Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Samsara (27)

Klein merasa bahwa dia jenius. Err bukannya menyombongkan diri, ia hanya merasa jika idenya terlalu brilian hingga membuatnya tak bisa terus menahan ekspresi senang.

Kenapa dia tidak memikirkan hal ini sejak dulu?

Dalam hati ia menangis kesal, karena selalu terbawa emosi marah dan waspada hingga dirinya tidak memperhatikan hal luar biasa dari ikatan soulmate.

Jika Amon saja memperlakukan ikatan soulmate sebagai bahan uji coba karena menyenangkan. Kenapa dia tidak melakukannya juga?

Contohnya barusan, ia dengan tidak sopan meraih monocle tanpa sebab dan memeriksanya dalam diam. Dengan hati-hati, Klein memeriksa perubahan ekspresi atau emosi Amon dan menemukan jika soulmate-nya sama sekali tidak keberatan. Bahkan terlihat heran lalu penasaran. Sama sekali tidak ada rasa marah.

Dalam ingatannya, Amon tidak pernah menunjukan raut marah sekalipun. Selalu tersenyum dengan wajah menyebalkan.

Klein mungkin terpengaruh oleh sifat Amon sehingga ia mulai berpikir jika akan menyenangkan untuk melihat soulmate-nya memasang ekspresi lain. Meski kelihatannya sulit untuk dilakukan. Lupakan.

Untuk saat ini, Klein hanya ingin mencoba sejauh mana Amon mentolerir tingkahnya. Dia ingin balas dendam atas segala kekacauan Amon.

Dengan ikatan soulmate, Klein yakin Amon tidak akan menyakitinya. Um, dia mungkin harus waspada jika hasilnya tak sesuai yang dia inginkan.

Berjalan santai di jalan setapak di tengah hutan, Klein bertanya-tanya kenapa Amon tidak menggunakan teknik mencuri jarak untuk pulang. Ketika Klein baru saja memikirkan cara agar mereka segera kembali, matanya menemukan tumbuhan familier yang selalu didambakannya.

Dengan langkah cepat Klein hampir berlari, ia segera berjongkok untuk melihat tanaman seperti cabai. Wajar Klein menggunakan kata 'seperti'. Karena cabai ini sangat besar seukuran paprika. Ini masih cabai 'kan?

Klein meraih buah warna merah itu dan memotongnya. Ia baru saja akan mencicipinya ketika cabai itu hilang dari tangannya.

"Apa maumu!" Klein mendelik ke arah sang soulmate yang memperhatikan cabai dengan minat. Menghela napas lelah, Klein memeriksa cabai lain dan memotongnya lagi.

Cabai itu juga hilang dari tangannya...

"..."

Setiap kali Klein memetik cabai itu masih ada di tangan, akan tetapi ketika ia mencoba untuk mencicipinya cabai itu hilang.

Ini sudah yang ke-7 kali... Cabai yang berbuah hanya tinggal 3 biji...

"Apa maumu!" Kali ini Klein berdiri dan menatap Amon sengit. Ia berusaha untuk tidak terlalu terbawa amarah, dirinya hanya jengkel karena terus dipermainkan.

Amon hanya tersenyum, lalu menekan monocle-nya santai. "Sayang, kamu tidak boleh memakannya. Itu mengandung polusi." Katanya sambil memainkan cabai terakhir yang ia curi.

"Kamu—" jika itu masalahnya kau tinggal mengatakannya dan tidak perlu terus mencuri bukan! Klein yang menahan diri untuk marah, meledak dalam hati.

Namun, itu juga salahnya. Karena terlalu senang dengan penemuannya. Ia sampai lupa dengan polusi mental. Kebiasannya untuk makan buah secara langsung di rumah, membuatnya ceroboh. Dia harus lebih berhati-hati.

Melirik Amon yang masih memainkan cabai, Klein mendesah dalam hati. Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran soulmate-nya. Tapi, mau bagaimana pun juga, ia telah diselamatkan.

"Terima kasih." Klein berbisik lembut, ia yakin jika Amon dapat mendengarnya. Lagipula ia sengaja mengatakan itu untuk melihat bagaimana respon soulmate-nya.

Sayangnya, Amon hanya tersenyum sambil menatapnya lekat. Mata hitamnya berkilat, seolah tahu apa yang dia rencanakan.

Klein tidak peduli, pikirannya sudah tidak memiliki privasi. Jika dirinya terus level up, ia juga akan bisa meretas otak Amon. Ia masih punya banyak waktu, lebih baik tenang dan menikmatinya saja.

Mengambil beberapa cabai dan menyimpannya di cincin ruang. Klein berjalan ke arah Amon dan menatapnya lama. "Apa kau tahu di mana mereka?"

Mengerti apa yang ditanyakan Klein, Amon menjawab. "Kebetulan, markas mereka ada di planet ini. Di pulau selatan, yang merupakan ibukota planet ini."

Klein segera mencari informasi di AI, dan menemukan beberapa jejak. Setelah itu ia pindah ke web ilegal dan mendapat informasi menarik tentang pelelangan barang mistis.

"Lelang?" Klein menatap iklan promosi itu dengan heran. Apakah mereka tidak ketakutan jika benda mistis itu dicuri?

Lalu apa-apaan dengan harga lelang yang diawali dengan 1 juta koin bintang. Bukankah itu terlalu mahal?

Klein yang sedang mengomentari barang-barang mistis dengan harga selangit, tidak terlalu waspada sehingga ia sedikit tercengang ketika pinggangnya dipeluk dan dirinya telah berpindah tempat di sebuah kota mewah.

"..."

Ibukota Bayam?

Tapi Amon..., Bisakah kamu menteleportasi di tempat yang normal? Mereka berada di atas menara sinyal! Bagaimana kita turun! Jika terlihat oleh orang lain, bukankah akan disalahpahami? Setidaknya besok akan muncul berita heboh mengenai dua soulmate yang akan bunuh diri bersama... Itu terdengar sangat bodoh...

Membaca pikiran kacau dari Klein, Amon tertawa geli. Ia selalu terhibur dengan komentar Klein di setiap kesempatan. Sayang, peramal kecilnya hanya sering melakukan itu dalam benaknya. Akan sangat lucu jika semua pemikirannya diucapkan secara lisan.

Pemandangan Klein kembali berkelebat, kali ini mereka tiba di depan hotel mewah. Beberapa orang dengan pakaian bajak laut, berkerumun dengan tawa khas-nya.

Sekali lagi Klein merasa jika para bajak laut ini sangat kaya, apakah dia perlu memburu mereka? Kepala mereka praktis merupakan kumpulan koin bintang.

"Ingin memburu mereka?" Suara Amon ditelinganya segera menyadarkan Klein. Ia segera berdiri menjauh dan memperhatikan jika semua orang terlihat tidak memperhatikan keberadaannya.

"Bisakah kau berhenti membaca pikiranku? Itu tidak adil."

Amon tidak peduli dengan soulmate-nya yang menjauh, ia malah sengaja menempel dengan pose ambigu dimana ia mendekatkan wajahnya sambil berbisik di telinganya. "Klein juga bisa mencoba."

"..."

"Baiklah, aku akan membuka dinding spiritual?" Goda Amon dengan nada menyenangkan.

Klein tahu ini jebakan, tapi dia sangat penasaran. Lagipula ini tidak akan menyakitinya bukan?

"Pesan kamar terlebih dahulu."

Akhirnya Klein menyerah, instingnya baru saja memberi respon bahaya.

Menghela napas kecewa, Amon menepuk pundak Klein. "Pilihan bagus, jika Klein masuk. Kemungkinan akan langsung kehilangan kendali. Setidaknya harus mencapai urutan 4 untuk mencoba."

Tidak peduli dengan perkataan Amon yang menyeramkan, Klein merasa aneh saat mendengar pernyataan itu. "Kau... Kau tidak keberatan aku membaca pikiranmu?"

"Silakan mencoba." Amon tersenyum main-main, tentunya dengan seringai 'jahat' yang membuat Klein merinding.

"..."

Sudah diduga, pasti akan sulit. Melihat tingkah aneh Amon, Klein yakin jika pikirannya juga akan sangat berantakan.

Memasuki area hotel, Klein akan memesan dua kamar kita Amon menghentikannya dan memesan 1 kamar pasangan. Lelah akan tingkah Amon, Klein menghela napas. Soulmate-nya tidak perlu tidur, jadi dia tidak keberatan.

Ia hanya akan mengabaikan tatapan ambigu dari resepsionis. Nona, Anda seorang profesional. Bisakah mata Anda tidak begitu bergairah menatap? Klein sempat berpikir jika resepsionis itu adalah gadis busuk karena ketika ia pergi dengan Amon. Resepsionis itu langsung menahan jeritan dan segera mengaktifkan AI yang tidak tahu untuk apa.

"Komentar resepsionis itu menarik." Amon menyentuh dagunya dalam pose berpikir, lalu menatap Klein seolah sedang merencanakan sesuatu.

TBC

Penulis : Resepsionis itu adalah saya 😆

Thanks for reading~ 💕
-Yoru

[Finished : 14 Feb 2022]
[Published : 03 Juli 2022]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro