pintar kagak,jago kagak,tampang biasa aja,gak ada kelebihan lo sama sekali"Una tertawa ngakak sambil menabok nabok bahu Ase.
"Gak sekalian lo ketawa buat tulang gue patah?"
"Duh... duh,lo itu gak ada yang Uwaah nya sama sekali"
"Yee enak aja lo,gue famous kok,gak nyadar kalau gue ganteng gini?"
"Enggak,gue liat lo biasa aja"
"Permisi... Ase bisa bicara sebentar?"ucap Clara yang berdiri di pintu kelas.
"Tentu dong"ucap Ase bersemangat.
Clara keluar karena tak tahan melihat tatapan tajam Una,sebenarnya Una tidak menatap tajam,tapi memang matanya yang begitu,terlihar menyeramkan.
"Gue cabut dulu ya Bro!"pamit Ase menepuk bahu Una.
***
"Kamu mau bicara apa?"tanya Ase tak hentinya tersenyum.
"Aku mau minta tolong,antarkan ke toko buku nanti pulang sekolah,boleh?"
"Boleh dong,nanti aku jemput!"
"Makasih"ucap gadis itu tersenyum.
"Aduh Neng,jangan senyum Babang meleleh liatnya!"ucap Ase tanpa sadar yang membuat Clara terkekeh.
Sedangkan di ujung sana Una menyaksikan pembicaraan itu,rasanya pengen muntah 5 ember.
"Dih geli gue liatnya"
Una membiarkan mereka berduaan,dan dia menuju kantin lagi untuk membeli air.
"Mbak beli air galon"ucap Una kepada Mbak Ratih,yang bekerja di kantin ini sekitar 1 minggu yang lalu.
Mbak Ratih agak bingung dengan permintaan Una,lalu memberikan sebotol air mineral.
"Saya beli air galon Mbak!"ucap Una lagi lalu menyodorkan uang lima ribu.
"Ini aernya dek!"
"Aduh Mbak,saya gak suka yang ini,saya mau air galonnya Mbak!"tunjuk Una ke arah galon Mbak Ratih.
Una menatap tajam sehingga Mbak Ratih gemeteran,lalu dengan sangat sopannya Una berjalan masuk ke ruangan itu dam mengambil gelas lalu mencurahkan air galon ke dalam gelas.
Una meneguk air itu sampai habis,lalu memberikan uang itu kepada Mbak Ratih dan melangkah pergi.
Riko tersenyum melihat kelakuan Una yang unik menurutnya.
***
"Na, nanti gue mau anterin si Clara ya"
"Anterin kemana?"tanya Una mengangkat sebelah alisnya.
"Gue mu anterin dia ke toko buku"
"Gue ikut!"tegas Una.
"Lo ikut kemana?"tanya Ase.
"Ya sama lo lah, trus gue ditinggalin gitu aja?"
"Eh nggaklah, Hufftt okedeh gue anter lo dulu abis itu gue balik ke sekolah nganterin si Clara"
"Serrah lo, penting banget gitu si Clara sampai bolak balik begitu?"
"Kan lagi pdkt gimana sih Lu!"kesal Ase mendorong kepala Una pelan
"Ish, apaansih lo"
Tiba-tiba seorang pria datang lalu memghampiri Una.
"Na, pulang bareng yuk"tawar Raka sedikit gugup di depan Una.
Una hanya menampilkan ekspresi datarnya.Ase yang kasihan melihat muka Raka menyenggol siku Una untuk mengkodenya.
"Na diajak pulang bareng sama Raka tuh, lumayan loh pulang sama Lamborghini"rayu Ase membantu Raka.
"Lo pikir dia pulang pake pesawat pun sekalian, gue bakal mau gitu?"ketus Una.
"Na, jangan gitu dong, lo gak kasian sam--"
"Bodo amat"
"Hmm yaudah, aku duluan ya"ucap pria tampan itu menelan kekecewaan.
Apa kurangnya Raka?Pria dengan prestasi melimpah, terlahir dari orang kaya raya. Mempunyai wajah yang tampan dan memesona.
Ase menarik tangan Una.
"Na, lo gimana sih! Kasian itu anak orang udah capek ngejar-ngejar lo dari kita kelas 2 SMP!"
"Trus gue peduli?"
"Ya jangam gitulah Na, andaikan si Raka itu gue, gue bakal ngejar cewek tapi ditolak mentah-mentah, lo gak kasian sama gue?"
"Enggak"singkat padat dan tak berperikehatian.
"Anjir, jangan terlalu jujur lo!"kesal Ase.
"Terus?"
"Paling nggak lo kasih kesempatan dong, buka hati lo, gak bosan emangnya jomblo mulu?Kalah gitu sama anak SD yang udah gandeng-gandengan!"
"Gue gak mau pacaran"
"Kalau gak mau, setidaknya beri kesempatan untuk dia ngedekatin lo goblok!"
"Gue gak mau bego!"kesal Una.
"Ah yaudah lah terserah lo"
"Yaudah"
***
Malam ini Una ikut makan malam bersama keluarga Ase, di sana ada banyak saudara Ase terasa ramai dan hangat.
Berbeda dengan keadaan rumahnya, menjadi anak tunggal memang kesepian, apalagi orang tuanya pada sibuk kerja.
"Si Ase kenapa belum balik juga ya Na?Padahal tadi pulang kan sama kamu"tanya Ayla ada raut cemas di wajahnya.
"Dia tadi mau nganterin ceweknya ke Toko Buku dulu Mom"jawab Una dan menyendokkan nasi yang dicampur ke dalam mulutnya.
"Udah jam 7 lama sekali tuh anak"
"Bentar lagi dia juga bakal pulang Ay"ucap Alyo mengurangi raut kecemasan istrinya.
"Hmm iya Kak, pokoknya kalau dia belum pulang juga kamu harus turun tangan nyari dia Kak, sampai ketemu!"tegas Ayla yang membuat Alyo tersedak.
"Hukk-hukk aduh Ay, kok malah aku yang harus nyariin?"
"Kamu kan Bapaknya!"ketus Ayla.
"Yaelah Mom, tinggal telpon aja kok rempong banget sih"ucap Alya putri Alyo dan Ayla.
"Udah Mom telpon, hpnya mati"
"Tenang aja Mom, kalau dia gak pulang 10 menit lagi, Una akan kasih dia pelajaran"kata Una yakin.
"Oke sayang"
1 jam kemudian...
Una masih berada di rumah Ase, karena pria itu belum juga pulang, Una menunggu di ruang tamu bersama Asea yang sedang membuat tugasnya.
"Hidup lo emang belajar, belajar, belajar, dan belajar doang ya?Setiap gue liat lo pasti ada buku"tanya Una kepada Sea.
"Gue pengen jadi pintar"jawab Sea.
"Mau jadi sepintar apa sih?Lo itu udah terlalu jenius"
"Bentar, gue lagi ngafal jangan diganggu"ucap Sea lalu menghafal bukunya.
Una memutar bola matanya malas, mungkin otak Sea sudah terlalu tajam, menghafal rumus saja sudah seperti makan sehari-harinya.
Asea menyebutkan puluhan rumus yang tidak diketahui Una lalu mencoba menghafalnya, dalam selang beberapa menit rumus-rumus itu lenyap dan masuk ke dalam kepala Asea.
"Lo ngafal berapa rumus sih?"tanya Una memperhatikan komat kamit mulut Asea.
"17 rumus"
"Dalam waktu?"
"5 menit"
"Anjaay!"takjub Una, membayangkan rumus saja Una sudah sakit kepala apalagi harus menghafalnya.
Una melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, Ase belum juga pulang kemanakah dia?
***
Ase ragu-ragu mengetuk pintu rumahnya, karena ia sudah melanggar salah satu peraturan rumah.
Jam sudah menunjukkan pukul 20.17 sedangkan pada peraturan paling lambat pulang sekolah jam 19.00
Ase menghela nafas panjang lalu dengan perasaan takut, ia memberanikan untuk memutar egsel pintu
"Assalamualaik--"
Byuurrr!
Pintu terbuka seiringan dengan tersiramnya Ase oleh air bercampur tepung dari ember yang berada di atas kepalanya.
"RASAAIN!"teriak seseorang sambil menertawakan Ase yang berlumuran tepung basah kuyup.
"UNAA!"geram Ase lalu berlari mengejar Una yang sudah menaiki tangga.
Una berlari dengan cepat menaiki tangga hingga sampai di kamar Ase, lalu keluar dari balkon kamar Ase dan melompat ke sebelah balkon kamarnya.Karena balkon kamar Ase dan Una bersebelahan malah bersatu.
Una segera masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu balkon agar Ase tak dapat mengejarnya. Una berhasil lolos dari amukan Ase.
***
Haii semuanya, maaf lama updatenya, dan ini cuma sedikit chapter yaa. Palingan sampai 20 chapter
Jadi jangan bosan nungguin ya, makaasih semuanyaa
Jangan lupa Vote and Commentnya yaa
Thanks
~Amalia Ulan
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro