Samsara (20)
Seharusnya tidak berakhir seperti ini, Klein meremas helaian rambutnya kesakitan. Ia memang terluka di pinggang, tapi dia telah mentransfernya ke figur kertas. Namun, rasa sakit di kepalanya sangat menyakitkan.
Lonjakan energi mental di tubuhnya membuncah di seluruh tubuh, badannya terasa berat dan panas seolah kulitnya akan segera terkelupas dan berdarah. Kepalanya sangat sakit seolah ditusuk oleh ribuan jarum besi panas.
Ia berusaha mengendalikan kerusuhan energi mental yang ia punya. Mulai dari berkonsentrasi untuk tetap tenang, berkultivasi mengolah energi mental agar berjalan normal seperti yang dia baca di internet dan mencoba salah satu metode yang tidak sengaja Amon katakan. Sayang, semuanya tidak berhasil seperti yang dia bayangkan.
Meremas kepalanya dengan kuat, Klein yakin bahwa kulitnya sudah pecah karena kuku jemarinya yang menggaruk dengan kuat menahan sakit.
Ini menyakitkan.
Sama sakitnya ketika dia dan Amon tidak bersentuhan selama satu minggu.
Mengerang kesakitan, Klein terjatuh di tengah lantai penuh darah. Bajunya yang sudah kotor oleh warna merah sama sekali tidak dipedulikan. Ia hanya berusaha untuk menenangkan energi mental yang mengacau dengan susah payah.
Sesaat Klein mengingat beberapa kehidupan masa lalu, dimana ia masih merupakan mahasiswa jurusan teknologi informasi. Meneliti beberapa game dan program serta memakan hot pot bersama beberapa teman sekelasnya.
Beberapa memori lain juga bermunculan, membuat hatinya meledak terkena berbagai emosi, menyebabkannya makin tak bisa mengendalikan diri dan mengerang dengan keringat dingin.
Sakit.
Mata Klein memerah, air matanya menumpuk di sudut kelopak mata. Bersiap untuk jatuh dan mengalir. Menahan rasa sakit, ia mengeluarkan pendulum dan mengambil kristal energi. Berharap jika ia menyerapkanya, kekacauan ini akan berakhir.
"Jika kau menyerapnya energi mentalmu akan bertambah kacau dan berakhir dengan ledakan." Sang raven yang tiba-tiba muncul, berjalan pelan, iris onyx-nya tak lepas dari sosok Klein yang masih mengerang kesakitan.
Mendengarnya, si peramal mencoba melihat ke arah Amon yang berjarak lima meter darinya. Rasa sakit kepala yang begitu tajam menahannya, ia pun hanya bisa merintih dengan menyedihkan. Saat ini ia tidak bisa berpikir jernih karena semua fokusnya dialihkan untuk menstabilkan energi mentalnya.
Samar-samar, Klein hanya mendengar seseorang mencegahnya menyerap kristal energi sehingga ia kembali menyimpannya.
"Pertarungan pertama yang menyenangkan, bukan?" Amon mengangkat Klein (memeluknya) dan segera berteleportasi (dengan mencuri jarak).
Menyingkirkan jubah hitam Klein yang kotor dan membersihkan tubuh soulmate-nya dengan mencuri semua kotoran. Amon meletakan Klein di atas tempat tidur dengan hati-hati. Mungkin pencuri itu tidak sadar apa yang dia lakukan, dia hanya merasa bahwa ia harus memperlakukan Klein dengan lembut saat ini.
Asisten detektif itu langsung meringkuk sambil meremas kepalanya. Ia nampak bergumam dengan bahasa yang pertama kali ia dengar.
Menyentuh dagunya dalam pose berpikir, Amon memperhatikan Klein lekat, ketika sebuah ide bagus muncul.
Sang raven duduk di sisi tempat tidur, menarik sang peramal untuk bersandar padanya. Kedua lengan Amon menangkup pipi Klein dan menyatukan dahi mereka.
Aliran mental milik Amon seketika memasuki tubuh Klein, saat kedua energi mental bersentuhan. Keduanya bergetar dengan sensasi asing yang membingungkan. Sangat sulit untuk digambarkan antara unik, aneh dan misterius. Mengalir ke seluruh tubuh seperti ombak yang menyapu dengan desiran hangat.
Setelah bertemu, energi mental mereka langsung saling bertaut, berbelit dan menggulung satu sama lain hingga terjerat dan tak mau lepas. Membuat utas satu sama lain yang tersambung antara kedua energi mental.
Bersamaan dengan itu, Klein berubah tenang. Wajah kesakitannya mereda disertai semua luka yang pulih secara ajaib.
Tanpa tahu apa yang terjadi, Klein membiarkan energi mental Amon menjelajahi beberapa titik di tubuhnya. Rasa nyaman dan segar yang ia rasakan, membuatnya terlena dan mendesah manis. Klein juga secara tak sadar menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Amon.
Sang peramal memeluk pinggang Amon erat, tak mau lepas. Ia nampak tersenyum, menikmati kekuatan mental mereka yang terjerat. Dengan perasaan menakjubkan yang tak pernah ia rasakan, Klein meremas pakaian Amon dan memposisikan diri duduk di pangkuannya sambil mengendus leher sang pencuri, mencari posisi yang lebih nyaman untuknya. Aroma khas Amon juga entah sejak kapan membuatnya terbuai.
Bagi Klein, rasa nyaman yang dia rasakan saat ini begitu menyenangkan. Apalagi setelah merasakan kekacauan mental. Ia tidak mau melepas sumber energi mental yang begitu lezat ini.
Memperhatikan Klein yang tengah memeluknya erat, Amon hanya membenarkan posisi monocle-nya. Dia tertawa ketika Klein kembali mengendus lehernya seperti kucing kecil yang imut, lalu menggerakan tubuhnya untuk mengambil posisi yang nyaman sebelum tertidur di pangkuannya.
"Benar-benar kucing lucu."
.
.
.
Membuka kelopak matanya, Klein menguap lelah. Ia merasa sangat hangat dan nyaman. Dirinya tidak ingin pindah dan terus berada di posisi ini. Apalagi 'guling' di pelukannya terasa lembut.
"..." Kapan dia memiliki 'guling' yang begitu baik?
Berkedip-kedip imut, Klein melepas cengkramannya pada 'guling'. Ia menggosok matanya lalu menghela napas. Dengan lesu Klein bermaksud untuk memeluk 'guling' kembali sampai ia dikejutkan dengan pemandangan yang membuatnya tercengang.
Di sampingnya Amon tengah berbaring dengan seringaian khas-nya. Ia menyangga kepalanya dengan satu tangan. Tatapannya tertuju pada Klein yang memerah dan terkejut.
Jika saja Klein tidak merasakan kalau tubuhnya sangat lemah, ia mungkin sudah berdiri dan berlari dari tempat tidur (lebih memalukannya ia mungkin akan jatuh terjungkal karena kejutan ini).
"Kamu...,"
"Selamat pagi~" Amon menyapa dengan senyum cerah, rambutnya yang sedikit berantakan ditambah kemeja tipis dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Benar-benar menambah kesan ambigu, seolah Amon adalah pacar baik yang menunggu kekasihnya bangun dan mencoba menggodanya untuk berguling bersama di tempat tidur.
Terkejut dengan pemikirannya, Klein segera menggelengkan kepalanya. Ia lalu menenangkan diri dan memproses apa yang terjadi.
Rasa malu dan terkejut kini digantikan dengan pandangan horor. Ia segera menahan mulutnya untuk menutup mulutnya.
Meskipun ia menahan diri untuk tenang, Klein masih merasa mual setelah membunuh orang. Ia tahu jika era ini tidak sama dengan dunia masa lalunya. Hanya saja ia masih membutuhkan waktu untuk terbiasa.
Dirinya hanya bisa meyakinkan diri jika tindakannya itu benar, bahwa mereka pantas mati karena telah membunuh banyak orang. Jika tidak menerima pikiran itu, ia hanya akan memantapkan diri jika dia tidak membunuh maka dirinya yang akan mati.
Tiba-tiba rasa mual yang menjalar menghilang, ia merasakan jemari halus tengah mengelusnya lembut. Dengan penuh tanya, Klein mengangkat kepalanya dan menemukan Amon yang menatapnya dalam.
Tidak ada ekspresi di wajah sang raven, ia terlihat 'lembut' karena sentuhannya begitu halus hingga membuat kulit pipinya kesemutan.
"Sangat lucu, bahkan tidak ingin melepasku. Sebegitu dalamkah perasaanmu?"
"???" Permisi, apa yang kau maksud? Bisakah kau menjelaskan dengan lebih detail?
Melihat Klein yang menatapnya aneh, Amon tertawa. Ia menarik jemarinya lalu mengarahkannya pada dagu si peramal. Dengan satu tarikan, Amon mencuri kecupan ringan di bibir Klein.
"..."
Otak Klein serasa kosong sesaat.
"Hm~" Amon bersenandung, ia memikirkan hal lain apa yang bisa dicobanya.
"Kamu!" Klein yang baru sadar langsung menatap Amon jengkel. Ia bagai kucing yang mengembangkan bulu-bulunya dengan ancaman.
"Sudah baikan?"
Seketika Klein terdiam, ia berkedip lalu merasakan jika tubuhnya memang sudah tidak terlalu lemah.
Sebelum Klein bertanya, Amon mengangkat telunjuknya di bibir soulmate-nya. "Aturan soulmate, dengan sentuhan yang lebih intim bisa membantu menyembuhkan kekacauan mental. Aku hanya membantumu, dan aku bahkan tidak mendapatkan ucapan terima kasih." Perkataan sang raven mengandung nada keluhan samar. Menyebabkan Klein cemberut, membuang muka.
Klein lalu terdiam, ia mengingat semua kejadian kemarin dan menundukkan kepala. Seberapa menyebalkannya pun Amon, dia masih menjadi penyelamat nyawanya beberapa kali. "Terima kasih." Ucapnya pelan, sedikit enggan. Jelas, dia masih menaruh dendam karena Amon mencuri ciumannya.
Tidak peduli dengan nada sang peramal. Amon menyeringai cerah, ia menatap Klein lekat seraya mendekatkan wajahnya dengan mata hitamnya yang berkilat penuh antisipasi.
Dengan perasaan tak menentu, sang peramal memilih untuk menutup mata. Meyakinkan diri bahwa ini hanya untuk penyembuhan.
Beberapa detik berlalu dan tidak ada yang datang, Klein membuka matanya dan tak menemukan sosok Amon di mana pun.
Ia hanya mendapat pesan baru dari soulmate-nya.
Berupa foto dirinya yang menutup mata dengan wajah memerah seolah menunggu untuk dicium.
Di bawah foto itu terdapat pesan.
[Naikan kekuatanmu ke tingkat 6, setelah itu berbulan madu dengan bepergian antar planet.]
"..." (ノ 'Д')ノ ~┻━┻
Sabar, Klein sabar, kendalikan dirimu. Jangan marah. Jangan marah. Jangan marah. Kata-kata penting harus diulang tiga kali!
Dan bisakah seseorang menjelaskan dimana Amon menemukan pikiran tentang bulan madu? Klein ingat dia bukan tipe seperti itu!
Melissa yang sedang merakit Mecha tiba-tiba bersin.
TBC
Penulis : Hahahaha ciuman pertama mereka hanyalah sesi pencurian dari salah satu pihak, Amon masih menyebalkan dan nakal seperti biasa 😆, setidaknya disini dia tidak akan pernah mengkhianati dan mempermainkan perasaan Klein~ Amon disini meski nakal tetap baik hati~ ❤️
Thanks for reading~
-Yoru
[Finished : 10 Jan 2022]
[Published : 10 Mar 2022]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro