Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Samsara (18)

Di dapur sederhana, Klein tengah mencuci berbagai sayuran. Kemudian ia membuka lemari dan membawa kotak sedang yang berisi beras lalu mencucinya. Dia menemukan kotak ini kemarin, dan terkejut ketika melihat bahwa isinya beras. Saat itu, ia ingin tahu darimana Amon berhasil mendapatkan beras yang tak pernah ia lihat di Starnet.

Menurut perjanjian keduanya, sebagai bayaran Amon yang telah menyelamatkannya dari salah satu anggota orang yang membuat mantan Klein terbunuh. Pencuri itu telah rajin datang untuk sarapan dan makan malam.

Padahal sebelumnya, Klein tidak pernah melihat soulmate-nya itu makan makanan normal selain buah-buahan.

Entah apa yang terjadi, setelah Amon memakan masakannya. Sang raven akan sesekali membawa beberapa pon tepung terigu, kacang-kacangan dan beras.

Klein tidak tahu darimana dan kenapa Amon tahu selera makannya. Akan tetapi, dirinya yang sudah sangat merindukan beras, tidak tahan. Jadi, dia dengan enggan memasaknya dan membuat tumis sayuran sederhana beserta mie. Sayang sekali ia masih belum bisa memasak daging. Kemampuan Xiao Mu masih terlalu lemah, ia perlu memberinya beberapa kristal tambahan.

Dirinya butuh daging untuk melengkapi selera makannya.

Menyiapkan berbagai makanan di atas meja, peramal itu menatap Amon yang masih asyik bermain dengan benda aneh lainnya. Merasakan tatapan soulmate-nya, Amon menyimpan benda tersebut. Pandangannya kini tertuju pada Klein dan memperhatikannya dengan seksama.

"Daging 'kan? Apa lagi?" Sang raven menyangga kepalanya di atas meja.

Mendegarnya, Klein mengerutkan kening. "Aku sudah lama ingin bertanya, kenapa kau bisa membaca pikiranku jika kau tak bisa mencurinya?" tanyanya hati-hati. Ia masih merasa skeptis pada pria di depannya yang masih terlihat mencurigakan.

Amon mengangkat tangannya untuk menekan monocle di mata kanannya. "Apa yang akan kau lakukan dengan identitas virtual ketiga?"

"..."

Bagus Klein bertanya, dijawab oleh pertanyaan lain.

Menyerah akan sifat menyebalkan Amon, Klein dengan jujur menjawab. "Aku belum menentukannya, jadi bisakah kau menjawabnya?"

Mata hitam Amon menatap Klein dari atas ke bawah lalu menyeringai nakal. "Terlalu lemah."

Mengartikan jika Klein terlalu lemah sehingga ia tidak bisa merasakan ikatan lebih jauh. Sementara Amon bisa merasakannya lebih dalam.

Hei, bukankah ini tidak adil? Kenapa ikatan soulmate harus berhubungan dengan tingkat Beyonder!

Amon tertawa akan ekspresi Klein yang cemberut. "Semakin tinggi tingkat mu, kau bisa mengendalikan pelindung mental untuk dirimu sendiri."

Klein menatap Amon dengan sambil melebarkan bola matanya. "Jadi, selama ini kau membuat pelindung mental sehingga aku tak bisa membaca apa yang kau pikirkan? Soulmate bisa membaca pikiran satu sama lain? Bukankah ini terlalu tidak masuk akal."

"Daripada soulmate, akan lebih baik menyebutnya sebagai kutukan!" Klein meremas sendok yang ia pegang. "Jika kau mati, aku akan ikut mati, jika tidak bersentuhan selama satu minggu jiwa kita akan terkoyak dengan menyakitkan, jika kita tidak melindungi pikiran sendiri akan bocor pada yang satunya."

"Sama sekali tidak ada privasi. Ini jelas kutukan!" Keluh Klein dengan kesal. Ia bahkan tidak peduli jika saat ini dirinya tengah mengutarakan semua pemikirannya (curhat) pada Amon.

"Analisis yang menarik." Sang raven mengambil garpu dan menusuk sebuah anggur. "Pencipta 'kutukan' soulmate pasti orang yang menarik. Aku ingin berkunjung menemuinya."

Memang ada pencipta soulmate? Klein bergumam dalam hati. Jika ada, dirinya akan mengeluh dan mengancam orang itu dengan 'ramah'.

(Seorang penulis tertentu bersin)

Amarah Klein mengenai perihal soulmate kini tengah surut. Ia memperhatikan meja penuh makanan dan terdiam.

Beberapa kali Amon mengatakan hal-hal random dengan maksud menggodanya. Akan tetapi, Klein terlalu malas untuk menanggapi. Pikirannya terlalu sibuk berkelana.

Jika saja ia tak memiliknya. Dirinya tidak perlu datang kemari dan menjalani kehidupan sulit.

Memperhatikan soulmate-nya yang terbenam dalam pikirannya, Amon tidak memiliki nafsu makan. Dirinya juga pernah menganggap tanda di lengannya itu sebuah kutukan, karena Amon tak pernah menemukan cara untuk menghapusnya.

Namun, setelah bertemu dengan soulmate-nya, Amon merasa bahwa hidupnya lebih menarik. Mungkin ini juga termasuk 'kutukan' yang Klein bicarakan. Akan tetapi, Amon menikmati hari-harinya bersama Klein.

Menghela napas panjang, Klein memakan nasi yang sudah ia dambakan. Suasana hatinya perlahan naik menjadi lebih baik. Ia fokus menghabiskan makanannya, ketika dirinya baru sadar jika Amon telah menghilang tanpa menyentuh makanannya.

Terbiasa dengan kedatangan dan kepergian Amon yang tak terjadwal. Klein melanjutkan sesi makannya sampai dikejutkan dengan pesan mendadak dari Melissa.

[Benson terlihat sedang berkencan beberapa kali dengan seorang wanita muda! Kenapa dia tidak memberitahu kita! Sungguh kakak yang tidak baik!

Ayo kita buntuti mereka nanti sore! Aku mendapat info jika mereka berdua akan kencan di xxx

-Melissa]

"..."

Adikku tersayang bagaimana dengan studi mu? Apakah baik-baik saja untuk pergi dari universitas? Klein menggelengkan kepalanya tak berdaya.

Klein yang cukup penasaran dengan pacar Benson pun dengan senang hati mengikuti rencana Melissa.

Keduanya bertemu dan berdandan dengan pakaian tak mencolok dilengkapi dengan kacamata hitam. Siap memata-matai kencan Benson. Penasaran akan wanita seperti apa yang berhasil merebut hati saudara tertua mereka.

Menemukan Benson yang sedang berbincang dengan seorang wanita muda. Klein dan Melissa berseru dalam hati. Sudah jelas jika saudara tersayang mereka tengah jatuh cinta. Lihat saja tatapan lembut dan sikapnya. Suasana mereka terlihat sangat manis dan membuat gigi keduanya gatal tidak kuat menahan kadar gula.

Dilihat dari gelagat wanita muda beserta wajah dan senyumnya. Bisa dipastikan jika wanita itu adalah orang yang baik, ramah dan sopan. Matanya terlihat cerah dan murni, sama sekali tidak berisi dengan emosi negatif. Apalagi tatapan wanita itu juga sangat hangat, melihat Benson dengan penuh kasih.

Klein dan Melissa tanpa sadar tersenyum. Mereka memutuskan untuk menghentikan pengejaran dan beristirahat di salah satu kedai es krim.

"Menurutmu kenapa Benson belum memperkenalkannya pada kita?" Melissa menundukkan kepalanya.

Klein mengambil sesendok es krim dan memakannya. "Mungkin Benson ingin kejutan?"

"Setidaknya beri tahu kalau kita akan mendapat kakak ipar." Gerutu Melissa. Ia menusuk cangkir es krim dan memakannya dengan rakus. Lalu meringis saat kepalanya berdengung, karena terlalu cepat makan es krim. Di depannya, Klein tertawa melihat tingkah sang adik.

Teringat sesuatu, Melissa menatap Klein tajam. "Kalau dipikir-pikir bukankah kau juga sedang dikejar? Bagaimana situasi mu saat ini?"

Klein hampir tersedak, ia terbatuk dan memandang adiknya ngeri. "Tidak, itu hanya salah paham kenapa kau tidak mempercayaiku."

Melihat kakaknya yang tengah berbohong, Melissa menyeringai kecil. "Ayolah Klein, kau pikir uang sebesar puluhan juta bisa menjadi kesalahpahaman?"

"..."

"Aku bertanya-tanya kemana kau pergi, ternyata ada di sini." Amon yang tiba-tiba datang, berjalan santai sambil tersenyum. Ia menatap Klein penuh arti, yang membuat si peramal berkeringat dingin. "Jahat sekali menyebut semua itu kesalahpahaman. Sudah jelas aku mengirimkannya untukmu." Lanjutnya dengan nada penuh keluhan.

"Jadi, Klein kapan kau akan menerimaku?" Amon bertanya dengan wajah polos. Ia menerapkan ekspresi sedih seolah sedang dianiaya dengan kejam.

"Apa mak—"

"Halo!" Melissa memotong perkataan Klein, mata cokelatnya mendelik ke arah kakaknya seolah menyuruhnya untuk diam. "Aku Melissa."

"Amon. Senang bertemu denganmu." Kenal sang raven, tersenyum ramah.

Dengan tatapan berbinar, Melissa menilai penampilan Amon; pria muda berambut hitam dengan warna mata sewarna; memiliki senyum menawan; terlihat sopan; berpakaian modis; dan tidak terlalu jauh dengan usia Klein, Melissa mengangguk sambil memberi penilaian poin plus-plus. Orang yang mengejar saudaranya tidak buruk. "Sejak kapan kalian berkenalan? Kenapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?"

Sang raven melirik Klein dengan tatapan hangat dan penuh kasih sayang, membuat soulmate-nya bergidik ngeri sekaligus merutuk akting Amon yang begitu sempurna. "Sekitar sebulan yang lalu. Kami telah ditakdirkan untuk bertemu dan hidup bersama."

Melissa sedikit mengernyit akan perkataan Amon.

Klein yang sedari tadi diam tidak tahan, ia segera menarik lengan Amon dan menyeretnya. "Maaf, aku perlu berbicara dengannya sebentar."

Saat itu Melissa tidak sengaja melihat tanda tato di pergelangan tangan kiri Amon yang sama sekali tidak disembunyikan. Seketika wajah Melissa berubah.

Seingatnya Klein sama sekali tidak memiliki tanda soulmate. Sementara Amon memilikinya, mereka berdua tidak ditakdirkan bersama.

"Tunggu! Maaf sebelumnya tapi bukankah tanda itu tanda soulmate? Kenapa masih mengejar kakakku?" Melissa bertanya penuh tekanan, ia segera menarik Klein ke sisinya dan menatap Amon sengit.

"..." Oh sial! Semuanya terbongkar, Klein mendesah pasrah. Dirinya sama sekali tidak ingin memberitahu masalah soulmate karena identitas transmigrasinya mungkin akan terungkap.

Amon dengan sengaja membeberkan fakta itu di depan adiknya, apa yang dia rencanakan?

Dengan seringai bagaikan kucing chesire, Amon mengangkat tangan kiri Klein dan menunjukan tato keduanya yang sama persis.

Melissa pun memasang 'o' besar di mulutnya.

TBC

Penulis : Saya tidak bisa menahan diri QAQ
Penulis : Saya malah banyak membuat ff multichap Amon x Klein, tapi jika saya memutuskan untuk upload, kemungkinan ff ini akan sulit untuk dilanjutkan QAQ
Penulis : Mungkin, sudah saatnya mengakhiri ff ini dalam waktu dekat, meski saya masih enggan QAQ

Thanks for reading~ ❤️
-Yoru

[Finished : 3 Jan 2022]
[Published : 25 Feb 2022]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro