XXII ¤ The Truth
Setelah seharian kemaren dirinya hanya di kamar. Sekarang Humaira sudah bisa kembali beraktivitas. Seperti saat ini. Dengan beberapa santriwati yang piket, mereka menyiapkan masakan untuk nanti malam. Jumat Kliwon biasa diadakan rutinan pengajian dan berzanji.
"Ning, udah atuh gausah repot-repot biar kami saja," ujar Leha. Salah satu santriwati remaja yang ikut mengiris bahan masakan.
"Gak pa-pa, Leha. Kan saya juga ingin membantu," jawab Humaira keras kepala.
"Kata Umma Nyai, Ning abis sembuh. Nanti kecapean loh," sekarang Rika yang menimpali.
"Nggak kok, ini cuma ngiris kubis. Lagian kalau disuruh ngiris terasi baru saya gak mau. Baunya nyengat, bikin mual," ujar Humaira seraya terkekeh.
Mereka ikutan terkekeh mengira Humaira bercanda agar tidak disuruh membantu lagi. Padahal, memang Humaira masih sedikit mual, apalagi mencium aroma bawang yang menyengat.
"Ra- eh Ning, nanti ke aula sama Kak Kia aja ya," ujar Kia menerobos obrolan di meja kayu dapur umum rumah Umma. Dia habis dari bagian belakang yang khusus memasak.
"Iya, Kak. Maaf ya, Kak, gabisa bantu di belakang," ujar Humaira.
"Halah, gapapalah. Lagian banyak yang bantu itu. Kamu juga abis sakit," ujar Zaskia.
"Ustadzah Zaskia kapan nyusul adeknya nikah. Masa kalah sama Ning Humaira," celetuk Leha. Kurang asem memang.
"Hust. Anak kecil ngomongin nikah. Nanti kalau Ustadzah bagi undangan jangan kaget ya kamu udah ngejek," jawab Zaskia. Dia memang dekat dengan anak didiknya.
"Siap, Ustadzah. Kami mah seneng diundang. Bisa makan-makan," jawabnya diikuti kikikkan santriwati lain.
Membuat Zaskia dan Humaira geleng-geleng. Mereka ini lucu-lucu saja kelakuannya.
Tiba-tiba satu santriwati kepo menanyakan hal yang masih menjadi trending topic.
"Ning. Maaf ini, Saya hanya ingin bertanya. Waktu itu saya pernah melihat foto yang sedang dibicarin itu loh, Ning. Apa benar itu Ning Humaira ?" Tanya-nya.
Humaira mengangguk, "benar itu foto saya sama Kak Jonathan. Kakak sepupu saya. Itu foto udah lama, sebelum saya jadi mualaf dan diangkat anak sama Abi Ridwan dan Umi Atika," jawab Humaira jujur.
"Loh? Ning mualaf tho ?" Jerit Leha tidak percaya.
"Sumpah, Ning ?" Tanya Rika.
"Demi apa ?" Ujar santriwati lain.
"Hah ? Masa ?" Yang lain menimpali.
"Ning kayak Song Hye Kyo. Asli," santriwati kepo tadi malah nyeletuk beda jalur.
"Hah?" Mereka semua bingung dengan celetukan si santriwati kepo.
"Ning Humaira di foto itu persis seperti Song Hye Kyo. Rambutnya panjang coklat bergelombang terus putih banget. Oh ya Ning, itu tadi sepupu Ning siapa namanya? Ganteng Ning, saya naksir."
Semua yang ada di sana menganga tidak percaya. Apalagi Humaira, pelak saja dia tertawa pelan mendengar ocehan santriwati itu.
"Ada-ada saja kamu ya. Namanya Kak Jonathan, tapi sayangnya dia tinggal di Italy. Kamu sana kalo mau nyusul," ujar Humaira masih terkekeh.
"Ning Ning, belum dijawab tadi," desak Leha.
Humaira kembali terkekeh, "iya. Saya mualaf. Keluarga saya semua tidak ada yang muslim. Dan alhamdilillah saya bertemu Kak Zaskia yang menjadi perantara hidayah dari Allah subhanahu wa ta'alaa," jelas Humaira.
"Owalaa, aku kira Ning itu masih sanak saudara sama Abinya Ustadzah Zaskia. Terus-terus Ning, kok bisa nikah sama Gus Laith ?" Tanya Rika kepo.
"Kalian ini kepo banget ya," ledek Zaskia.
Humaira terkekeh lagi, "eung ceritanya panjang. Tapi, intinya saya dan Gus Laith pernah beberapa kali tidak sengaja bertemu sebelum tahu ternyata kami sama-sama tinggal di daerah sini. Lalu, Gus Laith langsung mengajak ta'aruf. Jadi, deh," cerita Humaira.
"Loh, katanya Gus Laith udah ada pujaan hati yang bertemu di Mekkah. Terus Ning juga udah ada yang disuka," ujar salah satu santriwati yang ternyata masih ingat pembicaraan lama. Sepertinya dia ikutan menguping.
"Wah, kamu pasti ikutan menguping waktu itu ya," ledek Zaskia lagi.
Humaira dan Zaskia tertawa. Sedangkan, santriwati lain menunggu jawaban dari Humaira. Berita Gus dulu yang sudah punya pujaan hati ternyata booming di kalangan santriwati.
"Ehem. Wanita yang Gus pernah bertemu di Mekkah itu saya. Waktu itu saya juga sedang umroh. Terus, yang saya suka itu juga lelaki yang pernah tidak sengaja bertemu waktu umroh," ujar Humaira.
"Gus Laith orangnya?" Tanya Leha.
Humaira mengangguk dengan senyum. Mereka seperti koor ber-wah ria.
"Maa Syaa Allah. Benar ya, jodoh pasti bertemu," ujar salah satu dari mereka.
"Uwh so sweet banget. Mau dong yang kayak gitu juga," ujar Rika.
Humaira dan Zaskia hanya tertawa melihat respon alay mereka.
"Oh ya, Ning. Kalau begitu kenapa Ning mualaf ? Katanya keluarga Ning semua bukan muslim ?" Tanya Leha.
Belum sempat dijawab, Umma datang dari arah dalam, mengintruksi untuk membawa nampan besar bundar wadah makanan nanti malam.
Dengan pasrah mereka tidak mendapat jawaban dan mengikuti instruksi Umma.
🍁🍁🍁
"Ayo, Ra. Kamu kok pucat sih ?" Ujar Zaskia saat berada di ruang tamu Ndalem, menunggu Humaira yang sedari tadi baru siap untuk ke aula.
"Gak pa-pa, Kak. Paling ini efek kemaren baru sakit," ujar Humaira.
"Beneran ? Kalo gak kuat di rumah aja gapapa," tanya Zaskia.
"Gak mau ah. Udah ayo berangkat, Kak," desak Humaira keras kepala.
Mereka berjalan beriringan menuju aula pondok. Tadi siang Abah Yai dan Umma sudah berangkat agar bisa sampai di Banyuwangi sebelum acara besok. Malam ini spesial karena Laith yang mengisi Mauidhah Hasanah. Tapi, Humaira belum tahu itu.
Tiba saatnya Laith mengisi acara inti. Humaira yang mendengar suara sang suami lekas mendongak dan menajamkan mata ke arah mimbar. Tempatnya duduk memang jauh, apalagi terdapat pembatas antara tempat ikhwan dan akhwat di tengah. Benar saja, dirinya mendapati sang suami sedang bermauidzah hasanah.
"Kisah Aisyah radhiyallahu 'anha yang dituduh berselingkuh dengan Shafwan bin al-Mu’aththal as-Sullami adz-Dzakwani, yang menjadi asbabun nuzul turunnya Quran Surah An-Nuur sepuluh ayat dari ayat 11.
Singkat cerita, saat Nabi mengundi istri yang akan menemaninya dalam perang. Aisyah terpilih. Lalu, Aisyah dibawa dengan sekedup (tandu di atas onta). Saat itu, Aisyah hendak menunaikan hajat sehingga turun dari sekedupnya dan ketika akan kembali ke rombongan kalungnya terputus. Beliau kembali untuk mencari kalung itu.
Usai menemukan kalung, ternyata rombongan yang membawanya sudah berangkat terlebih dulu dan tidak menyadari bahwa Aisyah tertinggal.
Aisyah kembali ke tempat tadi berhenti, berfikir bahwa mereka akan mencarinya. Terduduk dan tertidur.
Ternyata, Shafwan, salah satu tentara tertinggal dan menemukannya. Shafwan hanya berucap kalimat istirja' (innalillahi wa innailaihi rajiun). Lalu, membawa Aisyah kembali ke rombongan tanpa berbicara sepatah katapun selain istirja' tadi.
Sekembali ke Madinah. Ternyata berita Aisyah dan Shafwan menyebar dengan tuduhan berzina. Berita itu dipelopori oleh Abdullah bin Ubay bin Salul.
Singkatnya. Nabi dan orang tua Aisyah belum mengetahui kebenaran berita itu. Hingga Allah Subhanahu wa Ta'alaa menurunkan firman yang berbunyi,
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar (pula).” Quran Surah An-Nuur ayat 11.
(HR. Bukhari, no. 2661 dan Muslim, no. 2770.)
Kisah lebih lengkap bisa dibaca sendiri ya Akhy, Ukhty."
Gus Laith tersenyum dan menjeda sebentar. Lalu melanjutkan.
"Sebenarnya kisah masih berlanjut panjang. Tapi, nanti saya seperti membacakan dongeng tidur. Terus ada tagline, hashtag bukan ceramah malah mendongeng, jama'ah molor, penceramah bengong."
Seluruh santri tertawa memenuhi ruang aula. Gus Laith memang pandai membuat suasana riang. Berbanding terbalik dengan perawakan dan riak wajahnya yang mengintimidasi.
"Nah, kisah tadi sebenarnya untuk pembuka dari yang akan saya sampaikan sebenarnya.
Jama'ah hafidzakumullah.
Seperti halnya suatu berita yang diceritakan tanpa tau musabab sebenarnya. Pastilah kita semua juga tahu trending topic akhir-akhir ini mengenai istri saya, Humaira," ujar Laith.
Humaira seketika melotot dan terbengong tak percaya. Sungguh, terkejut tidak menyangka sang suami akan berkata demikian di hadapan semua santri dan santriwati beserta pengurus pondok pesantren.
"Mengenai foto yang beredar itu adalah foto istri saya sebelum mualaf dengan kakak sepupunya bernama Jonathan De Luca. Foto itu diambil sekitar 5 tahun lalu. Jadi, berita mengenai istri saya yang berselingkuh itu tidaklah benar.
Dari peristiwa ini dapat kita ambil hikmahnya. Kita semua diharuskan tabayyun untuk meluruskan berita dan tidak menyebar fitnah atau berita hoax karena dapat merugikan pihak lain.
Bukan karena isu itu menyangkut istri saya. Mau siapapun itu apabila diisukan sesuatu yang sebenarnya tidak dilakukan, pastilah sangat meresahkan.
Maka dari itu, sebagai umat yang beragama dan mempunyai akal sehat, hendaklah kita menjaga lisan, hati, pikiran, dan perbuatan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui. Semoga Allah selalu menjaga kita, baik melakukan atau tertimpa hal-hal buruk.
Billahit Taufiq wal hidayah. Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," tutup Gus Laith.
🍁🍁🍁
Humaira dan Laith berjalan beriringan menuju kamar mereka. Di dalam hati Humaira sudah berbunga-bunga tersenyum. Benar-benar tidak menyangka, demi dirinya, Laith mengemas mauidzah hasanah dengan apik dan mengesankan.
Saat sampai kamar, Laith -yang sedang menutup pintu- terkejut dipeluk tiba-tiba di punggungnya.
"Makasih, Suamiku Sayang," ucap Humaira mengeratkan pelukan.
Laith mengelus lembut lengan sang istri yang ada di perutnya.
"Sama-sama. Oh, sekarang udah gak malu ya manggil sayang. Kalau gitu, panggilannya diubah sayang aja," kekeh Laith.
Humaira langsung melepas pelukan.
"Au ah," ambegnya bersedekap.
Laith berbalik dengan senyum masih tertempel di wajah tampannya.
"Uluh-uluh sekarang bisa ngambek juga ya. Tadi siapa sih yang peluk-peluk," ucap Laith seraya mencubit pipi Humaira yang makin chubby.
"Awh. Sawkit lewpas," ujar Humaira memukul tangan sang suami pelan.
"Mas mah gak romantis. Tau ah Ai mau bersih-bersih dulu," ujar Humaira melenggang ke kamar mandi.
Setelah bergantian bersih-bersih, mereka sudah bersiap akan tidur. Namun.
"Sayang, mau yang romantis gak ?" Tanya Laith.
"Apa ?" Jawab Humaira balik bertanya.
"Sini, Mas bisikin," goda Laith.
Humaira mengikuti perintah sang suami. Mendekat agar bisa mendengar bisikan.
Saat Humaira sudah ada dijangkauan Laith segera mendekap sang istri lalu berbisik pas ditelinga Humaira.
"Bismillahi Allahumma janibnasy syaithaana wajanibisy syaitaana maa razaqtana."
Seketika, Humaira memerah mendengar bisikan dari suaminya dan pasrah saja. Istri shalehah tidak boleh membantah suami bukan.
🍁To be Continued🍁
|Tandai kalo ada typo atau kesalahan dalam informasi ya, Guys|
Sending a lot of loves ❤️💌❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak 🐾
(Vote, comment, and share)
Best regard,
Moon Prytn.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro