Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua

★★★★★★★★★★★

"Elo gak ada niat nyari suami, Bi?" Pertanyaan ringan Marinka sontak membuat Sulbi menghentikan kunyahannya.

"Kenapa mendadak nanyain itu?"

Wanita yang memakai snelli itu hanya mengendikkan bahu. "Kali aja elo mupeng gitu, secara udah delapan tahun elo sendiri."

Sulbi meletakkan sendoknya dan menatap lurus ke arah sahabatnya ini. "Elo mau ngomong apa sih sama gue? Gak ada cerita elo belibet kek gini." sergah Sulbi menatap intens ke arah Marinka.

Wanita berwajah Asia itu lebih asyik dengan ponsel pintarnya, kemudian menyodorkan ke Sulbi dengan layar yang menunjukkan sebuah berita online.

"Baca deh!"

Sulbi meraih ponsel Marinka dan mulai membacanya.

Sedangkan pemilik ponsel tersebut hanya menatap sembari meneliti air muka Sulbi setelah membaca berita online dari ponselnya.

Tak ada komentar, bahkan ketika Sulbi mengangsurkan ponsel Marinka lalu kembali menyendok makanannya.

"Elo gak keberatan?"

"Buat apa, Rin?" Menghela napas, "Mereka sama-sama dewasa, terserah mau ngapain."

"Tapi dia bakalan jadi adik ipar elo, Bi."

"Terus?"

"Beneran, Bi?"

Sulbi menghela napas lagi, menghentikan Aktivitas makannya. Menatap ke arah Marinka sejenak.


"Harus gitu, gue keberatan? Sekalipun iya, apa mereka mau menghentikan semuanya? Enggak ada cerita mereka bakal dengerin jeritan hati gue."

Marinka bungkam.

Bertahun-tahun bersahabat dengan Sulbi, membuat ia tahu betul bagaimana sifat sahabatnya ini juga kondisi keluarga Adi Nugroho.

"Itu hak mereka, bukan kapasitas gue buat nentang. Siapa sih gue? Gue ... cuma cungpret yang berkedok jadi salah satu sulung keluarga Adi Nugroho. Dan sayangnya juga, gue yang bakalan jadi cungpret seumur hidup." tukas Sulbi yang kemudian menghentikan acara makan siangnya. Mendorong nampan menjauh ke tengah meja.

"Elo, yakin?"

"Meski gue gak yakin, semua gak akan kembali seperti semula lagi, Rin. Delapan tahun, Rin. Semuanya udah berubah. Sama halnya dengan dia," lirih Sulbi memainkan tisu yang lecek dengan kedua tangannya.

Marinka menatap sendu Sulbi. Ia tahu ini akan jadi perang dunia ketiga jika seluruh keluarganya tahu riwayat Sulbi.

Bisa saja, sahabat sejak SMA-nya ini akan kembali terdepak dari rumahnya sendiri.

"Gue balik, ya, Zivara udah WA. Gue telat buat rapat nih." Pamit Sulbi yang beranjak dari duduknya, kemudian mencium pipi Marinka dan melenggang pergi keluar area kantin rumah sakit.

Marinka menatap bahu sahabatnya yang sudah menjauh dari dari kantin rumah sakit.

"Semoga elo bahagia, Bi." Doa Marinka setulus hati.
.
.
.
Sulbi memandang keluar jendela mobilnya. Otaknya tiba-tiba kosong, beruntung saja tadi ia memakai supir kantor.


Mau tak mau ingatan Sulbi ketarik pada memori delapan tahun lalu. Terlebih pada sosok mantan kekasihnya, yang sudah ia kencani semenjak dia menjadi mahasiswa baru.

Ada satu rasa yang terselip di dada, mengelincir dengan seenaknya. Senyuman lelaki itu tetap sama. Sorot teduh dari mata coklat hazelnya, juga raut wajah bahagia membingkai sempurna wajahnya.

Demi Tuhan, Bi. Itu hanya sebuah gambar.

Tapi detak jantungnya menggila dan masih bisa mempengaruhi dirinya sehebat ini.

Sulbi mengusap kasar wajahnya, mencoba mengusir bayang-bayang Richo yang sudah berlarian di benaknya, sedari Marinka memberikan ponselnya. Membuat mood Sulbi anjlok ke dasar jurang.

Tergesa-gesa Sulbi memasuki lobi gedung perkantoran milik keluarganya. Sedikit membenahi setelan jas abunya, ia juga mencoba membenahi moodnya yang cukup berantakan.

Inilah alasannya Sulbi malas menonton televisi. Selain berita Richo Kurniawan berseliweran, ia juga tak mau mendengar berita apapun mengenai mantan kekasihnya itu.

Di dalam lift, Sulbi menghembuskan napas pelannya hingga beberapa kali. Berharap bahwa hal itu bisa membuatnya kembali berkonsentrasi pada rapat kali ini.

Hingga ia sampai di depan pintu ganda, Sulbi menghentikan langkahnya dan kembali menghembuskan napasnya. Dengan keyakinan bahwa fokusnya sudah kembali, Sulbi membuka pintu ganda tersebut.

Tubuhnya mendadak kaku. Ingin rasanya Sulbi berlari saat ini juga. Akan tetapi tubuhnya tak mau bergerak sama sekali, seolah-olah ada seutas tali tambang mengikat kencang kakinya.

Ya Tuhan! Ini apa lagi?

Titik netranya bertemu dengan kelereng hitam seorang pria yang duduk tepat memunggungi.

Begitu dekat. Seakan-akan suara tarikan napasnya bisa terdengar oleh pria yang kini menoleh langsung ke arahnya.

Kenapa harus Richo Kurniawan, mantan kekasihnya.

Jika bukan karena urusan bisnis, Sulbi lebih memilih menghindari pria jangkung yang sekarang duduk menyilangkan kedua kakinya.

Delapan tahun ia mencoba melupakan Richo, kini dengan seenaknya mereka kembali dipertemukan.

Rasa-rasanya takdir tak pernah berpihak padanya.


Richo tersenyum sinis, melibat betapa gugupnya Sulbi yang tengah berdiri kaku di hadapannya. Bahkan tatapannya mengikuti ke manapun wanita itu bergerak ke depan.

Syok. Tentu saja, ia tak menyangka bahwa akan bertemu lagi dengan wanita penghianat itu, apalagi akan satu proyek dengannya.

Richo mendecih. Ada perasaan kesal yang mengumpul di dada. Cukup sudah ia terjebak perasaan akan masa lalu dengan Sulbi. Wanita yang ia cintai delapan tahun lalu, kini hanya menyisakan rasa benci yang menggunung.

Richo sadar, selama mereka satu ruangan tak sekalipun Sulbi memandanganya. Wanita itu selalu menghindari jika harus bersitatap denganya.

Cih! Seharusnya ia yang bersikap seperti itu, bukan malah Sulbi. Maka dengan senang hati Richo memandang Sulbi dengan tatapan tajamnya, tanpa sekalipun mendengarkan isi rapat hari ini.

Ia tak menyangka tawaran kerja yang diberikan Shani-kekasihnya-justru membuat ia kembali bertemu dengan sang mantan.

Ingin rasanya Richo tertawa. Delapan tahun ia menghindari wanita ini, tapi kini ia dipertemukan dengan seenaknya saja. Bukan hanya itu, mereka diharuskan kerja sama dalam satu proyek.

Delapan tahun. Ia berusaha membentengi dirinya dari luka yang disebabkan oleh Sulbi. Tembok kokoh yang ia bangun sedemikian rupa, hampir saja hancur tepat dihadapan sang pemberi lukanya.

Dulu ia dipermainkan oleh wanita berpakaian formal yang tengah duduk bersendekap. Maka sekarang gilirannya untuk membalas semua luka yang diberikan oleh Ibu CEO.

Apa kelebihan Raka, sahabat karibnya. Hingga Sulbi memilihnya dan pergi meninggalkannya begitu saja, tanpa penjelasan.

Kini Sulbi hanya bisa berusaha menebalkan hatinya, agar tak kembali melihat pada sosok lelaki yang sudah ia tinggalkan dan lukai sedemikian rupa.

Mungkin pria itu lah yang tak sudi untuk bertemu dengannya. Terlihat dari sikap jengahnya saat berada satu ruangan dengan dirinya.

Ingin rasanya ia mengumpati diri sendiri, karena masih tak mampu melepaskan rasa cintanya. Keputusan delapan tahun lalu memang mengharuskan Sulbi melupakannya.

Cepat-cepat Sulbi keluar dari ruang rapat, ia tak mau berlama-lama berada satu ruangan dengan Richo. Hanya tak sanggup menatap mata pria pemilik hatinya.

"Senang kita bertemu lagi!" Seruan Richo menghentikan derap langkah Sulbi.

Sulbi menatap beberapa pegawainya yang seakan-akan tak memperdulikan kegiatan bosnya.

Sulbi meremas celananya, menyalurkan debaran di dadanya dan rasa gemetaran ketika tangan Richo meraih lengannya.

Sulbi menatap tajam ke arah Richo, yang mendapat tatapan mengejek.

Richo tak bisa membohongi dirinya, jika ia merasakan tubuh wanita yang pernah hadir di hidupnya tengah gemetaran.

Sebegitu takutnya Sulbi akan dirinya, hingga ia begetar seperti sekarang. Bahkan Richo bisa melihat lelehan darah dari sudut bibir Sulbi yang tergigit kuat.

Richo melepas cengkeramannya, dan menatap kepergian Sulbi dengan langkah selebar mungkin.

Ada rasa nyeri dan kesal muncul bersamaan, melihat keadaan Sulbi barusan. Ia tak menyangka bahwa sikap angkuhnya yang diperlihatkan tadi, berubah menjadi sebuah ketakutan.

Richo mendengus sebal, menyadari bahwa ia masih saja memperhatikan wanita itu.

Langkah Richo terhenti. Seluruh ototnya menengang sempurna dan giginya gemelatukkan, serta tangan tangan yang terkepal kuat.

Di ujung koridor sana. Ia melihat Raka dan Sulbi berpelukkan.

Dasar berengsek!

★★★★★★★★★★

Yeay ketemu lagi.

Wkwkwwkwkwkw... satu2 ya apdetnya. Tenang aja. Bakalan aku apdet kok meski gak tau kapan. Huehehehe

Tungguin aja ya, kelanjutan kisahnya.

Mahalo
-Dean Akhmad-
27-06-2018

Repost : 28/10/2018
         29/01/2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro