Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sneak In 🔞


Siluet itu membuka kerudung hitamnya dan menampakkan sosok Amon yang menyeringai licik. Meski pemuda itu terlihat nakal, namun kalian bisa melihat bahwa bola mata hitamnya sangat gelap. Terlihat seperti jurang kelam penuh kegelapan.

Amon yang melihat sosok Klein yang tertidur masih dengan jubah mandinya akibat gas kloroform yang dia pakai di ruangan. Merasakan hatinya kembali bergemuruh dengan rasa aneh, ia menekan lensa monocle di matanya.

Padahal Amon telah menjadi teman dan selalu bertemu di universitas. Tapi itu selalu tidak cukup. Dia tidak pernah bosan untuk melihatnya—apalagi dalam kondisi tak sadarkan diri seperti ini.

Sungguh menggoda.

Sebenarnya dia bisa saja membuat Klein jatuh cinta padanya dan memiliki hubungan bersama. Tapi apa menariknya itu? Bukankah diam-diam menyusup ke dalam kamarnya dan melakukan berbagai hal lebih mendebarkan dan mengasyikkan?

Mata hitam itu berkilat, Amon menundukkan wajahnya untuk menatap lekat Klein yang menunjukan raut tak berdosa. Jempolnya mengusap bibir temannya lalu memasukan telunjuknya untuk mempermainkan lidah Klein yang licin.

Memastikan jika Klein tidak terbangun, Amon pun mencium bibir temannya dengan beberapa gigitan dan memasukan lidahnya untuk bermain di rongga mulut basah itu.

Lengannya membuka jubah mandi Klein hingga sosok pemuda yang telanjang polos tersuguh di depannya. Matanya sedikit menyipit puas akan keadaan tubuh di bawahnya. Dirinya memang sudah sering melihatnya, namun Amon tidak pernah bosan untuk  menyentuhnya. Jemarinya kemudian mengelus kulit lembut itu, menelusuri bagian tulang belikat sampai turun ke bagian perut.

Jemarinya lalu bergerak maju dan mencubit benda merah muda yang ada di dada. Klein mengerang pelan dalam tidurnya, keningnya sedikit mengernyit dan segera berbalik menyamping.

Amon menaikkan alisnya saat melihat aksi lucu Klein. Ia lalu membalikkan tubuh Klein dan menekannya. Mulutnya sibuk mencium; menghisap dan mengeksplorasi rongga mulut Klein hingga saliva mereka tercampur dan berceceran keluar dari sudut mulut keduanya.

"Nnh~" Klein mengerang dalam tidurnya, wajahnya memerah dan terengah. Tubuhnya menggeliat tak nyaman saat Amon mengelus kulitnya disana-sini dengan gerakan sensual. Ketika tangan nakal itu turun ke bagian bawah, Amon menyeringai kecil saat melihat Klein juga terbawa hasrat dan mengeras.

Sang raven memperhatikan benda milik Klein yang mengeras selama beberapa detik, ketika ia tak menemukan tanda-tanda 'temannya' itu akan terbangun. Amon membuka celananya dan memperlihatkan miliknya yang sudah mengeras. Dia ingin memasuki Klein dan memilikinya seutuhnya. Tapi, dia belum bisa melakukannya sekarang. Masih belum.

Maka dari itu Amon mengendalikan diri. Ia kemudian memegang kedua paha Klein dan menundukkan wajahnya untuk memberikan beberapa tanda di bagian paha dalam. Setelah itu Amon membawa Klein ke pangkuannya.

Klein yang duduk di pangkuan Amon membuat kedua benda panas itu bergesekan. Mulut Amon kini sibuk menggigit bahu Klein seraya tangannya yang sibuk mengocok kedua benda keras itu dengan ritme cepat. Tidak puas dengan tangannya sendiri. Dia menarik lengan Klein untuk ikut menyentuhnya (meski Klein sendiri saat ini masih tertidur).

Karena kocokan itu sama sekali tidak membuahkan hasil (karena hanya Klein yang mampu 'keluar') Amon mengernyit tak puas. Dia lalu merebahkan tubuh Klein dan memposisikan benda miliknya di atas milik Klein. Kedua tangannya lalu membawa kedua paha sang pangeran untuk menghimpit miliknya. Meski Amon tidak bisa masuk ke dalam, setidaknya ia bisa menggunakan paha Klein.

Keduanya mendesah dan terengah, gerakan Amon makin cepat dan kuat hingga kulit paha Klein memerah. Setelah beberapa gerakan panas, akhirnya Amon keluar dan menyemprotkan hasratnya ke dada dan perut Klein.

Mata hitam Amon menggelap penuh nafsu yang berusaha ia tahan. yang Pemandangan di depannya begitu erotis. Sosok Klein yang terengah dengan kaki yang terbuka lebar--memperlihatkan krisannya yang memerah--nampak cantik diiringi dengan cairan putih (entah miliknya atau Klein) yang membahasi tubuh sang pemuda.

Menjilati mulutnya yang kering, Amon memutuskan untuk 'membersihkan' cairan ambigu itu dengan lidahnya. Ia menundukkan wajahnya seraya menjilati cairan putih di benda milik Klein dan terus naik ke perut dan dada. Setelah puas menjilat, menghisap dan menandai. Sang raven berjalan santai keluar kamar dengan langkah pelan. Jika diperhatikan lebih jelas, sorot matanya nampak berkilat licik seolah bangga dengan apa yang dilakukannya barusan.

Keesokan harinya, Amon bertingkah biasa. Pergi keluar bersama Klein seperti sebelumnya, dan melakukan hal-hal mesum setiap minggu. Karena ia yang tidak puas, Amon sering melakukan berbagai rencana agar Klein tidak menemukan apa yang salah di pagi hari.

Jadi, ketika Amon 'tidur' dengan Klein dan menikmati tubuh 'teman'nya dengan gairah. Ia selalu memesan janji berupa olahraga melelahkan di siang hari. Dengan begitu, Klein akan menemukan bahwa dia kelelahan dan sakit karena aktivitas kemarin. Sungguh ide yang licik.

Permainan itu terus berlanjut, sampai suatu hari Amon memutuskan untuk mencoba melakukannya saat Klein terbangun. Ia pun mulai mengejar Klein dan akhirnya mendapatkan persetujuannya.

Klein yang terbangun ternyata lebih menggemaskan, Amon paling suka melihat mata cokelatnya yang berair dengan kabut nafsu. Ekspresi malu dan pengekangan yang sering Klein lakukan seakan menambah bahan bakar hingga ia lebih menggodanya dengan segala cara.

Hubungan mereka ternyata berlangsung lama, Amon tidak terlalu memikirkannya karena selama Klein menarik di matanya. Dia tidak keberatan, maka dari itu saat beberapa kolega mengeluh padanya sampai kapan mereka akan berpacaran dan tidak menikah. Amon hanya berkedip lalu melakukan rencana pernikahan tanpa pikir panjang.

Dia hanya mengira, akan sangat menyenangkan untuk mengagetkan Klein dengan proposalnya.

Amon hanya tidak menyangka jika Klein ternyata juga membeli cincin. Mereka akhirnya tertawa dan mendiskusikan acara pernikahan.

Amon bertanya-tanya kenapa dia setuju dengan begitu mudah. Bukankah dia hanya senang 'bermain' dengan Klein?

Sampai mereka menikah, tinggal bersama selama 20 tahun. Akhirnya Klein tahu jika Amon sering membiusnya.

"Apa kau marah?" Amon bertanya dengan seringai khas-nya yang menyebalkan.

"Bukankah sudah terlambat?" Klein menghela napas panjang. "Tidak ada artinya sekarang," ia melirik Amon yang menatapnya lekat, lalu tertawa. "Lagipula sampai kapanpun kau tidak mau melepaskan ku bukan?"

Amon hanya tertawa, merangkul Klein dan mencium pipinya dengan gemas.

END

Thanks for reading ~

--Yoru

[18 Mei 2023]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro