Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sebelas

Sulbi tak bisa menghindar lagi.

Seharusnya ia berada diruang meeting sekarang. Tengah membahas laba rugi dan tetek bengek strategi pemasaran untuk kemajuan perusahaan retail mereka. Tapi ia malah  terdampar dibutik khusus pakaian pengantin dengan Shani dan ... Richo.

Terkutuklah sang mama yang sangat memaksa dirinya untuk ikut serta dalam fitting baju pengantin dan para keluarga. Ia bisa saja melakukannya di saat jam senggang nanti, tapi nyonya Adi Nugroho yang terhormat tak bisa dibantah.

Sulbi duduk di sudut ruangan, yang kebetulan disediakan oleh pihak butik. Jadi ia lebih memilih memimpin rapat menggunakan telekonfrensi dengan  menggunakan kamera ponselnya yang tersambung langsung pada Zivara.

Sulbi bahkan tak peduli ocehan dan celotehan Shani mengenai gaun pengantinnya. Jadi ... apa fungsinya ia berada di sini, jika orang-orang tak menyadari kehadirannya.

"Kak Bibi ... liat deh. Bagus nggak gaunku?"

Sebelumnya Sulbi mengangguk pada Zivara, kemudian menengok ke asal suara. Di ruangan bundar dengan tirai tebal yang tersingkap ke samping. Ada Shani yang sedang berdiri anggun dengan pakaian penganting model ball gown. Gradasi warna yang sempurna disekitar pinggang mempercantik tampilan ayu adiknya yang selalu terlihat luar biasa.

"Kamu cantik pake apa aja, Shan." Puji Sulbi sekenanya dibarengi dengan senyum simpul yang dipaksakan.

"Kakak selalu gitu deh," rajuk Shani yang mengambil juntaian gaunnya agar gadis itu bisa melangkah menghampiri Sulbi yang masih duduk anteng di kursinya.

"Sekarang giliran kakak. Ayo!" ajak Shani berusaha menarik tangan Sulbi, tapi bisa ia tepis.

Pada akhirnya ia menurut juga apa kata adiknya ini, ikut memasuki ruangan bundar tersebut dan mencoba gaun yang sudah dipilihkan untuknya.

Sulbi terkejut mendapati sebuah gaun putih dengan aksen brokat dibagian atas gaun sudah disediakan di sana. Hei ... itu gaun pengantin, bukan untuk pendamping.

"Mbak ini ... bukan gaun untuk saya."

"Ehm ... saya kurang tau, Mbak. Tugas saya hanya untuk membawakan gaun ini untuk ruangan ini."

Protes pun takkan mungkin, ia sudah terlanjur melepas pakaian kerjanya dan hanya mengenakan bra juga celana dalam saja.

Hufth! Semoga saja mbaknya memang salah.

Mau tak mau, ia harus mengenakannya tentu dengan bantuan si mbaknya yang tadi.

Richo membetulkan kancing kemejanya, ketika suara salah satu karyawan butik mengatakan jika pengantinnya sudah siap.

Richo berdiri santai tepat di depan ruangan bundar bertirai, sesuai apa yang dikatakan oleh pekerja butiknya. Siap melihat Shani berdiri di sana dengan memakai gaun pengantin pilihannya.

Richo tercenung ditempatnya berdiri, mendapati Sulbi yang berada di dalam tirai itu. Bukan Shani calon istrinya. Ia bahkan tak bisa mengerjapkan matanya, hanya karena tak ingin melewatkan pemandangan Sulbi dengan gaun pengantinnya.

Sungguh ia tak menduga kala menemukan Sulbi disana, karena memang tadi ia datang sedikit terlambat karena terjebak macet. Lalu kini ia disuguhkan dengan kecantikan alami Sulbi yang berkali-kali lipat saat mengenakan gaun putih tersebut.

Wanita itu terlihat sempurna.

Sulbi sama terkejutnya begitu tirai dibuka, justru ada Richo di sana. Berdiri tegap dengan tuxedo yang melekat pas di tubuhnya. Beberapa kali ia melihat tampilan Richo memakai tuxedo, tapi kali ini Sulbi dibuat terpana. Pria itu terlihat begitu memesona.

Tatapan mereka terputus, kala pegawai butik menyodorkan sebuket bunga kepada Sulbi yang justru membuat wanita itu cengo seketika. Apalagi ketika pegawai bername tag Sari malah menuntunnya menuruni dua anak tangga, untuk menghampiri Richo.

Ya Tuhan! Ia gugup.

Tanpa sengaja Sulbi malah menginjak ekor gaun yang ia kenakan, membuat tubuh semampainya oleng bahkan berpikir ia akan jatuh tersungkur ke lantai. Benar saja ... Sulbi tak bisa menyeimbangkan tubuhnya akhirnya ia terjatuh dengan posisi duduk sampai mengaduh.

Richo terbelalak mendapati Sulbi sudah terduduk di lantai, niat hati ingin menolong sulbi ia malah keserimpet kakinya sendiri yang berakhir di lantai dengan posisi tengkulup.

Astaga! Ini apa-apaan.

Wajah mereka sama-sama memerah, saking malunya karena sama terjatuh. Beruntung yang ada di sana  cuma pegawai bernama Sari dan seorang pria yang memakai tuxedo. Mungkin pelangan butik ini juga memandang ke arah mereka dengan tatapan jenaka.

Ya Tuhan! Ia malu.

Sejenak Richo dan Sulbi saling memandang, tanpa bisa disembunyikan lagi. Tawa mereka berdua pecah, mengingat kejadian konyol yang barusan terjadi.

Entah ada angin apa, Sulbi berani mengapai uluran tangan Richo untuk membantunya berdiri. Masih dengan tawa yang tersungging di masing-masing wajah mereka.

Sari yang melihat hal itu segera mengabadikan momen natural antara kedua calon mempelai, dengan kamera yang sudah ia pegang sedari tadi.  Mereka benar-benar serasi.

Sari terkekeh sendiri melihat si mempelai pria masih menyunggingkan senyum mengejek, kala membantu calon mempelai wanita yang juga menunjukan wajah sebal karena di ejek. Meski begitu aura bahagia yang terpancar dari mereka berdua menguar tanpa bisa dihentikan.

Shani menghentikan gerakannya dalam meraih ujung gaunnya, begitu melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Ia bahkan tercengang dan diam membeku ditempatnya berdiri.

berniat memberi kejutan pada Richo, tapi tampaknya ia sendiri yang merasa terkejut. Shani tak pernah mempermasalahkan apapun yang berkenaan dengan kakaknya yang introvert luar biasa itu, tapi hari ini melihat tawa lugas tanpa paksaan tersungging di wajah Sulbi membuat sang adik ikut tertular.

Namun begitu melihat sorot mata Richo yang ditujukan pada Sulbi, mendadak Shani merasakan suatu denyutan yang tak biasa.

Selama bersama kekasihnya itu, Shani selalu dihujani oleh tatap teduh nan hangat. Menjadikan dirinya sebagai wanita begiti terlindungi oleh sikap dan sifat Richo yang pada dasarnya sangat mengayomi dirinya. Tak pernah sekalipun ia ditatap dengan binar seperti itu. Binar mata yang tak pernah ditunjukan Richo padanya. Tatapan penuh cinta.

Lalu kenapa Richo memandang kakaknya seperti itu?

Enggak! Itu nggak mungkin.

Shani menggeleng kuat, guna menghalau pikiran jelek akan mereka berdua. Itu takkan pernah terjadi kan? 

Kenapa ia  baru menyadari, jika gaun yang dipakai kakaknya bukan pakaian khusus pendamping malah gaun pengantin.

Dada Shani seolah tercubit melihat dua orang manusia yang sama-sama memancarkan aura selayaknya pasangan pengantin yang bahagia tanpa perlu disangkal.

"Eric lepas!"

Eric?

Tunggu! Kenapa kakaknya memanggil Richo dengan Eric. Kening Shani berkerut, kebingungan. Tak ada yang tahu nama asli Richo sebenarnya, bahkan orang tuanya saja belum pernah ia beri tahu. Hanya dirinya yang tahu, lalu kenapa kakaknya bisa tahu?

Apa yang sudah ia lewatkan?

"Aduh! Mbak ... maaf, ternyata gaunnya memang tertukar." Suara itu benar-benar membuyarkan lamunan Shani.

Setelah melihat kakaknya pergi kembali ke dalam ruangan, barulah Shani beranjak dari tempatnya dan menghampiri Richo yang berdiri dengan menyisakan kegugupan pasca insiden tadi.

"Sayang ... liat deh. Bagus, nggak?" tanya Shani yang justru membuat Richo berjingkat kaget. Pasalnya sedari tadi tak melepaskan tatapan ke arah Sulbi yang sekarang sudah menghilang dibalik tirai.

Richo tersenyum, tapi tak sampai ke mata. "Cantik! Seperti biasanya," ucap Richo mencium kening Shani.

Seketika Shani melupakan kejadian barusan, hanya karena kecupan dikening yang disematkan oleh Richo. Ia begitu menyukai semua hal yang dilakukan Richo padanya.

"Jadi ambil yang mana?" tanya Richo sembari mengelus rambut panjang Shani.

"Aku suka dua-duanya." Shani mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah, ambil aja dua-duanya." Putus Richo bernada lembut.

"Tapi aku tetep pengen nanti pas ijab qabul pake kebaya."

"Apapun itu asal bikin kamu bahagia." Shani tersenyum lebar, mendapati Richo kembali mengecup keningnya.

"Kakak balik dulu, Shan." Pamit Sulbi tanpa memandang ke arah mereka sedikitpun, hanya melambaikan tangan kemudian keluar dari butik.

Kali ini Shani melihat Richo melihat kepergian kakaknya dengan tatapan yang meredup, seolah tak rela Sulbi meninggalkan dirinya.

Ada apa ini?

✩★✩★✩★

Yo... apdet jeh. Wkwkwkwkwkwk.
No cuap-cuap deh. Monggo di baca. Ntar aye di teror lagi sama emaknya emak tirinya richo sama sulbi. nyaidasimah 😂😂😂😂

Surabaya, 09/03/2019
-Dean Akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro