XXXVII ¤ The Rodent
WARNING
Di chapter ini ada mature content.
Jadi, cerita aSL ini sasarannya buat adult ya, sudah ada sign maturenya di cover depan.
Semoga kalian bijak dalam membaca cerita ☺️
🍁🍁🍁
Dengan terpaksa, Humaira melepas Laith ke Jakarta untuk mengurus perusahaan El-lectro Inc. yang sedang ada masalah.
Humaira ingin ikut, tapi Laith melarangnya dengan alasan dirinya sedang hamil muda. Padahal, Humaira tidak bisa tidak berdekatan dengan sang suami karena efek hormon hamil. Namun, apa daya.
Dirinya hanya bisa melakukan panggilan video setiap dia merasa kangen. Kapanpun dan dimanapun. Laithpun selalu mengangkat panggilan sang istri. Bahkan, saat meeting dia pamit sebentar untuk melihat keadaan sang istri lewat video call.
🍁🍁🍁
Jakarta, Indonesia.
Elusan sensual di paha dapat dirasakan lelaki matang yang tengah menatap ponsel di tangannya tanpa peduli kehadiran wanita di sebelahnya.
"Aku tau kamu di balik semua ini. Jadi, ini alasan kamu mendekatiku lalu mencampakkanku ?" Bisik sensual Angel di telinga sang lelaki berjas formal.
"Hmm," deheman singkat tanpa terpengaruh apapun yang dilakukan wanita itu.
Jemari lentik itu melepas ikatan dasi di leher sang pria.
"Mari bernegosiasi. Kukasih layanan untuk ini tapi Kau lepaskan orang tuaku," ucap Angel dengan jemari mengelus dan menekan bagian intim sang pria.
Dengan napas berat, Jonathan meletakkan handphonenya di sofa sebelah dan merebahkan kepala di sandaran empuk sofa. Menikmati blow job dari mantan kekasihnya.
Sudah beberapa bulan ini dirinya menjalin kasih --pura-pura-- dengan anak Tanuwijaya-Atmadja untuk mencari informasi.
Dan berhasil. Setelah berakting menjadi seorang yang sangat mencintai Angel, sampai mendapat kepercayaan Handoko untuk mengambil alih salah satu anak perusahaan dan didesak untuk segera menikahi anak sulung mereka.
Bahkan, dia sudah sangat akrab dengan kediaman Tanuwijaya dan Atmadja karena terbiasa riwa-riwi tanpa dicurigai dengan dalih pacar sang puteri. Ramah kepada semua keluarga bahkan adik perempuan Angel yang seringkali menggodanya karena iri sang kakak mendapat lelaki sesempurna Jonathan. Dengan begitu, banyak sekali informasi yang dia dapat.
Bukti pengoperasian helikopter rusak yang ditumpangi pasangan Anthoni dan Abigail Tanuwijaya, penggelapan dana oleh Andreas di A Corp sebelum diambil alih, bukti kecelakaan dan penculikan Humaira. Serta, bukti kasus suap beberapa pejabat tinggi negara untuk menyokong perusahaan ilegalnya.
Puncaknya, saat Andreas tertangkap. Bertepatan dirinya sudah memberitahu Laith masalah penculikan Humaira agar Laith bersiap dan memberi bukti nyata dengan luka.
Lalu, mencampakkan sang tuan puteri dengan tragis di sebuah club malam. Dirinya sengaja bercumbu dengan wanita lain di depan Angel lalu mengatakan putus. Tanpa memberitahu alasan di baliknya.
Mission completed.
Tapi, ternyata sang tuan puteri yang dulu bak kucing manja yang malu-malu. Sekarang, berubah menjadi rubah kecil yang licik dan binal. Mengajak bertemu dan telah membuat reservasi di VIP club bintang lima dan menggodanya.
Lihat saja. Jonathan hanya diam saat tubuh Angel yang seksi bergoyang liar di atasnya. Dia tidak menolak ataupun mengiyakan karena Angel bergerak semaunya sedari tadi. Jonathanpun tidak rugi. So, he's just enjoying it.
"Ahh"
Desahan Angel menggema di seluruh ruangan. Sebenarnya, Jonathan jijik mendengarnya. Tapi, ia urungkan membuka mulut bahkan menolak ciuman Angel.
Saat merasa tubuh di atasnya akan mencapai puncak, Jonathan menghentikan gerakan wanita itu. Mendorong tubuh Angel agar lepas darinya.
"Kenapa ?" Teriak Angel frustasi.
Jonathan diam dan membenarkan celananya.
"Hei, Wanita! Kukatakan padamu, mau Kau menyerahkan tubuhmu kepadaku seumur hidupmu pun tak akan aku mengikuti kata-katamu. Setiap iblis itu tempatnya di neraka dan manusia yang berhati iblis juga sepantasnya tidak hidup bak di surga. Jadi, nikmatilah kehidupan neraka untukmu dan keluargamu mulai sekarang," ucapan tajam Jonathan menggema di telinga Angel.
Dengan rahang yang sakit akibat ditekan tangan kuat Jonathan, sekarang dirinya teronggok tanpa busana di atas sofa.
"Kejam! Jadi, seperti ini sifat aslimu ?" Teriak Angel dengan linangan air mata.
"Iya. Thank you for service," ucap kaku Jonathan seraya meletakkan berlembar uang seratus ribuan di atas meja.
Dapat dia dengar teriakan Angel saat dirinya membuka pintu dan melenggang keluar dari club. Tanpa peduli wanita yang dulu pernah menjadi kekasih pura-puranya.
🍁🍁🍁
"Sebentar lagi Mas pulang. Ini sedang perjalanan ke bandara."
Humaira bersorak riang mendengar kejutan Laith dari panggilan video hari ini. Sudah seminggu dia ditinggal sang suami. Kangen berat.
"Yeay. Akhirnya Ayah pulang, Nak. Udah kangen kan kamu. Nih, adek bayinya udah kangen," ujar Humaira seraya mengelus perutnya yang sudah sedikit membesar. Sudah masuk bulan ketiga.
"Oh. Bukan bundanya ya yang kangen?"
"Bundanya juga kangen. Tapi, adek bayinya lebih kangen. Masa Ai ngidam Mas Laith. Makanya cepat pulang," gerutu Humaira.
"Haha. Anak Ayah gak rewel kan tapi di perut Bunda ? Ayah juga kangen kalian. Baik-baik ya di sana."
"Nggak kok, Yah. Dia anteng apalagi kalau Bunda sedang baca Al-Quran. Jadi, Bunda kemana-mana bawa mushaf kecil biar dedek bayinya seneng," cerita Humaira.
"Alhamdulillah. Insyaa Allah nanti anak Ayah dan Bunda jadi Hafidz ya."
"Aamiin. Ya sudah, Mas hati-hati ya pulangnya. Ai dan dedek bayi udah kangen," ucap Humaira.
Panggilan itu berakhir setelah saling melempar salam dan senyum bahagia karena sebentar lagi akan bertemu.
Humaira berjalan menuju lantai bawah. Dia dapat mendengar berisik cakap di ruang keluarga. Ternyata ada Zaskia di sana.
"Eh ada Humaira. Sini, Sayang, sudah telponannya sama Gus ?" Tanya Umma.
Humaira dengan senyum yang terlihat di mata mengangguk.
"Mas Laith bilang pulang hari ini. Sekarang sudah di bandara," ucap Humaira.
"Alhamdulillah kalau begitu. Mobilnya di parkir di bandara kan ya. Jadi, kamu tunggu di sini saja," ujar Umma lagi.
"Ra, kakak ada kabar gembira juga," ujar Zaskia riang.
"Ada apa, Kak?" Tanya Humaira antusias.
"Kakak hamil," seru Zaskia.
"Alhamdulillah. Sudah berapa minggu, Kak ?" Tanya Humaira ikut senang.
"Jalan empat minggu ini. Makanya, dari kemarin kakak muntah-muntah gak jelas. Kamu gitu juga gak ?" Tanya Zaskia.
"Hamil yang sekarang nggak, Kak, tapi yang pertama dulu iya. Pas Humaira sakit itu ternyata mual karena hamil," ujar Humaira sendu.
"Sudah gak pa-pa. Yang penting sekarang kamu gak terlalu berat karena gak mual. Capek ternyata morning sickness, Mas Fathir aja gak tega tiap liat aku muntah tiap pagi," ujar Zaskia menenangkan Humaira.
Namun, bukannya tenang. Humaira justru semakin gelisah. Entah mengapa mendengar Zaskia bercerita tentang suaminya dia teringat Laith. Padahal, baru saja ber-video call.
"Mau kemana, Ra ?" Tanya Umma saat Humaira beranjak dari duduk.
Humaira menghampiri TV yang biasanya hanya dijadikan hiasan karena jarang ditonton. Mengambil remot dan menyalakannya.
"Duh, maaf ya Umma, Kak Kia. Tiba-tiba Ai pengen nonton TV," ringis Humaira tidak enak.
"Haha. Tidak apa. Kamu ngidam nonton TV mungkin," kekeh Zaskia dan diiyakan Humaira serta Umma.
Lama mereka mengobrol dan Humaira dengan mata menatap layar di TV. Entah mengapa, dirinya ingin sekali menonton berita hari ini.
"Breaking News. Baru saja terjadi kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan A122 menuju daerah pegunungan Jawa. Diduga pesawat hilang kendali dan menabrak perbukitan tinggi. Terdapat 110 penumpang dan 21 awak kabin yang diduga tidak dapat diselamatkan karena badan pesawat yang hancur..."
Deg!
Jantung Humaira berhenti berdetak sedetik, lalu menghentak keras mendengar berita di televisi.
Itu nomor pesawat yang ditumpangi Laith. Tadi dirinya sempat membaca tiket pesawat yang suaminya kirim lewat pesan.
"Umma, itu pesawat Mas Laith," dengan gemetar Humaira berkata dan air mata segera meluncur.
"Innalillahi. Ayo kita ke bandara sekarang!" Kata Umma.
Dengan tangan gemetar Humaira memanggil nomor sang suami berkali-kali tapi tidak tersambung. Hanya suara operator yang memberitahu nomor yang dituju tidak dalam jangkauan.
Mereka tiba di bandara dengan Fathir yang menyetir. Abah, Abi, dan Umi juga ikut serta untuk memastikan kabar tersebut. Humaira segera berlari menuju kerumunan yang juga sedang menunggu kabar sanak saudara yang menumpangi pesawat.
"Ra, kamu jangan lari-lari. Bahaya! Mending kita ke bagian informasi," teriak Zaskia memberi peringatan kepada Humaira.
Mereka berjalan ke bagian informasi yang dikerumuni sangat banyak orang.
"Mending saya saja yang ke sana. Kalian duduk di ruang tunggu saja," ujar Fathir dan diangguki semua orang kecuali Humaira.
"Ai pengin ikut!" Seru Humaira.
"Biar Fathir saja ya, Sayang. Di sana rame banget. Kamu sedang hamil, nanti kalau terjadi apa-apa kasian bayinya," ujar Umi.
Dengan berat hati Humaira mengangguk. Dia digiring untuk duduk di ruang tunggu bandara. Air mata terus berlinang dan hatinya nyeri. Dirinya tak henti berdzikir dan memohon doa untuk keselamatan sang suami.
Tak berapa lama, Fathir datang dengan membawa kertas. Humaira segera berdiri dan merebut kertas berisi nama-nama penumpang. Nama itu tertera di kertas kedua.
Muhammad Laith El-Farees.
"Penumpang tidak ada yang selamat," kata-kata Fathir menggema di telinga Humaira.
Bruk!
"Humairaa.." jerit semua orang yang melihat Humaira jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Mereka bergegas membawa Humaira ke mobil dan kembali menuju Ndalem.
Kesedihan meliputi suasana mobil. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Umma sudah sesenggukan di pelukan Abah Yai. Umi dan Zaskia memberi minyak angin ke Humaira agar segera sadar dengan air mata yang mengalir di pipi. Abi dan Abah juga sedang berdzikir menahan kesedihan yang mendalam. Fathirpun demikian, berusaha sekuat tenanga menyetir dengan tenang dan menahan air matanya. Terus beristighfar dan berdzikir.
Masing-masing mereka berdoa dalam hati semoga masih ada keajaiban untuk Gus Laith.
Setibanya di ndalem mereka membawa Humaira ke kamarnya dan segera memanggil dokter. Umma menemani sang menantu sedang yang lain berkumpul di ruang keluarga.
"Abah sudah menghubungi Gus Azzam. Mereka akan segera kesini. Terus, kita lakukan sholat ghaib dan doa bersama di Masjid. Sekalian umumkan agar para santri juga ikut serta berdoa. Semoga ada keajaiban untuk Gus Laith. Namun, jika demikian Allah lebih dulu memanggilnya, kita kirim doa untuknya.." ujar Abah dengan sekuat tenaga menahan isak. Air matanya sudah meluncur di kalimat akhir dan tidak sanggup meneruskan ucapannya.
Suasana haru sangat mendekam. Abi menenangkan Umi yang sedang terisak. Fathir mengusap air matanya. Sesungguhnya mereka tidak rela sosok Gus Laith sudah tiada. Namun, sebagai manusia yang beragama, mereka harus mengikhlaskan.
Sholat dan doa berjamaah dilakukan di masjid. Seketika, kabar haru sudah menyebar di penjuru ponpes. Para santri juga dirundung duka dan merasa iba kepada Humaira yang masih hamil muda. Sungguh takdir Allah tiada yang mengetahui.
🍁To be Continued🍁
|Tandai kalo ada typo atau kesalahan dalam informasi ya, Guys|
Bertemu dengan tulisan bercetak tebal lagi 😁
Jadi, chapter ini sebenarnya penuh dengan pertimbangan, tapi memang scene mature itu termasuk penting. Jadi, aku juga bingung sendiri. Semoga yang membaca sudah berusia lebih dari 18 tahun.
Lalu, untuk membuat ini lebih clear.
Pertama, Jonathan itu bule Italia yang tentu saja bukan beragama Islam. Dia penganut hidup bebas, jadi hal seperti scene di atas sudah biasa baginya. (Ups)
Kedua, Angel, anak orang kaya, hidupnya selalu mewah dan semua dipenuhi. Dia juga bukan beragama Islam, ingat dia masih sepupu Humaira dan keluarga Humaira tidak ada yang muslim. Jadi, bagi Angel melakukan scene di atas bukan perkara besar.
So, semoga kalian paham alasan keduanya melakukan scene anu padahal belum menikah.
Terima kasih atas pengertiannya 🤗
Sending a lot of loves ❤️💌❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak 🐾
(Vote, comment, and share)
Best regard,
Moon Prytn.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro