Halo, aku tau ini sangat-sangat telat. Tapi masih ada kah yang kangen cerita ini, ehe? Chap ini aku persembahin buat kalian semua yang mendukung Anak Mafia dari awal. Big thanks so much. ♡

Mari kita mundur ke waktu dimana Guanlin pergi meninggalkan Jihoon. Bagaimana Guanlin bisa menemui Jihoon kembali?

Langsung aja yuk. :>
.
.
.
.
.
Sehari sebelum kelulusan di sekolah Jihoon.

Hari ini, mungkin adalah hari-hari terakhir Jihoon dan teman-temannya menikmati masa-masa SMA. Jihoon mengamati teman-temannya satu persatu. Ada Hyungseob yang sudah menunjukan perkembangan hubungannya dengan Woojin. Lalu ada Haknyeon yang ceria setiap saat dengan Euiwoong. Dan terakhir Jinyoung, yang mulai membuka hatinya untuk Daehwi. Semuanya mulai bahagia dengan pasangannya masing-masing. Tetapi, apakah Jihoon juga akan bahagia?

Jihoon memandang langit yang berwarna biru muda. Dengan awan-awan putih yang berlomba-lomba untuk menutupi warna biru itu. Jihoon teringat. Nan jauh disana, Guanlin pasti sedang memperjuangkan hal yang sama sepertinya. Kelulusan.

"Gendut, lu kenapa? Kita mau makan bareng nih dirumah Haknyeon. Ikut?" tanya Hyungseob yang baru saja menghampiri Jihoon.

Jihoon tersenyum kearah Hyungseob. "Pasti." jawabnya ceria. Hyungseob ikut tersenyum sambil menarik tangan Jihoon menuju teman-temannya yang lain.

Ada Woojin, Haknyeon, Euiwoong, Samuel dan Seonho.

"Wah gak kerasa ya kita udah mau lulus sekolah." ujar Haknyeon membuka pembicaraan diantara mereka.

"Iya. Dan untungnya dikelas tiga ini kita semua sekelas. Kayak keajaiban gak sih?" canda Hyungseob sambil tertawa.

Hanya Jihoon yang terlihat murung disana.

Ya mereka semua memang sekelas. Youngmin, Jihoon, Hyungseob, Haknyeon, Euiwoong, Woojin, Samuel dan Seonho. Minus Jinyoung dan Daehwi karena mereka tetap dikelas unggulan. Tapi, tetap saja tidak ada Guanlin disana. Jihoon pasti merasakan sesuatu yang hilang.

"Lu kenapa, Hoon?" Hyungseob paling peka menyadari perubahan sikap dari Jihoon. Orang biasanya dia paling semangat makan kok.

"Hah? Oh gapapa." ujar Jihoon sambil cengengesan.

Woojin juga peka kok. Kalau di kodein duluan sih. "Si Guanlin belum ada kabar?"

Hati Jihoon mencelos saat Woojin menanyakan nama itu. "U-Uhm belum, Jin." jawabnya ragu. "...Guanlin pasti sibuk juga kayak kita. Karena mau kelulusan. Guanlin pasti sibuk."

Semuanya tahu jika Jihoon hanya berpura-pura tegar. Padahal ia pasti khawatir dan juga merindukan Guanlin-nya. Ya hubungan jarak jauh pasti ada susahnya. Senangnya jarang. Jihoon harus menahan rindu saat ia hanya dapat melihat Guanlin sebatas dalam layar HP-nya. Namun, Guanlin juga tak pernah berhenti memberi semangat pada Jihoon.

"Kata Om Daniel, Guanlin udah lulus duluan kok di Cina sana. Kemarin Om Daniel terbang ke Cina buat foto dihari kelulusan Guanlin." jelas Woojin.

Jihoon menghela nafas panjang. Mungkinkah Guanlin bosan dengannya?

Sekarang Guanlin jarang Video-Call. Jarang memberi kabar. Bahkan terkadang Jihoon yang bercerita banyak pada Guanlin, dan Guanlin hanya beralasan sibuk. Sebegitu beratnya kah kegiatan sekolah Guanlin di Cina?

Mereka semua sedang jalan kaki menuju rumah Haknyeon. Biasa Samuel dan Seonho didepan ngomongin film JAV terbaruㅡskip. Kalau Haknyeon sama Euiwoong asik ledek-ledekan mesra. Mesra tapi tanpa status. Yang nemenin Jihoon cuman Woojin dan Hyungseob dibelakang.

"Mungkin gak sih kalau Guanlin bosan sama gua?" tanya Jihoon. Jujur ketakutan terbesarnya adalah saat Guanlin merasa bosan padanya.

"Mungkin gak nih gua kan gendut, bawel, cengeng, suka nyusahin Guanlin pula. Pasti Guanlin pernah ngerasa kesel kan sama gua."

"...terus kan di Cina banyak yang cantik, mungkin gak sih Guanlin bakal melirik cewek-cewek di Cina sana?"

PLETAK.

Hyungseob menjitak Jihoon cukup keras. "Heh Hoon, jangan berpikiran kayak gitu!"

Woojin masih belum ngasih komentar apapun. Karena dia sendiri gak tau kabar Guanlin. Pas dia harus pindah sekolah kelas 1 SMA, Guanlin sih belum tertarik sama siapapun. Dan ini pertama kalinya Guanlin pacaran. Jadi Woojin tak punya banyak gambaran tentang teman selama lima belas tahunnya itu.

Jihoon masih meringis karena jitakan Hyungseob. Namun rasa takutnya belum juga hilang.

"Gua sama Guanlin juga belum lama ini ngejalin hubungan, dia langsung pindah sekolah lagi." ujar Jihoon sambil meremas ujung seragam sekolahnya.

"Lu kasih komentar dong, si gendut nethink tuh ih!" bisik Hyungseob pada Woojin.

Kalau ada yang tanya hubungan mereka, masih sama kayak Haknyeon-Euiwoong. Bedanya kalau Woojin tuh udah ngasih kepastian sama Hyungseob. Mereka juga udah saling berkomitmen buat gak ada orang ketiga diantara mereka. Alasannya? Waktu itu Hyungseob milih fokus kelas tiga karena mau masuk kampus yang sama dengan kedua temannya. Ya kita lihat aja, kapan Woojin bakal nembak Hyungseob. Walaupun tanpa status, hubungan Woojin sama Hyungseob tetap aja bikin iri.

"Guanlin sayang sama lu, Hoon." Woojin cuman jawab itu aja. Dia bingung mau bicara apa.

Jihoon makin murung saja. "Kalian berdua enak ya. Gak banyak masalah. Selalu bareng juga." ujar Jihoon sambil menghela nafas panjang.

Hyungseob memeluk Jihoon-nya erat. "Hoon, jangan gitu dong. Kan gua sama Woojin tetap ada buat lu. Kita semua sayang sama lu."

"Iya, Hoon. Guanlin pasti sayang sama lu. Dia pasti ingat perjuangannya dulu buat ngelewatin banyak masalah sama lu, Hoon. Sampai hampir mati pula." Woojin ikut menghibur Jihoon.

Kalau di ingat-ingat dari teman-temannya cuman hubungan Jihoon aja yang complicated. Pacaran sama Jinyoung yang banyak fans-nya waktu itu aja Jihoon udah jadi bahan omongan sana sini, ditambah Guanlin yang tiba-tiba hadir diantara mereka. Kalau aja Jinyoung murid biasaㅡdan kalau aja Guanlin bukan anak mafia, mungkin hubungan Jihoon bakal baik-baik aja tanpa bully sana sini. Dan namanya yang udah terjadi mau diapakan lagi?

"Rumah gua belok sana, guys!" ujar Haknyeon sambil memberi arah rumahnya pada Woojin dkk. Kalau Euiwoong, Jihoon dan Hyungseob sih udah hatam rumahnya dia.

"Loh Jihoon kenapa kok kayak sedih gitu?" tanya Haknyeon sambil merangkul Jihoon.

"...besok kita lulus, Hoon. Belum tentu bakal sama kayak masa-masa SMA. Ayo dong lu harus ceria!" hibur Haknyeonㅡdan berefek sedikit membuat Jihoon tersenyum.

Dan sampailah mereka dirumah Haknyeon. Mama Haknyeon memang udah masak spesial karena mau dateng temen-temennya Haknyeon. Jihoon yang liat makanan langsung kembali ceria.

"Ayo makan!" ujarnya heboh sendiri.

Hyungseob sama Woojin cuman tersenyum aja. Baguslah kalau Jihoon masih bisa bahagiaㅡwalaupun Guanlin tidak ada disini.

Dan akhirnya mereka pun makan sama-sama dirumah Haknyeon sambil bercanda ria. Seonho ngemutin tulang ayam dipojokan. Samuel sibuk nelfon sama gebetan ke-13nya. Haknyeon nyomot putu ayu, Euiwoong masih makananin cabe rawit gorengan. Woojin malah asik main ML. Hyungseob ngeliatin doang sambil ngobrol-ngobrol sama yang lain. Soal rencana masa depan mereka tentunya.

"Gua sih udah daftar ke kampus YYY." ujar Seonho saat mereka lagi ngomongin rencana kelulusan.

"Loh kampus elit dong?" Woojin ikut menyahut.

"Wah bakal pisah nih kita." sahut Hyungseob.

"...gua, Jihoon sama Haknyeon dikampus HHH."

"Gua ngikut aja sih." sahut Euiwoong.

"Gua kayaknya balik ke Amerika malah." Samuel tiba-tiba nimbrung. "...mau kuliah disana."

"Yah playboy kayak lu pindah, nasib gebetan gimana?" tanya Woojin.

"Buat gua lah." ujar Seonho.

"Ambil tuh bekas gua." ujar Samuel sambil tertawa.

"Tapi sedih juga sih kalo lu gada, Muel. Udah biasa bareng-bareng gini dari SMP. Masa lu pindah?" ujar Woojin.

"Ya mau gimana, Jin. Nyokap yang suruh."

"Pada akhirnya kita semua bakal mencar." tiba-tiba Jihoon menyahut.

Mulai deh kalau Jihoon yang bicara auranya langsung suram. Soalnya mood Jihoon juga lagi gak bagus-bagus amat. Dan semuanya pun terdiam. Merenung.

"Tau gak persahabatan paling asik itu dijalanin pas SMA tau. Karena pas kuliah, kerja bahkan berkeluarga nanti kita bakal lebih sibuk dengan urusan pribadi." ujar Haknyeon memecah keheningan diantara teman-temannya.

"Tumben lu bener." sahut Euiwoong. Semua yang ada diruangan itu pun tertawa bersama. Yah emang jarang si babi asia itu benar.

"Gua pulang duluan ya." ujar Jihoon sambil ngemutin jarinya yang penuh gula.

"Yah gak asik lu, abis kenyang pulang." nyolot Haknyeon.

"Gua udah ada janji." ujar Jihoon.

Hyungseob menyedot es jeruknya. "Lu masih nemuin Jinyoung?" tanya Hyungseob menghentikan Jihoon yang lagi masang sepatu itu.

"Jangan salah sangka, Jinyoung kan teman gua dari kecil. Lagian ini pesan Mamanya juga." ujar Jihoon ketus.

"Udahlah, Seob. Moodnya lagi jelek tau." ujar Haknyeon. Hyungseob memilih diam dan membiarkan temannya pergi.

"Hati-hati, Hoon." ujar Woojin di ikuti anggukan yang lainnya.

Jihoon hanya mengangguk dan pamit sama Mama Haknyeon sebelum pergi dari rumah teman kecilnya itu.
.
.
.
Jinyoung baru saja selesai membereskan piring di kedai tempat ia bekerja. Ia lantas melepas apron yang terpasang dibadannya.

"Jinyoung-ah, udah selesai?" ujar Sungwoonㅡpemilik kedai tempat Jinyoung bekerja.

"Udah, Pak. Saya pamit pulang dulu ya." ujar Jinyoung sopan.

Sungwoon selalu suka dengan Jinyoung. Ya karyawannya yang satu ini selain pintar juga sopan.

"Jinyoung-ah besok hari kelulusan kan?" tanya Sungwoon.

"Ah iya, Pak. Besok hari kelulusan. Saya juga udah daftar beasiswa disalah satu fakultas. Biasa aja fakultasnya sih, yang penting bisa dapat beasiswa disana."

Sungwoon menganggukan kepalanya. "Benar tuh. Gak perlu yang terlalu bagus, bapak yakin kok kalau kamu sih dimana pun pasti bisa jadi yang terbaik."

"Jinyoung-ah!" Jihoon menyapa saat ia baru sampai kedai Pak Sungwoon.

"Sore, Pak!" Jihoon turut menyapa Pak Sungwoon.

"Ah sore juga, Jihoon-ah. Bapak mau tutup toko nih. Kamu sama Jinyoung bisa pulang." ujar Sungwoon sambil tersenyum.

Jinyoung pun mengangguk lalu pamitan untuk pulang pada Pak Sungwoon.

"Kamu gak harus kerja lagi kan Bae kalau kamu dapat beasiswa difakultas HHH?" tanya Jihoon dalam perjalanan pulang.

"Iya tapi gak apa kok. Pak Sungwoon juga baik. Kalau ada luang aku bisa bantu-bantu."

Jihoon tersenyum. Jinyoung memang baik hati.

"Oh ya, Hoon, kemarin Daehwi ulang tahun. Tapi belum sempet kasih hadiah, soalnya baru dapet upah." ujar Jinyoung. "...temenin aku cari hadiah yuk."

"Boleh!" jawab Jihoon berantusias.

Jihoon dan Jinyoung menaiki bus menuju toko kado didekat rumah mereka. Yah kalau kalian menebak mereka berdua masih punya rasa, salah besar. Jihoon sangat mencintai Guanlin, dan Jinyoung sudah membuka hatinya untuk Daehwi juga. Mereka hanya teman biasa sekarang. Cuman teman. Garis bawahi. TEMAN.

"Kalung bagus, Bae!"

"Hm iyasih tapi uangku gak cukup."

"Gimana kalo tempat pensil?"

"Kayaknya Daehwi udah punya banyak."

"Terus apa dong?" Jihoon masih mikir.

Jinyoung masih melihat-lihat isi toko. "Boneka gimana?" tanya Jinyoung saat melihat sebuah boneka beruang yang manis dietalase toko.

"Aku rasa apapun yang kamu kasih ke Daehwi dia bakal senang nerima." ujar Jihoon akhirnya.

Jinyoung menatap boneka itu sambil tersenyum manis. Mungkin harganya tidak mahal, tetapi ia yakin Daehwi pasti akan senang. Terlebih Jinyoung membelikannya dari hasil kerja sambilan selama ini.

Setelah membayar boneka tersebut, Jihoon dan Jinyoung pun pulang bersama.

"Makasih ya udah nemenin aku, Jihoon."

"Gak apa kok. Kamu hebat, padahal beasiswa kamu dicabut karena berkelahi. Tapi kamu gak nyerah. Kamu tetep sekolah, bahkan sampe kerja walaupun Om Daniel nawarin buat bayarin sekolah kamu. Daehwi pasti beruntung punya pacar kaya kamu."

Yap guys. Jinyoung sama Daehwi udah berpacaran. Tepatnya sih pas kenaikan kelas tiga. Jinyoung merasa nyaman dengan Daehwi karena mereka sama-sama murid dikelas unggulan. Bahkan terkadang mereka menghabiskan waktu hanya untuk belajar bersama.

Jinyoung mengacak rambut Jihoon. "Guanlin belum ada kabar?"

Jihoon hanya menggeleng. "Tapi dia janji mau datang pas hari kelulusan." ujar Jihoon sambil menggigit bibir bawahnya. "...ini udah lima hari gak ada kabar."

"Tunggu aja, Hoon. Guanlin kan sayang banget sama kamu." ujar Jinyoung. Yah Jinyoung udah ikhlas kok.

"Yaudah kamu langsung istirahat ya. Pasti capek habis kerja. Biar besok upacara kelulusan kamu bisa pidato."

Jinyoung hanya tertawa pelan. "Belum tentu aku nilai terbaik. Bisa Seonho atau pun Sewoon juga."

"Didoain juga!" ujar Jihoon sambil cemberut. Jinyoung hanya tertawa sambil mengacak rambut TEMAN masa kecilnya itu.

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Sembari menyiapkan diri untuk upacara kelulusan esok hari.
.
.
.
.
.
Tepuk tangan meriah memenuhi aula tengah sekolah Jihoon. Ya hari ini tepat hari kelulusan mereka. Jinyoung turun dari podium sekolah dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Walaupun beasiswanya dicabut, namun ia tetap bisa membuktikan dirinya meraih nilai terbaik. Jinyoung juga diterima difakultas HHH dengan beasiswa tentunya. Hal itu membuat teman-temannya bangga. Terlebih Daehwi dan Jihoon yang sangat senang. Biar bagaimanapun, Jinyoung pantas untuk semua itu.

Hyungseob memasang timer pada kamera Woojin lalu berlari menuju teman-temannya.

"1, 2, 3!"

CEKRIK.

Sebuah foto kenang-kenangan dihari kelulusan mereka.

"Selamat, selamat!"

Ditengah-tengah keramaian, tiba-tiba Woojin membawakan sebuah buket bunga. Ia berjalan kehadapan Hyungseob. Woojin menggenggam tangan Hyungseob erat.

"Seob." ujar Woojin.

Hyungseob udah deg-degan lebih dulu. Mana Woojin natap dia serius banget.

"Gua yakin kita saling tahu perasaan masing-masing. Maaf buat lu nunggu. Sekarang gua gak ragu lagi, Seob. Mau gak lu jadi pacar gua? Temenin gua sampai kapanpun?" ujar Woojin sampai berlutut dihadapan Hyungseob.

Orang-orang disekitar sana pun langsung heboh dengan pernyataan Woojin. Ada yang senang, ada yang menyayangkan juga.

"Ciaaa!" Haknyeon paling heboh. "Enak banget sih ditembak." ujarnya tapi sambil ngelirik Euiwoong. Euiwoong malah asik selfie sama teman-teman sekolahnya. Nyesek gak tuh?

"Terima! Terima!" ujar teman-teman kelas Hyungseob dan Woojin.

Hyungseob masih terdiam sambil menatap Woojin lekat. Dia tidak menyangka.. kalau hari ini Woojin akhirnya mengatakan hal yang selama ini dia tunggu-tunggu.

"Ngapain nanya sih? Ya pasti mau lah!" ujar Hyungseob sambil menyeka air matanya. Entah karena suasana haru setelah kelulusan atau karena pernyataan Woojin, Hyungseob sampai menangis.

Woojin buru-buru berdiri dan memeluk Hyungseob erat. "Makasih udah nemenin gua, sabar sama gua. Gua janji bakal sayang sama lu." ujar Woojin disambut teriakan histeris teman-teman sekolahnya.

"CIHUUY!"

"PJ weh!" teriak Haknyeon.

Jihoon ikut bahagia saat Hyungseob bahagia juga. "Jagain teman gua lho!" ujar Jihoon pada Woojin. Woojin cuman tersenyum aja kearah Jihoon.

Dan hari itu, teman-temannya sepakat merayakan hari kelulusan mereka dirumah Papa Daniel. Hitung-hitung pajak karena Woojin jadian sama Hyungseob.

"Hoon, ayo!" ajak Haknyeon.

Jihoon terdiam. Ia masih mau menunggu Guanlin. Guanlin pernah janji kan. Guanlin bakal datang.

"Guanlin pasti pulang nanti." hibur Woojin. "...makanya kita kerumah Om Daniel, kali Guanlin udah disana."

Jihoon mengangguk. "Lu duluan aja, gua sekalian ajak Jinyoung ya."

"Iya ajak Jinyoung tuh. Kita nunggu didepan ya, Hoon!" ujar Hyungseob.

"Seriusan Guanlin gak ada kabar, Jin?" tanya Seonho. Woojin hanya angkat bahu.

"Kasihan dong, Jihoon." Euiwoong menimpali. 

"Percaya aja, Guanlin pasti balik kok." ujar Woojin lagi. Yang lainnya hanya mengangguk saja.
.
.
.
Jihoon mencari-cari Jinyoung dikeramaian. Akhirnya ia melihat Jinyoung sedang berada didepan perpustakaan yang lumayan sepi. Didepannya ada Daehwi juga, sekalian ajak Daehwi kan bisa.

"Ini hadiah ulang tahun kamu, maaf telat." ujar Jinyoung sambil memeluk Daehwi.

Daehwi balas memeluk Jinyoung erat. "Makasih, Bae." ujar Daehwi terharu.

"Aku yang harusnya makasih. Kamu selalu bantu pas aku kesulitan, hal yang aku kasih cuman sebagian kecil dari hal yang kamu kasih ke aku selama ini." ujar Jinyoung sambil menangkup pipi Daehwi dan mencium dahinya.

Dih mau. :(

"Aku gak pernah minta balasan kok, Bae. Aku ngelakuin karna aku sayang kamu." ujar Daehwi lalu memeluk Jinyoung-nya erat.

"Then, I will love you too." balas Jinyoung.

Jihoon tersenyum. Ia bahagia. Hari ini melihat teman-temannya bahagia. Hyungseob dan Woojin lalu sekarang Jinyoung dan Daehwi.

"Jihoon?" sapa Jinyoung saat Jihoon menghampiri mereka berdua.

"Mau ngerayain kelulusan dirumah Om Daniel gak? Anak-anak pada kesana tuh." ujar Jihoon.

"Oh ya? Boleh juga!" jawab Daehwi antusias.

"Kalian duluan aja ke parkiran, nanti gua nyusul." ujar Jihoon.

"Okedeh. Jangan lama-lama, Hoon." ujar Jinyoung agak khawatir. Jinyoung tahu Jihoon pasti sedang memikirkan Guanlin.

Jihoon malah menuju taman belakang sekolahnya, lalu merenung disana. Ia rindu. Rindu Guanlin-nya. Sangat.

"Guanlin kamu dimana?" ujar Jihoonㅡtanpa sadar ia malah menangis.

"Kamu bilang mau ada pas hari kelulusan. Aku kangen kamu, Guanlin." Jihoon menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Untungnya tempat ini sepi.

Jihoon yakin. Ia belum bisa bergabung dengan teman-temannya. Ia masih butuh waktu sendiri. Jihoon memilih mengirim pesan pada Hyungseob agar teman-temannya menuju rumah Papa Daniel duluanㅡbiar nanti Jihoon menyusul.

Setelah mendapat balasan dari Hyungseob, Jihoon kembali memikirkan Guanlin-nya. Sampai-sampai ia genggam erat kalung pemberian Guanlin saat itu. Kalung setengah hati. Dimana setengahnya lagi ada pada Guanlin.

"I miss you, Guanlinie. Satu tahun setengah ini cukup berat gak ada kamu."

TING!

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Jihoon.

Jihoon membukanya. Ia kira itu sms dari teman-temannya yang khawatir karena Jihoon tidak ikut bersama mereka. Namun, Jihoon menutup bibirnya saat melihat nama dari pengirim pesan itu.

King Guanlin.

Dimana?

15.31

Jari-jari Jihoon bergemetar saat ia berusaha menjawab pesan itu. Namun akhirnya ia dapat mengetikan jawaban pada Guanlin.

Gembul.

Taman belakang.

15.32

Jihoon memperhatikan layar HPnya hati-hati. Namun ia tidak mendapatkan balasan dari Guanlin. Padahal itu adalah pesan pertama yang dikirim Guanlin setelah lima hari tidak ada kabar. Kebayang kan gimana uring-uringannya Jihoon.

Seperti biasa, kaki Jihoon tidak bisa diam saat harus menunggu. Jihoon melihat ke sekeliling, mencari-cari kekasihnya. Namun, Guanlin tidak dimana-mana.

Jihoon menghela nafas kecewa. Sekolahnya semakin sepi. Sudah hampir pukul 4 sore yang berarti sekolahnya juga akan ditutup.

Jihoon memutuskan pergi darisana, baru saja ia berbalik, sebuah suara berat menahan langkahnya.

"Mbul."

Jihoon berhenti berjalan. Ia tahu pemilik suara itu. Suara seseorang yang ia rindukan. Sangat ia rindukan.

"Do you miss me like I miss you?"

Jihoon tak menjawab. Ia langsung berbalik badan dan memeluk erat pemilik suara tersebut.

Ternyata..

Dia adalah Samuel.

Lagi pamer bahasa Inggris ceritanya.

tapi bohong.

Dia adalah Guanlin!

"Kangen, kangen, kangen!" ujar Jihoon anarkis sampai memukuli dada Guanlin. Setengah tahun dan baru pertama kali akhirnya Jihoon melihat pacarnya secara langsung.

"Aku kangen kamu juga." ujar Guanlin lalu menangkup pipi Jihoon sambil mengusap air mata dipipi kekasihnya.

"Lima hari kemana aja! Aku khawatir!"

Guanlin memeluk pinggang Jihoon-nya erat. "Aku ngurusin persiapan buat kuliah di Korea, sayang. Aku gak mau ninggalin kamu lagi."

Jihoon memeluk leher Guanlin. "Janji? Kamu gak akan berantem lagi?"

CUP.

Guanlin mengecup bibir merah Jihoon. "Janji." ujarnya. "...karena aku gak mau jauh dari kamu lagi."

Jihoon balas mengecup bibir Guanlin lalu menyembunyikan wajahnya yang memerah pada ceruk leher Guanlin. "Aku juga gak mau! Aku takut. Aku gak mau kamu tinggal lagi."

Guanlin mengelus rambut Jihoon-nya lalu mengecup pucuk kepala Jihoon. "Selamat buat kelulusannya. Aku senang gak terlambat kesini."

"Aku takut. Takut kamu gak kesini."

"Aku udah janji sebelumnya. Aku gak akan ingkar janji." ujar Guanlin sambil tersenyum lebar.

wadoogakuat.jpg

Guanlin menarik tangan Jihoon lalu memberikan buket bunga yang besar.

"Hadiah kelulusan kamu." ujar Guanlin.

"Kamu kan juga udah lulus. Maaf aku gak ada saat hari kelulusan kamu." ujar Jihoon sedih. Ia tahu Guanlin lulus lebih dulu darinya.

"Yaudah anggap aja aku sama kamu lulus sama-sama hari ini." ujar Guanlin sambil memeluk Jihoon-nya erat.

"Selamat atas hari kelulusannya." ujar Jihoon balas memeluk Guanlin. Yah akhirnya dia baru bisa menikmati hari kelulusannya. Tentunya karena Guanlin sudah hadir untuknya.

"Jihoonie," panggil Guanlin lembut.

"Uhm?"

"Kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu?"

Jihoon mengangguk. "Aku gak mau kamu sama yang lain. Aku cinta sama kamu, Jihoon." tiba-tiba Guanlin berlutut dihadapan Jihoon-nya.

Guanlin merogoh saku celananya lalu menunjukan sebuah kotak cincin. "Hari ini, aku mau kamu sama aku janji satu hal. Aku mau kamu, bukan orang lain."

Jihoon menatap Guanlin tanpa berkedip. Ia terlalu kaget dengan semua ini. Dan sebuah cincin juga.

"K-Kamu mau nikah?" tanya Jihoon polos.

Guanlin tertawa lalu mencium punggung tangan Jihoon. "Pinginnya sih. Tapi kamu pasti gak setuju. Aku mau kita tunangan sayang."

"...dan kamu tahu? Dirumah aku udah nyiapin kejutan buat ngerayain hari kelulusan, hari jadiannya Hyungseob dan Woojin, juga hari pertunangan kita kalau kamu nerima cincin ini." ujar Guanlin lagi.

Jihoon masih bengong. Yang seperti ini terlalu cepat untuknya. "...lima hari itu aku nyiapin buat hari ini khususnya. I just want you, Park Jihoon. Will you stay with me?"

"K-Kita kan masih bisa pacaran biasa. M-Masa tunangan, uh m-maksud aku."

Guanlin menatap mata Jihoon lekat. Ada secercah rasa kecewa dengan jawaban Jihoon barusan yang seolah menolaknya.

"Aku gak butuh pacaran lama."

Jihoon mengambil cincin dari kotak yang pegang Guanlin lalu memakai cincin itu dijari manisnya. "I'm yours, Lai Guanlin." ujar Jihoon sambil tersenyum manis.

Guanlin bangkit lalu kembali memeluk Jihoon-nya erat.

"Aku udah dapat hadiah kelulusan aku." ujar Guanlin.

"Iyakah? Aku belum kasih apapun."

"Kamu."

Wajah Jihoon sudah memerah dihadapan Guanlin. Mungkin baginya memang terlalu cepat, tapi selama orangnya Guanlin tak apa kok. Lagi pula, memangnya Jihoon bisa menolak?

"Aku pingin nikah sama kamu." ujar Guanlin sambil memeluk Jihoon-nya erat. Ya sebenarnya sih gak masalah orang Guanlin kaya ini. Tapi masalahnya Jihoon itu masih baru lulus sekolah. Masa udah nikah?

"Kamu mau kapan nikahnya?" ujar Guanlin membuat Jihoon semakin malu.

"Uhm, tunggu aku jadi sarjana."

"Janji?"

Jihoon mengangguk. "Iya aku janji."

"Aku bakal ngelamar kamu nanti. Tepat dihari kamu jadi seorang sarjana. Dan pada hari itu, kamu harus siap jadi istri aku." ujar Guanlinㅡmasih posesif seperti biasa.

Jihoon? Cuman bisa pasrah. "Uhm iya. Aku punya kamu Lai Guanlin." jawab Jihoon akhirnya. Guanlin gak bisa nahan buat tersenyum. Ya memang Jihoon itu satu-satunya sumber kebahagiaannya saat ini.

Walaupun Guanlin tau, hubungan mereka pasti akan lebih berat kedepannya. Tapi Guanlin yakin, pada akhirnya Jihoon akan menjadi istrinya kelak.
.
.
.
.
.
Guanlin memasuki rumahnya bersama dengan Jihoon. Dan benar saja teman-temannya sudah menunggu mereka.

"Cie yang mau tunangan!"

"Cie yang jadian!"

Ya siapa lagi yang teriak kalau bukan Joo Haknyeon. Si pemberi kode. Tapi Euiwoong? Sibuk makan kue dirumah Guanlin.

"Cie kita semua lulus!" ujar Jihoon pada teman-temannya.

Semuanya pun ikut bersorak. Akhirnya Jihoon bisa ikut bahagia merayakan hari ini dengan teman-temannya. Dan Guanlin juga. Cie.

"Foto lagi yuk! Sekarang Om Daniel sama Guanlin ikut juga!" ujar Woojin disetujui teman-temannya yang lain.

Hyungseob kembali memasang timer. Lalu lari menuju teman-temannya.

"1, 2, 3."

CEKRIK.

Sebuah foto kedua kenang-kenangan kelulusan mereka. Namun kali ini yang berbeda Jihoon terlihat sebahagia teman-temannya yang lain. Dan ada Papa Daniel juga. Bos Mafia yang sebenarnya tak semenakutkan julukannya.

Hari itu Jihoon bahagia. Bahagia bisa bersama teman-temannya, Guanlin dan juga Papa Daniel.

Acara pertunangan Guanlin dan Jihoon dilaksanakan besok. Tentunya teman-temannya ikut hadir. Ya mereka memang kaget Jihoon bakal melanjutkan hubungannya lebih serius dengan Guanlin secepat ini. Namanya juga Guanlin. Jihoon terus sampai pelaminan.

THE END.

Okedeh aku seneng akhirnya bisa bikin chap ini juga, ehehe. Aku mau bikin moment dihari kelulusan para pemain Anak Mafia :") Dan semoga bonus chap ini juga bisa ngilangin rasa kangen kalian sama FF ini ya! 😚

Akhir kata,
berlayarlah kapalku. ⛵