Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kyou Made no Melody

[Neko Note : saat flashback dimulai, harap membaca sambil mendengarkan musik nya ya, agar suasananya makin terasa ^^]

"Aku pulang !!!"

Suara berat telah mengisi ruangan yang berhiaskan benda mati tampak sepi tak berpenghuni, serta gelapnya ruangan menambah suasana menjadi mencekam. Sangat berbeda dengan suasana di luar sana yang cukup terang dan menenangkan. "Papa ?" Panggil seorang remaja berumur lima belas tahun sembari mengelilingi semua ruangan yang ada di rumah ini hingga ia berhenti pada salah satu ruangan yang menampilkan seorang pria paruh baya dengan surai orange sedang terbaring lelah di lantai yang cukup menusuk tulang. Remaja itu pun langsung melangkahkan kakinya untuk memasuki ruangan itu dan membangunkan penghuninya, "Papa, bangun! Nanti papa sakit jika disini"

"Hngh... Siapa ?" Ucap sang papa dengan tatapan lelah. "Papa... Ini aku, Reon" ucap remaja itu dengan sabar. "Reon... Ah, maaf. Papa ketiduran disini dan selamat datang !!! Apa Reon lapar ? Akan papa buatkan sesuatu" tanya papanya dengan penuh perhatian. "Um, omurice" jawab Reon dengan senyuman di wajahnya. Dan dengan segera, pria paruh baya itu segera menuju dapur untuk memasak makanan kesukaan anaknya. Perlahan namun pasti, ia memasak dengan berbagai bumbu yang dulu telah ia pelajari semasa SMA.

"Papa ?" Panggil Reon pada papanya yang tengah cekatan memasak. "Iya ? Bagaimana sekolahmu ? Apa ada sesuatu yang mengganggu ?" Tanya papanya tanpa melihat Reon sedikitpun. Reon pun bergeleng dan menundukkan kepalanya, "Papa, bolehkah ku meminta satu hadiah pada ayah ? Karena hari ini adalah hari ulang tahunku" ucap Reon dengan nada sedikit memohon. "Benarkah ? Papa ingat tidak sekarang. Tapi baiklah jika Reon benar-benar inginkan, selama papa sanggup maka akan ayah turuti keinginanmu" jawabnya yang kemudian menyajikan pesanan anaknya dengan sedikit hiasan sayuran pelengkap dipiring dan ia pun duduk di sebelah anaknya dengan segelas air putih di tangannya.

"Bolehkah ku tahu bagaimana mama ? Kalau boleh, sedari papa bertemu dengan mama" Tanya Reon yang membuat papanya terdiam seketika. "Tetapi jika papa sedang tidak ingin cerita pun tidak apa-apa, pa" ucap Reon yang mengerti perasaan papanya. "Papa akan cerita, tapi berjanjilah untuk terus serius dalam melewati rintangan yang ada" ucap papanya dengan senyuman riang, namun tersirat penuh kesedihan. Dan ia pun baru saja ingat jika ia tak pernah menceritakan seperti apa bagaimana ibu dari anak ini.

____________________________________

Kyou Made no Melody
Knights
Tsukinaga Leo x Reader

____________________________________

Mentari tengah menggelar sutra emasnya untuk membangunkan para makhluk kesayangannya. Para burung pun bernyanyi merdu untuk membantu sang mentari serta menyemangati para manusia agar semangat menjalani hari.

Tak kalah dari sang burung, desas desus mengenai kembalinya seseorang yang telah lama menghilang pun kini memenuhi telinga satu sekolah idola yang cukup terkenal, Yumenosaki Gakuen. Banyak siswa yang tak mengerti tentang kembalinya orang itu secara tiba-tiba. Namun yang mereka tahu, ia hanya akan menimbulkan masalah cukup besar bagi keberlangsungan hidup sekolah ini.

"Hahahaha selamat pagi semua !!! Uchuuuuuu~♪"

Suara khas anak remaja yang selalu ceria ditambah dengan senyuman secerah mentari membuat orang yang menatap tersenyum. "Leo-chin !!!" Panggil seorang pria bersurai pirang dengan manik merah. "Hoaaah, Mackey !!!" Balas remaja itu pada pria bermanik merah itu. "Ingatlah namaku, namaku adalah Nazuna Nito" ucap Nito dengan sabarnya.  "Oaaahh Nazu ! Kau tidak tambah tinggi rupanya" ucap pria itu dengan wajah jahil. "Huh ? Kau siapa ?" Tanya remaja itu yang memaku matanya pada seorang gadis yang duduk disebelah kanan serta tak menggubris protes dari Nito. Pasalnya, tidak ada seorang wanita disini sebelum ia pergi cukup lama.

"Namaku..."

"Tunggu, tunggu ! Kurasa itu tidak penting, dan aku juga tidak peduli~" ucap remaja itu dengan nada yang cukup menjengkelkan di telinga orang. "Tapi kalau boleh tahu, siapa namamu ?" Sambung remaja itu sambil menatap gadis dihadapannya.

"Ihhh... tadi Leo-chin bertanya namanya, lalu (Name)-chin mau menjawab sudah dibilang tidak penting, lalu Leo-chin bertanya lagi. Mau Leo-chin apa ?" Protes Nito dengan sangat gemas pada teman sekelasnya ini. "Nazu diamlah, aku bertanya padanya bukan padamu" ucap remaja itu yang kemudian mendekati meja tempat gadis itu berada.

"Aku ketua dari unit Knights, dan kau ?" Ulang Leo untuk ketiga kalinya sambil menjulurkan tangannya. "Namaku (Last name) (Name)" ucap gadis itu yang menyambut uluran tangan pria dihadapannya. "Oh, unit baru ya ?" Tanya Leo yang semakin penasaran pada gadis dihadapannya. "Bukan, aku berada di jurusan produser" ucap (Name) dengan senyuman yang sengaja ia patri. "Ohhh!!!" Ucap Leo dengan ekspresi senang yang membuat (Name) bingung. "Inspiration datang... INSPIRATION DATANG !!! AHAHAHAHAHA !!!" Teriak Leo yang kemudian membuka pena serta buku milik Ren lalu mulai membuat prasasti di buku itu.

"Maaf ya, (Name)-chin. Leo-chin memang selalu begitu, harap maklum ya" ucap Nito dengan raut prihatin jika (Name) merasa keberatan atau tak terima jika barangnya di corat-coret secara tak wajar. Namun reaksi berbeda justru ditunjukkan olehnya, ia hanya tersenyum dan bergeleng pelan. "Tenang saja, Nito-san. Ku senang bisa membantunya" ucap Ren sambil memperhatikan Leo yang terus-menerus menulis dengan riang yang membuat (Name) tersenyum penuh antusias.

Tak lama kemudian, ponsel milik (Name) pun bergetar namun bukan tanda gempa sedang melanda. Tetapi karena satu pesan dari adik kelasnya yang memberitahu jika mereka akan mulai latihan. Kebetulan sekali ia disini, mungkin sekalian saja membawa ketuanya agar mereka lebih semangat lagi. Namun saat (Name) akan berbicara, Leo telah lebih dahulu berhenti menulis dan tampak seperti mencari sesuatu. Tentunya (Name) tak akan tinggal diam, ia mengikuti kemana Leo pergi dengan buku yang tentunya telah dicorat-coret hingga tiba di suatu tempat yang memang menjadi pertemuannya dengan salah satu unit terkuat di sekolah ini, Knights.

"Onee-sa..."

"Lama tak berjumpa, ou-sama" potong pria bersurai hitam dengan manik merah darah yang selalu tampak lemah, letih, lesu, atau lebih tepatnya gejala anemia. "Oh ! Ritsu, Naru, Sena pun ada disini !? Knights kesayangan ku masih berkumpul disini !!! Ahahahahaha~ ku senang sekali" ucap Leo.

Namun ditengah-tengah mereka, salah satu anggota tersebut justru kebingungan dengan kehadiran Leo. Ia memilih untuk berbicara pada onee-sama nya untuk mendapatkan informasi lebih jelas.

"Oh !? Siapa kau ???" Tanya Leo dengan tatapan bingung. "Aaaargh kenapa banyak orang baru disini !? Padahal orang lama saja belum tentu benar kok sudah ditambah orang baru !!!" Sambung Leo yang terdengar seperti orang frustasi. "Dia..."

"Tunggu-tunggu, sepertinya kau bukan orang baru" putus Leo sebelum (Name) berbicara sambil berusaha mengingat adik kelasnya yang memiliki surai merah serta manik ungu. Sementara (Name) dan pria itu hanya bisa saling menatap dan bertanya menggunakan bahasa isyarat. "Ah ! Suou ! Maaf aku sedikit melupakanmu, ahahahaha~ beruntung saja sikapmu yang selalu protes sudah hilang. Kerja bagus, (Name)" ucap Leo dengan ekspresi lebih bahagia dari sebelumnya.

"Jadi apa alasanmu kembali lagi, ou-sama ?" Tanya Sena dengan tatapannya yang selalu tampak seperti orang marah. "Huh ? Alasan ? Seorang raja tak perlu alasan untuk kembali, bukan~? Tapi jika ditanya maka jawaban yang tepat adalah..." Gantungnya sambil berjalan memutar, membentuk lingkaran kecil dalam langkahnya. "Dream Idol Festival ?" Sambung (Name) yang membuat Leo berbinar-binar. "Ah~ Dream Fest ! Aku ingin membuat Knights ku lebih maju dan lebih hebat lagi ! Untuk mengalahkan orang itu" ucap Leo dengan penuh rasa bangga.

"Orang itu ? Eichi-senpai ?" Tanya Suou dengan raut tak mengerti. "Tentu saja, siapa lagi jika bukan dia" Jawab Leo dengan aura mengerikan. "Baiklah, ayo kita mulai lebih serius lagi" ajak Arashi dengan semangat. "Dan (Name)-chan, terus perhatikan kami ya" sambung Arashi dengan nada gemas dan dibalas dengan anggukan setuju oleh (Name), lengkap dengan senyuman yang tak pernah luntur sedikitpun dari wajahnya.

*****

Hari berlalu begitu singkat, bagaikan seekor kuda yang tengah berlari mengejar suatu kemenangan dalam hidupnya. Kini acara bergengsi sekaligus menjadi penentu masa depan sekolah ini telah tiba, Dream Idol Festival.

Saat ini, tiap unit idola sedang berada di balik panggung untuk mempersiapkan segala hal demi kemenangan mereka. Mulai dari make up, kostum, latihan sejenak, hingga menghapal ulang lirik pun mereka lakukan. Namun bagi Knights, hal itu hanyalah menguras tenaga dan justru membuat mereka kehabisan tenaga terlebih dahulu sebelum bertarung. Tetapi hal itu justru lebih baik, daripada mereka harus bertarung dengan tenaga lebih. Ya, memang begitulah pemikiran Knights.

"Hey ou-sama! Jika kami bisa membawa Knights dalam kemenangan, bolehkah kami meminta sesuatu ?" Ucap Ritsu dengan malas namun masih kuat untuk menatap sang ketua unit ini. "Tentu saja boleh, itulah gunanya ku disini" jawab Leo dengan santai. Sementara Ren, ia hanya bisa melihat jam sambil memberi tahu para unit lain untuk tampil bersama dengan adik kelas kesayangannya yang merupakan siswa pindahan juga.

"Knights, bersiaplah sekarang" ucap (Name) setelah memperhatikan jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. "Yosh ! Mari kita lakukan yang terbaik !!!" Ucap Leo yang membimbing anggota unitnya menuju garis kemenangan.

Tirai pun terbuka, gelap-gemerlapan lautan lightstick biru tua merubah suasana menjadi lebih menarik. Tak lama kemudian, suara musik pun dimulai yang membuat mereka menampilkan penampilan Knights yang telah terlahir kembali.

Tak lama kemudian, Knights pun kembali setelah tampil. Namun mata Leo mengunci (Name) yang tengah asik berbincang dengan seseorang yang sangat ingin ia bunuh detik ini juga, Tenshouin Eichi. Tetapi jangan salahkan Leo tentang kebenciannya, melainkan salahkan tentang beberapa aturan yang pernah ia buat di masa lalu. Ia pernah hampir merusak Knights kesayangannya yang baru saja terbentuk. Dan tak tanggung-tanggung, ia pun pernah menghancurkan formasi Knights miliknya terdahulu. Hanya Sena yang setia padanya, sisanya memilih untuk putus asa dan meninggalkan Leo yang terpuruk dalam kesedihan serta kegelapan. Sungguh menyedihkan.

Dalam satu tarikan saja sudah mampu untuk membuat (Name) mengikuti kemana  Leo menariknya dengan tatapan bingung sekaligus terkejut menjadi satu. Ia paham jika Leo benci pada ketua OSIS, tapi kali ini ia sedang berbicara hal penting tentang masa depan sekolah ini padanya.

"Leo-senpai" panggil (Name) yang mencoba melepaskan genggaman tangan pria ini. Namun tak ada jawaban sedikitpun darinya hingga mereka sampai pada satu tempat yang cukup luas untuk melihat bintang di malam hari, atap sekolah. Sesampainya disana, Leo melepas genggamannya dan berbalik menghadap gadis dibelakangnya. "Ada hubungan apa kau dengannya ?" Tanya Leo dengan raut kesal. "Eh ?" Tanya (Name) yang bingung tentang hal yang dimaksud oleh kakak kelasnya ini. "Jangan bilang kau pacarnya dia dan kau terus membujukku agar memasukkanmu sebagai produser Knights hanya untuk memata-matai kami" ucap Leo yang terdengar protektif pada unitnya dan (Name) pun cukup terkejut mendengar apa yang Leo katakan. Pasalnya, bukan seperti itulah kejadian aslinya.

"Heh~ kau diam saja. Berarti dugaanku benar" sambung Leo dengan tatapan merendahkan dan cenderung menatap (Name) seperti musuhnya. "Bukan ! Ku sama sekali bukan mata-mata Tenshouin-senpai !" Ucap (Name) tegas dengan mata yang tengah membendung kristal cair. Ia takut, ia takut pada tatapan serta dugaan yang diajukan oleh Leo.

"Leo-senpai... Alasanku bersekolah disini hanya karena ku terpesona pada senpai. Hanya senpai seorang ! Dan impianku... Impianku selama ini adalah menjadi produser bagi Knights! Aku ingin Knights kembali berjaya seperti dahulu! Ku menyayangi Knights melebihi rasa sayangku pada siapapun" ucap (Name) yang merasa tersakiti secara tak langsung. "Maaf" ucap Leo yang telah mendengar semua perkataan (Name). "Ku hanya tak suka melihatmu dengannya, rasanya sangat menyakitkan" sambungnya sambil melirik arah lain.

Yang terjadi kemudian hanyalah keheningan, angin berhembus lembut membuat (Name) segera menghapus kristal dari kelopak matanya. Ia mulai memberanikan diri menatap idolanya.

Saat (Name) menatap idolanya, Leo telah berpose layaknya seorang pangeran yang bersingkuh dihadapan sang putri pujaannya. Leo pun mengeluarkan kotak berbentuk hati dan membukanya perlahan yang menampilkan sebuah cincin berbentuk hati dengan berlian sebagai hiasannya.

"(Name), mau kah kau menjadi ratuku ?" Ucap Leo dengan bersungguh-sungguh. Bahkan ia sangat berharap jika apa yang dikatan oleh (Name) adalah kenyataan, kenyataan jika ia benar-benar tulus menjaga Knights dan mengidolakan dirinya. Namun kini, Leo ingin mencoba apakah (Name) juga mencintainya seperti ia mencintai (Name) dalam diam.

Sebuah tangisan bahagia tak mampu terbendung lagi dari manik indah (Name) hingga ia hanya mampu menjawab dengan sebuah anggukan. Ia tak mampu mengucapkan apapun, ia sangat terkejut saat mengetahui jika cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Setelah mendapat jawaban, Leo langsung menyelipkan cincin indah itu pada jari manis lentik itu dan langsung memeluknya erat.

*****

Tahun berlalu begitu cepat, hingga tak terasa pernikahan mereka pun telah digelar. Bagaimana tidak ? Setelah (Name) lulus dari Yumenosaki Gakuen, ia langsung dilamar oleh Leo sehingga ia tak sempat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Disisi lain, (Name) pun merasa tak begitu mementingkan hal itu. Karena baginya, bersama Leo adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Begitupun bagi Leo, ia telah menemukan seorang wanita yang cocok untuk bersanding dengan orang seperti dirinya.

Namun pernikahan mereka tidak digelar mewah, karena (Name) memilih diselenggarakan secara sederhana dengan mengundang sanak saudara, teman, serta sahabat saja. Sementara (Name) hanya pasrah, karena apapun untuk Ren akan ia lakukan selama Ren bahagia.

*****

"O..."

"Eo..."

"Leo..."

Panggilan itu terus terngiang di telinga Leo dengan tubuh penuh guncangan dan mau tak mau ia harus membuka matanya untuk melihat sang sumber suara. "(Namek ? Ada apa ?" Tanya Leo sambil mengubah posisinya menjadi duduk. Kemudian (Name) menunjukkan test pack dengan dua garis biru di tengahnya, "Aku hamil" ucap (Name) dengan sangat bahagia.

Bagaikan tersambar petir, Leo pun tak percaya jika ia akan mendapatkan momongan secepat ini. Padahal ia baru menikah selama enam bulan lamanya. "Hamil ?" Tanya Leo yang tak percaya pada benda yang dipengang oleh istrinya dan (Name) pun hanya menjawab dengan anggukan penuh antusias. "Aku akan menjadi ayah ?" Tanya Leo dengan ekspresi yang meminta kepastian. "Iya" ucap (Name) yang kemudian menangis terharu. Leo yang masih tak percaya pun langsung memeluk erat istrinya, seakan-akan ia akan kehilangannya selamanya dan ia pun masih tak percaya jika kami-sama akan memberinya hadiah secepat ini.

"Aku berjanji padamu, aku akan menjadi ayah yang baik untuknya. Ku akan menjaganya, ku akan mendidiknya menjadi anak baik" ucap Leo yang menitikkan air mata kebahagiaan. "Kau pasti bisa, Leo" ucap (Name) sambil menepuk pelan punggung suaminya.

*****

Kini telah sembilan bulan lamanya (Name) mengandung, yang artinya beberapa hari lagi seorang penerus keluarga Tsukinaga akan hadir di dunia ini. Dan Leo, ia sedang sibuk menulis lagu untuk kehadiran sang buah hatinya. Tentunya ditemani oleh istrinya yang tiada henti mengajak bicara makhluk yang tengah berkembang di dalam perutnya.

Kata-kata penuh motivasi, nasihat, serta candaan (Name) keluarkan untuk menghibur diri dengan anaknya yang belum lahir. Namun secara sekilas, Leo menangkap sudut pandang yang berbeda dari istrinya. Ia melihat cahaya putih berseri pada wajah istrinya, dan ia pun hanya bisa berharap jika tak terjadi apapun pada istrinya. Dan disaat Leo tengah berkonsentrasi pada reff, sebuah kontraksi begitu saja terjadi yang membuat istrinya merasa sangat tersiksa. Leo yang merasa panik pun segera mengambil ponsel lalu memanggil ambulans secepatnya. "(Name), bertahanlah" ucap Leo sambil mencium punggung tangan istrinya kemudian membantunya berjalan perlahan-lahan menuju teras rumahnya yang secara kebetulan petugas ambulan tengah menunggunya diluar dan dengan segera, petugas itu membaringkan istrinya di ranjang dorong lalu memasukkannya dalam ambulan.

Selama perjalanan, istrinya terus menggenggam erat tangan Leo sambil mengeram kesakitan. Leo hanya bisa membisikkan kata-kata penyemangat untuk istrinya sambil terus-menerus mengucapkan doa agar sang istrinya tidak kenapa-napa.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai rumah sakit dan Ren langsung dimasukkan dalam ruang IGD. Disana, Leo segera mengurus segala administrasi untuk perawatan istrinya, terutama operasi sesar yang akan dilakukan detik ini pula.

Setelah selesai mengurus administrasi, ia segera berlari menuju ruang IGD dan memakai baju medis. Saat memasuki ruangan yang penuh bau obat-obatan, ia telah mendapati istrinya terbaring dengan wajah yang sangat tenang. Bahkan ia pun tahu jika istrinya telah diberikan bius total. Leo pun mulai menyentuh hingga menggenggam tangan istrinya dan tak lama kemudian, dokter pun mulai menyayat sedikit demi sedikit tubuh istrinya. Sungguh, Leo merasa tak tega saat melihat tubuh istrinya terkoyak-koyak demi menyelamatkan satu nyawa yang sangat berharga dalam hidup mereka.

"(Name), bertahanlah... Bertahanlah demi aku, demi anak kita pula" bisik Leo sambil mengelus surai coklat yang indah dimatanya.

*****

Setelah tiga jam lamanya operasi itu berlangsung, akhirnya operasi selesai dilakukan. Dan kini Leo telah menggendong sang buah hatinya yang memiliki bentuk wajah yang mirip dengannya. Namun hatinya masih gelisah akan kondisi istrinya. Dokter bilang jika istrinya butuh istirahat, tetapi ia tetap tak menyangka akan selama itu.

"Leo..."

Panggilan itu membuatnya langsung menghadap sang istri yang tengah menyesuaikan pandangannya pada kondisi sekitar. Leo pun sangat antusias dan perlahan ia mendekatkan sang anak pada ibunya.

"Tampan ya... Ia sangat mirip denganmu" ucap Ren dengan nada yang sangat lesu. "Kurasa ia lebih mirip denganmu" ucap Leo dengan senyuman bahagia yang membuat (Name) turut mengukir senyuman. "Bolehkah ku namai Reon ?" Tanya (Name) yang terlihat seperti memaksakan tubuhnya untuk terus bertahan. "Hmmm... Boleh, kalau begitu ayah akan memanggilmu Reon, Tsukinaga Reon" ucap Leo yang kemudian mencium pipi mungil bayi itu. "Leo, bolehkah mu beristirahat ? Ku sangat lelah" tanya (Name) dengan raut yang sangat sayu. "Silahkan, istriku. Ku akan menemui mu nanti" ucap Leo yang kemudian mencium kening istrinya. Namun suara nyaring dari alat perasa detak jantung pun terdengar yang menampakkan garis lurus dan buah hatinya pun turut menangis kencang.

Merasa panik, Leo pun segera memanggil dokter yang notabenenya adalah anggota unit setianya sedari awal Knights terbentuk. "Maaf, ou-sama. Istri Anda telah beristirahat dengan tenang" ucap Sena sambil mengelus punggung sang ketua unitnya. Leo merasa hancur, melodinya telah hilang bersamaan dengan hilangnya (Name) dari hidupnya hingga tak sanggup lagi untuk menggendong buah hatinya.

Ia lari, lari dari kenyataan sejauh mungkin. Sejauh yang ia bisa, seperti saat ia melarikan diri setelah Knights mengalami kehancuran untuk pertama kalinya. Hingga tanpa sadar, setahun sudah ia meninggalkan anaknya. Ia sangat putus asa, lelah akan kehilangan telah menghantui dirinya dan melodinya telah hancur berantakan.

"Lama tak berjumpa, Leo"

Sapaan hangat nan lembut pun menyapa pendengaran pria yang telah lama kehilangan jati dirinya. "Oh, (Name)" balasnya singkat, seakan-akan tak ingin mengingat segalanya yang pernah terjadi. (Name) pun hanya bisa tersenyum sabar, ia paham penderitaan yang dialami oleh suaminya. Bahkan ia pernah mengalaminya sewaktu masih kecil. Memang, ditinggalkan oleh orang terkasih bukanlah hal yang mudah.

"Reon... Dia pasti membutuhkan kehangatan keluarga aslinya" ucap (Name) tanpa basa-basi terlebih dahulu namun tak mendapat jawaban dari suaminya. "Maaf, ku tak bisa menemanimu. Bahkan ku tak bisa menyambut hangat anak kita. Aku gagal, aku gagal" ucap (Name) yang kemudian menitikkan air mata penuh kekecewaan pada dirinya sendiri. Ia benci dirinya disaat ia gagal untuk mempersembahkan yang terbaik pada suami sekaligus idolanya.

"(Name)..." Panggil Leo pada sosok putih layaknya malaikat yang tengah berdiri dihadapannya. "Apa ku bisa menepati janjiku ?" Sambungnya dengan nada penuh keputusasaan. (Name) pun mengangguk, "Melodi yang kau miliki tidak sepenuhnya hilang, ia terlahir kembali bersama Reon. Dan Reon lah yang akan terus membantumu dan membimbingmu menjadi ayah yang baik. Sama seperti seorang ibu yang dibimbing oleh anaknya untuk menjadi ibu yang baik dan lebih baik lagi"

"Apakah selama ini ku bersalah jika meninggalkan Reon ?" Tanya Leo lagi dengan secercah harapan setelah mendengar pernyataan istrinya. "Kau tidak salah, Leo. Ku paham jika kau belum siap untuk membiarkanku pergi" ucap (Name) dengan senyum penuh kesedihan yang membuat Leo bangkit dan melangkahkan kakinya sedikit jauh dari sang istri. "Terimakasih, (Name). Berkatmu, sekarang ku bisa menepati janjiku. Walaupun sekarang sedikit terlambat" ucap Leo dengan nada yang terdengar telah mengikhlaskan kepergian istrinya yang membuat sang istri tersenyum bahagia. "Semoga kalian selalu bahagia" ucap (Name) yang kemudian menghilang dari tempat dimana ia berdiri.

Dan kini Leo sedang bersiap untuk mengambil alih anaknya yang sedang diasuh oleh seseorang yang sangat ia percaya, Narukami Arashi. Dan tak butuh waktu lama untuk mencapai rumahnya, karena hanya berjarak sepuluh rumah saja dari tempat ia tinggal. Sesampainya disana, ia mengobrol sebentar dengan Naru dan kemudian pamit.

Leo telah membulatkan tekad untuk membesarkan anaknya tanpa bantuan siapapun dan membiarkan instingnya sebagai orang tua bekerja.

*****

"Ku tak menyangka jika mama terlihat seperti protektif. Hmmm mungkin lebih baik dibilang menyimpan segala sesuatu di hatinya namun tak bisa diungkapkan. Tapi setidaknya, mama tidak pelupa seperti papa" ucap Reon yang telah menyelesaikan makan siangnya. "Hah !? Apa katamu !?" Ucap Leo yang tak terima setelah mendengar penjelasan anak semata wayangnya.

"Bukan apa-apa. Tapi pa, tolong aku. Bisakah papa buatkan ku lagu baru ? Aku ingin tampil lagi tapi bingung mau memakai lagu apa, hehehehe" ucap Reon tanpa merasa salah sedikitpun setelah mengejek papanya sendiri. "Hmmm, berani membayar papa berapa ?" Tantang Leo dengan nada merendahkan. "Ku tidak bisa membayar, tetapi sebagai jaminannya akan ku kenalkan papa pada kekasihku" ucap Reon yang segera mungkin meneguk minumannya dan segera berlari secepat mungkin menuju kamarnya. "Heh !? Pacar !? Kau punya pacar !? Reon !!!" Teriak Leo yang kemudian mengejar anaknya yang telah mengunci kamarnya terlebih dahulu.

Helaan nafas penuh kesabaran pun keluar dari bibir Leo. Ia merasa senang jika anaknya mampu menjalani kehidupan seperti anak normal lainnya yang cukup akan masih sayang orang tuanya dan ia pun sangat bersyukur jika ia mampu membesarkan Reon dari bayi hingga sekarang. Walaupun sempat ada hambatan, namun ia tetap berusaha bangkit dengan membuka lembaran baru.

"Kau benar, (Name). Melodiku takkan pernah hilang, melodiku kembali bersamaan dengan tumbuhnya anak kita. Terima kasih, (Name). Terimakasih karena telah hadir dan memberikan pengalaman serta pembelajaran yang sangat berkesan dalam hidupku. Dan terimakasih telah menyakinkan jika ku mampu untuk untuk menjalani semuanya. Sekali lagi, terima kasih untuk segalanya"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro