Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anak Mafia 《epilog》

5 tahun kemudian.
.
.
.
.
.
"Bae Jinyoung." sebuah suara memanggil namanya.

Baejin menegakan punggungnya, sebelum akhirnya maju ke depan. Menerima sebuah topi toga yang dipasangkan untuknya.

"Selamat atas nilai terbaik se-Universitas."

Baejin tersenyum bangga. Disudut sana ada seseorang yang sedang bertepuk tangan paling meriah untuknya. Park Jihoon.

"Bae! Selamat ya!" ujar Jihoon sambil memeluk Baejin erat.

"Makasih, Jihoon." jawab Baejin singkat. Keduanya sama-sama lulus kuliah bersamaan. Bedanya, nilai Baejin paling tinggi dan nilai Jihoon hanya masuk 10 besar.

"Traktir aku!" ujar Jihoonㅡmasih tetap kekanakan.

Baejin mengacak rambut Jihoon gemas. "Kamu tuh udah sarjana tetep aja kayak anak SD." ujar Baejin. Jihoon gak terima, ia memajukan bibirnya.

"Tunggu ditaman ya." ujar Baejin sembari melenggang pergi. Jihoon hanya mengangguk pelan.

Ya selama hampir 7 tahun usai Guanlin pergi, Jihoon dan Baejin tetap menjadi teman dekat. Lalu kemana kah Guanlin?
.
.
.
Woojin lagi bantu-bantu Daniel pindahan. Daniel memutuskan pindah ke Busan, kota kelahirannya dengan rumah yang lebih minimalis. Tiga tahun yang lalu, Abi Woojin meninggal. Hal itu membuat Daniel akhirnya memutuskan agar Woojin tinggal bersamanya. Daniel menyerahkan urusan pekerjaan pada Guanlinㅡanak satu-satunya dan penerus terakhirnya.

"Woojin-ya!" panggil Hyungseob.

Woojin baru selesai meletakan kardus barang terakhir milik Daniel. "Hm?" jawabnya singkat.

"Minum dulu. Kamu kayak capek banget." ujar Hyungseob sambil ngasihin es jeruk.

"Gak usah. Kerjaan aku masih banyak." jawab Woojin.

Hyungseob memajukan bibirnya. Woojin tuh suka cuek kelewatan. Padahal udah diperhatiin, huh!

Hyungseob duduk bersandar diteras rumah Daniel yang minimalis dibanding rumahnya di Seoul dulu.

"Aku mau tinggal sama Om Daniel."

"Aku juga mau cari kerja di Busan kok." ujar Hyungseob.

"Kamu gak bisa jauh dari aku ya?" goda Woojin membuat pipi Hyungseob memerah. Hyungseob langsung memukuli Woojin.

"Deket aja kamu cuek apalagi jauh!"

Woojin memeluk Hyungseob erat. "Hei." panggilnya. Hyungseob menatap Woojin. "Uhm?" jawabnya.

"Makasih selalu nemenin aku Ahn Hyungseob." ujar Woojin sembari mengecup kening Hyungseob. Hyungseob hanya diam. Diam diam modar.

"...tetep kayak gini ya?" ujar Woojin lagi. Mau gak mau Hyungseob yang shy shy cat itu cuman bisa nyembunyiin wajahnya dileher Woojin.

Oh ya, Woojin dan Hyungseob itu udah pacaran sejak lulus sekolah. Woojin akhirnya nembak Hyungseob saat upacara kelulusan. Dan mereka berjalan sampai sekarang. Kuliah bersama, Hyungseob selalu disisi Woojin sampai mereka lulus kuliah dan mencari perkerjaan. Apalagi Woojin sekarang yatim piatu, walaupun Daniel mengangkat Woojin menjadi anaknya, tetap aja Hyungseob merasa memiliki tanggung jawab untuk selalu mendampingi Woojin-nya.
.
.
.
Haknyeon sama Euiwoong masih dikampus. Ya mereka ini anak-anak yang suka molor dikampus makanya lulusnya telat, hehe.

"Gapapa telat asal sama kamu." ㅡhaknyeon.

Tapi, walaupun udah 'temenan' lama, belum ada tanda-tanda mereka pacaran tuh. Euiwoong tetap perhatian layaknya teman ke Haknyeon, Haknyeon sih baper. Tapi diam aja. Usut punya usut Haknyeon takut kalau dia meminta lebih mereka malah canggung dan menjauh.

"Nyon." panggil Euiwoong suatu hari sambil menyeruput es mangga.

"Apa?"

"Kita temenan udah lama ya?" ujar Euiwoong sambil menatap Haknyeon lekat.

"I-Iya juga ya, Wung! Dari eskul SMA hehe." Haknyeon gugup ditatap Euiwoong.

"Mana kita doang yang telat lulusnya." Euiwoong tertawa. Haknyeon ikutan ketawa.

"Gue udah merasa tau semua sifat lu, Nyon." ujar Euiwoong. Haknyeon menundukan wajahnya. Hatinya dugeun dugeun.

"Jadi kalau lu mau..."

Haknyeon mengepalkan tangannya. Mules seketika.

"Bayarin bakso gua dulu boleh gak? Please lagi tanggal tua nih, Nyon. Nanti gua ganti." ujar Euiwoong sambil melas.

"Anjir!" balas Haknyeon kesal. Boro-boro bayarin bakso Euiwoong, Haknyeon langsung pergi meninggalkan Euiwoong yang makin melas itu.

"Yang bayar siapa!?" teriak Euiwoong panik.
.
.
.
Kyulkyung baru kembali dari Guandong. Memakai gaun merah dan kacamata hitam yang anggun. Kyulkyung berjalan memasuki sebuah bar. "Kangen juga sama Korea." ujarnya singkat lalu duduk dikursi pojok bartender.

"Selamat siang, Nona cantik. Ada yang bisa dibantu?" ujar sebuah suara berat milik seorang bartender. Kyulkyung melepas kacamatanya dan menatap bartender itu.

"K-Kim Mingyu? Lu masih kerja disini?" ujarnya kaget. Mingyu hanya diam saja. Dia memilih menuangkan bir ke dalam sebuah gelas dan menaruhnya dihadapan Kyulkyung.

"Lama gak jumpa." ujar Mingyu dengan senyuman hangat.

Kyulkyung melipat tangannya didepan dada. Perasaan malunya semasa sekolah mencuat lagi. "Apa kabar?" tanya Mingyu.

"Baik-baik aja." jawab Kyulkyung singkat.

"Kata Soonyoung lu pindah sekolah dan kuliah di luar negri."

Kyulkyung meneguk birnya. "Hm iya. Gua kuliah di Cina, dan lanjutin usaha Papa. Gue balik ke Korea karna bosan aja."

"Gimana keadaan lu di Cina?"

Kyulkyung memainkan ponselnya. "Biasa aja. Kuliah, kerja dan kehidupan membosankan seperti biasanya."

"Gue ngerti sekarang."

Kyulkyung menatap Mingyu datar. "Apa?"

"Lu dan Guanlin sama. Dulu Guanlin juga selalu kelihatan bosan. Tapi semenjak ketemu Park Jihoon, hidupnya lebih baik."

Kyulkyung tertawa remeh. "Lu masih bahas mereka berdua?"

"Kenyataannya begitu. Semua orang kaya punya semua yang mereka mau. Kecuali satu. Orang yang benar-benar buat mereka bahagia."

Kyulkyung menggigit bibir bawahnya lalu mengusap rambutnya ke belakang. "Ya benar."

"...bahkan ketika gue ke Korea, kejadian pas gue SMA masih terbayang jelas. Gimana malunya gue saat itu. Bahkan gue bertanya-tanya, sebenernya apa yang gue cari selama ini? Ngehancurin orang dan bikin diri gue bahagia? Tapi nyatanya, gue gak pernah bahagia karena hal itu." ujar Kyulkyung sembari meneguk bir terakhirnya.

Mingyu kembali mengisi gelas kosong dihadapan Kyulkyung. "Lu gak akan pernah bahagia kalau masih ada orang lain yang menderita karna perbuatan lu."

Kyulkyung tersenyum hambar. "Bahkan gue terlalu malu buat menghubungi teman-teman sekolah gue."

Kyulkyung menggigit bibir bawahnya. "Gue masih merasa menyesal. Pergi begitu aja atas semua yang gue lakuin. Permainin semua orang termasuk lu." Kyulkyung menundukan wajahnya dalam-dalam.

Mingyu menggeser sebuah bunga kehadapan Kyulkyung. "Baguslah kalau lu sadar. Itu awal yang baik." ujar Mingyu dengan senyuman lembut. "Apa rencana lu selanjutnya?"

Kyulkyung tersenyum kearah Mingyu sebelum akhirnya ia berdiri dari duduknya. "Gue pingin tinggal disini." ujar Kyulkyung sembari meninggalkan beberapa uang dimeja bartender.

"...dan mungkin tempat ini gak buruk juga." ujarnya.

Mingyu menatap Kyulkyung dengan senyuman kecil. "Kapan pun lu mau datang kesini, gue bakal sambut lu sebaik mungkin." kata-kata Mingyu berhasil mencetak rona merah dipipi Kyulkyung yang menutupinya dengan buru-buru keluar dari bar tersebut.
.
.
.
Baejin berjalan terburu-buru menghampiri seseorang. Ia membawa sebuah cincin disakunya yang sudah ia simpan sekian lama. Cincin yang seharusnya diberikan kepada seseorang setelah lulus sekolah tetapi Baejin menyimpannya dan memutuskan untuk memberikannya sekarang.

Seseorang itu sedang duduk ditaman belakang. Duduk dengan tenang, rambut coklatnya diterpa angin. Baejin buru-buru menghampirinya.

"Hei." panggil Baejin. Orang itu menoleh.

Baejin buru-buru mengambil cincin disakunya dan berlutut dihadapan orang itu.

"B-Bae, kamu ngapain?"

"Sebenernya udah lama aku mau bilang ini ke kamu. Kita udah kenal lama, kamu selalu disisi aku sampai saat ini. Aku yakin, yakin banget buat milih kamu dihati aku." ujar Baejin sambil menyodorkan cincinnya.

"Mau kan kamu nerima?"

Orang itu menatap Baejin lekat sebelum akhirnya tersenyum lebar.

"Aku mau." ujarnya.

Baejin memakaikan cincin itu dijari manis orang tersebut lalu menariknya berdiri sebelum memeluknya erat.

"Makasih. Tetap disini jangan kemana-mana lagi." ujar Baejin. Seseorang itu mengusap matanya yang berairㅡmerasa terharu dengan tindakan Baejin.

"Bae!" panggil seseorang yang ternyata Park Jihoon.

"Hm?" jawab Baejin.

"Aku tungguin dari tadi katanya mau traktirㅡ" perkataan Jihoon terpotong karena Baejin sedang memegang tangan Daehwi. Jihoon melihat cincin tersemat dijari Daehwi.

"...aku ganggu ya?" Jihoon nyengir sambil menggaruk tengkuknya.

"Ya emang. Dasar gendut, pikiran kamu makan terus!" ujar Baejin sambil mencubit hidung Jihoon. Daehwi tertawa.

"Makasih Bae atas cincinnya." ujar Daehwi masih mengusap matanya yang berair. Baejin buru-buru mengecup mata Daehwi.

"Jangan nangis. Kamu yang tepat buat dapatin itu."

Daehwi mengangguk bahagia. Akhirnya Baejin melihatnya juga. "Aku bakal jaga sebaik mungkin." ujar Daehwi.

"Aku nyamuk!" cibir Jihoon. Baejin mengacak rambut Jihoon pelan.

"Calon suami kamu udah nunggu diparkiran. Sana." ujar Baejin sambil mendorong Jihoon.

Tak lama sebuah mobil hitam melintas didepan Jihoon. Seseorang turun dari mobil itu. Lai Guanlin.

"Guanlin!" panggil Jihoon buru-buru memeluk Guanlin-nya erat.

"Aku kangen." ujar Jihoon manja.

"Sayang." Guanlin balas memeluk Jihoon erat dan menciumi keningnya. "Aku cariin kamu dari tadi. Ingat kan janji kamu?"

Jihoon memajukan bibirnya. "Kamu gak sabaran banget sih, aku kan baru aja lulus."

Guanlin mengecup bibir Jihoon. "Apa jawabannya sayang?"

Pipi Jihoon memerah. Ia memainkan ujung bajunya. "Uhm i-iya. Aku mau jadi istri kamu."

Baejin dan Daehwi ikut tersenyum. "Bahagia ya Jihoon." ujar Baejin.

"Jangan kekanakan kalau udah nikah!" ujar Daehwi sekarang.

Guanlin tertawa lalu menarik Jihoon kepelukannya. "Gue duluan ya, Jinyoung dan Daehwi. Kalian juga bahagia." ujar Guanlin tulus sebelum memasuki mobilnya bersama Jihoon.

Ya Baejin memang menyukai Jihoon. Tapi dulu. Saat Guanlin pergi dan insiden berkelahinya dulu, hati Jihoon benar-benar memilih Guanlin. Jihoon menunggu Guanlin. Baejin akhirnya memilih mengikhlaskan Jihoon dan hanya menjadi temannya. Daehwi lah yang selama ini membuka hati Baejin. Mengembalikan senyumannya.

Karena perkelahiannya dulu, beasiswa Baejin dicabut. Daniel berniat membiayai Baejin, namun Baejin menolak. Ia memilih kerja sambilan untuk membayar sekolahnya. Sampai akhirnya Baejin dapat beasiswa di kampus dan meraih nilai tertinggi. Siapa yang gak bangga? Kerja keras memang gak akan mengkhianati.
.
.
.
Jihoon sibuk ngaca. Sekarang dia lagi pakai tuxedo putih. Poninya kedepan, manis banget.

"Kok gue gendut banget sih?" ujar Jihoon sambil menggembungkan pipinya.

"Sayang kamu udah siap?" tiba-tiba Guanlin masuk. Dengan tuxedo putih sama seperti Jihoon, rambut Guanlin disisir kebelakang. Menampilkan dahinya. Bedanya Guanlin itu tampan sedangkan Jihoon-nya selalu manis.

"Guaaan, aku gendut gak sih?" tanya Jihoon sambil memutar-mutar tubuhnya.

"Kamu mau kayak apapun aku tetap sayangnya kamu." jawab Guanlin sembari mengecup kening Jihoon.

"Jangan lama-lama sayang. Yang lain udah nunggu."

Ya hari ini. Tepat sehabis Jihoon lulus kuliah, Guanlin melamar Jihoon. Jihoon udah pasti gak boleh nolakㅡemang Jihoon bisa nolak Guanlin?

Guanlin gak bohong kok. Usai lulus SMA dulu, Guanlin balik ke korea. Ia langsung meminta Jihoon agar bertunangan dengannya. Dan sekarang, Guanlin akhirnya nikah sama Jihoon. Setelah menunggu Jihoon-nya lulus kuliah.

Guanlin gak pernah ninggalin Jihoon. Ia masih posesif kayak biasanya. Tapi, yang berbeda itu Jihoon. Jihoon mulai nerima sifat Guanlin yang satu itu.

...namanya juga masokis.

Jihoon berjalan dialtar pernikahan. Diujung altar, Guanlin sudah menunggu dengan senyuman lebar khasnya. Di pernikahan yang sederhana ituㅡJihoon yang minta biar gak terlalu meriah, hanya dihadiri teman-teman terdekat mereka. Woojin, Hyungseob, Haknyeon, Euiwoong, Samuel, Seonho, Papa Daniel, Mama dan Papa Jihoon, Youngmin, Baejin dan juga Daehwi. Sisanya ya teman-teman SMA dan kuliah Jihoon.

Hyungseob menatap Jihoon haru. "Gendut." ujar Hyungseob ikut bahagia.

Setelah Jihoon sampai didepan Guanlin, ia berdiri disamping Guanlinㅡcalon suaminya.

"Lai Guanlin, apakah anda bersedia menerima Park Jihoon dalam keadaan senang dan sedih, susah maupun bahagia?"

"Ya saya bersedia."

"Park Jihoon, apakah anda bersedia menerima Lai Guanlin dalam keadaan senang dan sedih, susah maupun bahagia?"

"Saya bersedia." jawab Jihoon yakin seyakinnya.

Usai mengucapkan janji itu, Guanlin memeluk Jihoon erat dan mengecup keningnya.

"Kamu istri aku sekarang."

Jihoon memejamkan matanya saat Guanlin mengecup keningnya lembutㅡpenuh kasih sayang, bukan nafsu.

"Iya."

"...aku istri kamu." jawab Jihoon.

Tepuk tangan meriah mengakhiri acara pernikahan Jihoon-Guanlin. Daniel langsung meminta fotografer handal untuk mengambil gambar mereka semua.

"Ayo kita foto!" ujar Daniel disambut oleh sorakan riang para hadirin pernikahan Jihoon-Guanlin.

Jihoon dan Guanlin berada ditengah. Guanlin memeluk pinggang Jihoon erat. Semuanya tersenyum menghadap kamera.

CKLIK.

Sebuah foto dengan wajah-wajah bahagia didalamnya. "Selamat berbahagia, Jihoon." ujar Hyungseob sambil memeluk Jihoon erat.

"Temen gua udah nikah aja, gua pacaran aja belum!" ujar siapa lagi kalau bukan Haknyeon.

Hyungseob dan Jihoon tertawa. "Ya makanya dikodein biar peka. Woojin aja harus dikodein mulu." ujar Hyungseob sambil mengibas rambutnya.

"Kata siapa aku gak peka?" ujar Woojin tiba-tiba dibelakang Hyungseob.

Hyungseob cuman nyengir-nyengir kearah Woojin. Guanlin memeluk pinggang Jihoon dari belakang.

"Kapan nyusul, Jin? Hyungseob dipacarin mulu. Dinikahin dong kayak gua." ujar Guanlin.

"Wkwkwk." Woojin ketawa aja. Ada saatnyaㅡkata Woojin dalam hati. cIAA.

Baejin dan Daehwi memberikan bunga ke Jihoon dan Guanlin. "Selamat ya, Jihoon. Baik-baik selalu." ujar Baejin.

Guanlin menerima bunga pemberian Baejin. "Makasih. Dan maaf juga." ujar Guanlin agak canggung.

"Gak usah dibahas lagi, Lin. Jihoon is yours." jawab Baejin sambil tersenyum tulus.

"Gue juga berdoa untuk lu dan Daehwi."

"Thanks." ujar Baejinㅡtetap menggenggam erat tangan Daehwi.

Samuel ternyata lagi bawa gebetan baru. Kim Chungha. Iya teman sekolah dulu yang tiba-tiba aja dekat sama Samuel beberapa hari ini.

"Ciat ciat, gebetan baru nih!" sindir Woojin.

"Doain aja." jawab Samuel sambil mengacungkan jempolnya.

"Dih Samuel udah punya gebetan aja lu, curaaang!" rengek Seonho si jomblo.

"Makanya cari! Jangan ngurusin ayam aja, Yik!" balas Samuel.

"WKWKWK."
.
.
.
Usai acara pernikahan Guanlin-Jihoon, Guanlin membawa Jihoon kesebuah Villa tempat Honeymoon mereka berdua. Villa yang tidak terlalu ramai dengan pemandangan indah. Jihoon takjub dengan pilihan Guanlin.

"Apapun buat kamu." ujar Guanlin sembari mengecupi pipi gembul Jihoon.

Setelah mandi dan memakai piyama, Jihoon akhirnya menaiki kasur besarnya. Iyalah besar kan sekarang gak bobo sendiri. Guanlin masih dikamar mandi. Mereka cuman berdua di Villa ini. Cuman ada Guanlin dan Jihoon. Wajah Jihoon jadi panas sendiri. Dia masih malu buat ngelakuin 'itu', sedangkan Guanlin udah pasti bakalan ngelakuin 'itu'. Jihoon memilih pura-pura tidur aja.

Gak lama, Guanlin keluar dari kamar mandi. Dengan celana pendek dan kaus putih tanpa lengan. Dilihatnya Jihoon yang udah tidur. Guanlin menampilkan smirknya dan mendekati Jihoon.

"Sayang." ujar Guanlin sembari tidur disamping Jihoon dan memeluk pinggangnya.

"Guanlin aku capek." ujar Jihoon alasan. Guanlin tau itu. Jihoon masih malu.

Guanlin langsung menyingkap selimut Jihoon dan menindih tubuh Jihoon.

"Sayang liat aku." ujar Guanlin yang sekarang berada diatas Jihoon.

"N-Nanti aja ya. A-Aku belum siap." ujar Jihoon malu-malu.

Guanlin gak memperdulikan perkataan Jihoon. Ia langsung mengecupi leher Jihoon, membuat tanda disana.

"Ungh, Guanlin!" erang Jihoon malu-malu.

"Boleh ya?" Guanlin menatap mata Jihoon lekat. Jihoon akhirnya mengangguk pasrah sembari meremas ujung baju Guanlin.

"Pelan-pelan." ujar Jihoon malu. Guanlin tersenyum lalu mengecup bibir Jihoon sebelum melumatnya.

"Mmh." erang Jihoon.

Dan akhirnya setelah sekian lama, Guanlin dan Jihoon melakukan 'itu' juga. HEHEHE. Sekarang sih mereka udah sah, jadi gak masalah deh.
.
.
.
.
.
TAMAT.

ㅡbenar-benar tamat.

Gimana gimana? Puas kan sama endingnya?:)

Big thanks buat para pembaca Anak Mafia ya tanpa kalian FF ini gak akan tamat kali ㅜ ㅜ maaf untuk segala kekurangannya. Sebenernya aku malah senang banget FF ini tamat karena bebanku hilang. Habis aku gak tega kalo update kelamaan. :')

Oh ya sebelum FF ini benar-benar tamat aku punya pengumuman.

Anak Mafia sekarang..

..ada sequel-nya!

Yeay!

Sequel-nya seputar kehidupan Panwink setelah menikah. Dan gak menutup kemungkinan beberapa chapter di private karena konten-nya bakal naik. Jeng jeng, so buat adik-adik diminta kebijakannya ya!

Wuu dasar Author sudah tua.

Tapi, sebelum aku lanjut Sequel, aku mau nunggu sampai vote Anak Mafia mencapai 5k. So keep waiting guys!

salam cinta,
anaknya panwink. ❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro