X ¤ Ta'aruf
Here's going
Happy reading 🥰🤗
🍁🍁🍁
"Umma, Abah. Gus ingin bicara," ucap Gus Laith setelah sarapan bersama selesai.
Sedangkan, keluarga kakaknya sudah berangkat pulang ke kota sebelah barusan karena ada urusan mendadak.
"Ada apa, Gus ?" Tanya Umma terlebih dulu.
"Gus ingin mengkhitbah dan menikahi perempuan itu, Umma," ucap Gus tenang. Menatap Abah dan Ummanya yang memperhatikan sepenuhnya.
"Perempuan itu ? Siapa maksudnya Gus ?" Tanya Abah.
"Yang Gus pernah ceritakan ke Umma, Bah. Perempuan yang Gus temui sewaktu umroh," jelas Gus.
"Kamu sudah bertemu orangnya, Gus ?" Tanya Umma antusias.
"Siapa nama dan dimana alamatnya ? Niat baik tidak boleh ditunda-tunda," jawab Abah.
"Eung. Humaira, Bah, Ma," jawab Gus Laith. Sedang Abah dan Ummanya menatap bingung dan tak percaya.
Maka, dimulailah cerita Gus Laith sejak awal bertemu sampai tadi malam yang menjawab pernyataan Abahnya dalam hati.
"Rasulullah bersabda, 'Kalau seorang lelaki berkesempatan untuk (melihat) pada diri wanita itu sesuatu yang mendorongmu untuk mau menikahinya, hendaknya ia melakukannya'. Maka, sudah jelas dalam kasus Laith ini dorongan itu ada. Tapi, Abah sarankan untuk berta'aruf lebih dulu. Kalian berdua belum mengenal secara pribadi satu sama lain. Juga, jangan terlalu lama takutnya menjadi fitnah. Kalau sekarang Laith sudah siap berta'aruf dengan Humaira, akan Abah dan Umma antar," jelas Pak Kiyai, memberi kesempatan Laith untuk memutuskan.
"Insyaa Allah, Gus siap, Bah. Bismillahirrahmanirrahim, semoga Lillah dan menjadi berkah. Aamiin," tegas Laith. Diamini Abah dan Ummanya.
Mereka bersiap menuju rumah Abi Ridwan dan Umi Atika.
🍁🍁🍁
Shock.
Itu yang dirasakan Humaira semalam ketika mengetahui tenyata lelaki pemilik mata tajam itu atau El, pemuda kepercayaan Grand Pa nya adalah Gus Laith. Anaknya Pak Kyai dan Umma.
Tercengang.
Dia bukan pangeran Arab ? Eh, tapi memang Abah Yai keturunan Arab. Kalau diperhatikan dengan seksama, Gus Laith sekilas memang mirip Pak Kyai yang kearaban. Sedang, Ning Lathifa lebih mirip Umma, jawa ayu.
Beneran, Humaira tidak menyangka. Dalam sehari, dia mendapat banyak kejutan. Lalu, kebetulan-kebetulan macam apa ini ? Seperti semuanya berkesinambungan. Entahlah. Wallahu a'lam bi shawab.
Tok. Tok.
"Ra, ada yang nyari di bawah," ucap Zaskia di depan pintu.
Cklek.
"Siapa, Kak ?" Tanya Humaira.
"Kebawah dulu yuk. Udah ditunggu, gak enak," ujar Zaskia menarik lengan Humaira.
Gadis berhijab biru langit itu memandang ruang tamu dengan mengernyit. Ada apa ini ? Kumpul seperti semalam lagi ?
"Ra, sini duduk di sebelah Umi," ujar Umi halus.
"Ada apa, Mi ?" Tanya Humaira berbisik ke Umi. Ditanggapi senyum penuh arti.
"Gus, sampaikan maksudmu. Jangan lupa basmalah," ucap Pak Kyai Khudori.
"Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahirabbil 'alamiin. Asyhadu an la ilaha illallah wahdahu la syarika lah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuluh. Dengan asma Allah, saya Muhammad Laith El-Farees berniat dari hati dengan tulus meminta restu kepada Abah dan Umma untuk menyempurnakan separuh agama. Juga, meminta restu Abi Ridwan dan Umi Atika, selaku wali dari Humaira, untuk berta'aruf dan Insyaa Allah apabila Allah meridloi, dilanjut meminang Humaira. Humaira, Aileen Grizelle Tanuwijaya, apakah kamu menerima ta'aruf saya ?" Ucap Gus Laith lancar dan tegas.
Humaira shock (dua kali). Matanya melebar dan tak percaya saat setiap kata yang terlontar dari bibir Gus Laith. Lalu, menatap Umi di sebelahnya seraya berkedip, apakah ini nyata ?
"Ra, jawab dong pertanyaan Gus Laith. Humaira mau menerima atau tidak ?" Ujar Umi halus.
Humaira menghembuskan nafas. Tak sengaja daritadi ternyata dia menahan nafanya. Dadanya bertalu kencang. Dia berdoa dalam hati, semoga apa yang akan dia ucapkan menjadi pilihan terbaik. Lalu, menjawab.
"Bismillahirrahmanirrahim, Insyaa Allah, kalau memang Gus Laith jodoh yang Allah berikan untuk Humaira. Ai menerima dengan lapang hati," ujar Humaira sambil menunduk.
"Alhamdulillah," ucap semua yang ada di ruangan.
Laith terlihat paling lega diantara helaan nafas dan hamdalah itu. Laith tak tahan menahan senyumnya. Menatap Humaira -calon istrinya- yang masih menunduk di sebelah Umi Atika.
"Lebih baik waktu ta'aruf ini jangan terlalu lama dan tidak pula tergesa-gesa. Kalau memang Gus Laith dan Humaira sudah yakin satu sama lain, pernikahan dilaksanakan secepatnya," ujar Pak Kyai Khudori.
"Bagaimana Gus, Ra ?" Tanya Uma. Memastikan.
"Insyaa Allah, Gus siap lahir dan batin, Umma. Siapa yang mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita demikian, sebagaimana diriwayat-kan oleh al-Bukhari dari 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu. Ia menuturkan: "Kami bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pemuda yang tidak mempunyai sesuatu, lalu beliau bersabda kepada kami:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. '
Yang artinya, 'Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).'" Jelas Laith. Semua tersenyum mendengar penuturan Gus Laith. Bahkan, Humaira terkagum dengan penjelasan dan pengetahuan Gus Laith.
Maa Syaa Allah. Sungguh kebaikan seperti apa yang sudah kulakukan sehingga Engkau mengirim lelaki shaleh dan rupawan datang untuk meminang hamba. Batin Humaira.
Selanjutnya, giliran Humaira mendapat kesempatan menjawab. Humaira mengangguk, "insyaa Allah, Humaira siap," gugup Humaira. Melirikkan matanya sedikit ke arah Gus Laith. Dan senyum itu terukir di bibir merah lelaki itu.
"Jika sudah yakin satu sama lain. Sebaiknya kita diskusikan waktu dan tempat untuk acara selanjutnya," ujar Abi Ridwan.
"Sebaiknya ta'aruf dilakukan satu minggu saja. Mereka tinggal di satu daerah, perkenalan bisa dari orang tua masing-masing. Maksudnya untuk menghindari fitnah dan zina," usul Pak Kyai.
"Iya, Bah. Khitbah satu minggu dari sekarang. Lalu, pernikahan diadakan besoknya. Secara sederhana saja, akad dan dihadiri keluarga dekat dan para sahabat. Sehingga persiapan tidak repot. Santri dan santriwati juga bisa membantu dan hadir saat jamuan. Bagaimana Gus Laith dan Humaira. Setuju kah ?" Tutur Umma Radhiyah.
"Gus serahin ke Umma dan para orang tua saja. Untuk anggaran, izinkan Gus yang meng-handle," ujar Gus Laith dan diangguki para tetua.
"Ai juga setuju, Umma. Lebih baik, Umma dan Umi yang mengatur. Yang lebih berpengalaman," ujar Humaira dengan senyum.
"Ya sudah. Nanti untuk fitting pakaian sama temen Umi. Nanti, Umi hubungi dulu, sekiranya ada yang ready dan bagus untuk minggu depan," ujar Umi Atika.
"Untuk tempatnya di rumah Pak Kyai saja atau bagaimana ?" Tanya Abi.
"Sebaiknya dilakukan di sini. Sebagai rumah dari calon wanitanya," jawab Pak Kyai.
"Oh ya, Humaira ada keluarga yang mau diundang tidak ?" Tanya Umma halus.
"Eum. Grand Pa, kakak-kakak sepupu, dan Pak Syahrir saja sepertinya, Umma," jawab Humaira.
"Maaf menyela. Grand Pa kamu tidak bisa hadir, Humaira. Beliau sudah berpesan padaku saat di Jakarta," ucap Gus Laith. Semua mata memandangnya bingung, bagaimana Laith bisa kenal kakek Humaira. Bahkan, saat acara pernikahan belum direncanakan.
"Ehem. Mr. Georgio yang menjadi investor pertama El-lectro Inc. adalah kakek Humaira. Dan terakhir bertemu, kemaren saat di Jakarta. Beliau sudah memberi restu atas pernikahan Gus dan Humaira. He knows the situation about us," jelas Laith.
"Gus mengenal Grand Pa sekali, ya. Ai juga sudah menduga Grand Pa tahu, Grandy selalu mengawasi Ai. Maaf jika mengganggu privasi," ucap Humaira.
"Tidak perlu minta maaf. Saya juga tahu tentang itu. Beliau sangat menyayangimu," ujar Laith tersenyum. Sedang Humaira masih menunduk dan bernafas lega.
"Kalian kenapa saling terhubung ya," celetuk lirih Zaskia. Dan diiyakan yang ada di situ.
"Eh sebentar maaf menyela. Bukankah Gus Laith sudah memiliki perempuan yang ditemui di Mekkah," ujar Zaskia. Seketika itu, Humaira juga mengingatnya. Segera segala pikiran negatif merayapi otak.
"Perempuan itu Humaira," jawab Umma seraya terkekeh.
Humaira melotot. Tidak percaya. Begitu pula Zaskia.
"Eung. Maaf Humaira. Sebelum bertemu kamu di restoran itu, saya sudah memerhatikan kamu. Pertama kali, saat kamu sedang di depan Ka'bah," jelas Laith.
Humaira semakin tercengang. Kapan? Dia bahkan tidak melihat Gus Laith saat itu. Pertama bertemu bagi Humaira saat mata itu menatap tajam di depan meja kasir.
"Dan ini milikmu. Tertinggal di meja kasir," ucap Gus Laith lagi. Seraya memberikan sesuatu yang bertali dari kantong kemejanya.
Humaira terkejut pangkat sepuluh. Kejutan hari ini sepanjang jalan kenangan. Eh maksudnya bertubi-tubi. Itu, nametag umrohnya yang hilang. Dia kira tertinggal di hotel.
Tak pelak. Semua yang ada di sana juga tercengang. Makanya, Gus Laith langsung datang meminang Humaira. Kisah mereka benar-benar seperti drama.
"Ai kira nametag nya tertinggal di kamar hotel. Terima kasih, Gus," ucap Humaira.
"Sepertinya ini alasan kenapa Gus Laith ngebet mau nikahin Humaira, ya," ujar Umi menggoda.
Gus Laith hanya terkekeh. Mengiyakan dalam hati.
"Oh ya, Ra. Umma ingat kamu pernah bercerita tentang pangeran Arab. Apa anak Umma ini sudah seperti pangeran Arab hingga kamu menerimanya ?" Tanya Umma. Pun dengan Zaskia dalam hati.
"Aa Umma. Ai malu. Gamau cerita," ujar Humaira memeluk lengan Umi di sebelahnya.
"Loh, kok gamau sih, Ra. Apa.. jangan-jangan pangeran Arab yang kamu maksud itu memang Gus Laith ya ??" Tebak Zaskia. Tepat sasaran.
Wajah Humaira semakin memanas. Dia mengangguk dan semakin memeluk lengan Umi Atika.
Mereka semua tertawa melihat tingkah lucu Humaira.
Sangat menggemaskan. Batin Laith.
Lalu, mereka mengakhiri pertemuan itu saat hari menjelang siang. Dengan kesepakatan menjadikan kabar bahagia ini hanya untuk keluarga yang hadir tadi. Sebelum undangan pernikahan disebar. Kini, mereka tinggal menghitung hari.
🍁To be Continued🍁
|Tandai kalo ada typo atau kesalahan dalam informasi ya, Guys|
Sending a lot of loves ❤️💌❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak 🐾
(Vote, comment, and share)
Best regard,
Moon Prytn.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro