Samsara (16)
"Sepertinya itu lebih menarik, ayo lakukan."
Klein, "..."
Jadi aku ini apa? Untuk apa ia menyarankan pertukaran adil sementara pihak lawan tidak akan mendengarkan?
"Oh my." Amon duduk di sofa dengan senyuman. "Aku tidak perlu tidur, jadi aku tidak butuh kamar. Jika bosan aku bisa keluar dan mencari hiburan lain." Ia berkata santai, seolah tahu apa yang Klein pikirkan.
"Oh, aku juga tidak memerlukan kristal itu, ambil saja. Kau terlalu lemah."
"..." Klein merasa jantungnya ditusuk. Maaf saja jika dirinya lemah dan tak bisa melawan Beyonder tinggi seperti dirimu! Tunggu saja jika dia sudah menjadi kuat, Klein dengan senang hati membalas beberapa pukulan.
Sebelum Klein membuka mulutnya untuk protes. Amon menempatkan jarinya telunjuknya di depan bibir Klein, tanda menghentikan percakapan. "Anggap saja kristal itu sebagai biaya sewa di sini."
"..." Serius? Klein merasa bahwa ia tidak mengungkapkan ekspresi apapun, kenapa Amon bisa membaca pikirannya. Ah! Apakah pikirannya dicuri?!
Seolah tahu apa yang dipikirkan Klein, Amon tertawa. "Tidak, soulmate tidak bisa menyakiti satu sama lain secara mental. Seperti aku yang tak bisa mencuri tubuh atau pikiranmu. Kau juga tak bisa membuatku menjadi boneka." Amon tersenyum 'manis', memandang Klein tanpa berkedip.
"..." Oke, Klein menyerah. Dirinya terlalu lelah berada dalam kondisi yang terus naik darah. Ia mungkin perlu mengucapkan selamat tinggal pada privasi fisik dan mentalnya. Apakah dia harus pergi ke Beyonder tipe takdir untuk meningkatkan keberuntungannya dan tidak hidup menyedihkan di samping Amon?
Selain itu, bisakah dirinya menghentikan Amon? Tidak, bukan? Kenapa ia harus terus emosi, lebih baik diam dan perlakukan pria itu sebagai angin lalu. Klein hanya harus berhati-hati jika Amon ingin melakukan uji coba berbahaya yang membuatnya terluka dan menjauhi keluarganya.
Untung saja Benson dan Melissa tidak ada di sini. Jika ada, ia tak tahu harus menjelaskan apa. Hanya saja Melissa sepertinya telah mengetahui ada yang aneh.
"Apa kau mengirim sesuatu juga pada Benson?" Klein memperhatikan Amon yang tengah bermain dengan gadget yang tidak tahu apa. Ukurannya kecil namun terlihat rumit dan Klein tahu itu bukan barang biasa.
Amon ber-hm ria, lalu mencubit benda kubus itu sehingga menghasilkan beberapa layar virtual yang dengan cepat menghilang.
Menunggu beberapa menit dan tak kunjung mendapat balasan, Klein berbalik. Hari ini dia masih ada janji untuk menyelidiki kasus mengenai orang-orang yang menghilang tanpa sebab seraya menemukan beberapa bukti perselingkuhan.
Sigh, di jaman mana pun Klein berada. Perselingkuhan tetap saja ada dan menjadi motif paling tinggi untuk kasus pembunuhan. Apa susahnya untuk setia. Yah, meski Klein sendiri tidak memiliki pengalaman dalam hubungan, setidaknya ia akan menghormati pasangannya jika sudah tak ingin bersamanya.
Ah, berhubung ia telah mendapatkan soulmate, itu menandakan ia tak akan memiliki pasangan lain?
Klein terhenti, ia menggelengkan kepalanya dan menendang pikiran itu jauh-jauh. Daripada memiliki pasangan dengan Amon yang menyebalkan, Klein lebih memilih untuk sendirian. Ia tidak bisa membayangkan dirinya jatuh cinta pada orang lain, dan orang tersebut harus ikut menderita akibat kekacauan yang Amon lakukan.
Itu sangat buruk, Klein sendiri takut jika Amon melakukan sesuatu pada orang-orang yang dekat dengannya. Dari apa yang ia lihat, meski sang raven selalu tersenyum nakal dengan wajah yang nampak ramah. Mata hitamnya sama sekali tidak memiliki emosi. Bahkan pada dirinya yang nyatanya adalah soulmate-nya. Manik onyx itu selalu terlihat gelap, seperti jurang tak berdasar yang tidak terbaca.
Untuk saat ini Klein hanya memiliki tujuan untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari Amon.
Mengganti pakaiannya, Klein menuruni tangga dan tak melihat sosok Amon. Ia terdiam sejenak, sebelum pergi meninggalkan rumah dan menguncinya.
Kemarin Klein berhasil memasang beberapa kamera pengawas yang hanya terlihat seperti stiker. Ia mengendalikan AI-nya, mengatur posisi kamera.
Menghentikan sebuah taksi terbang, Klein pergi ke distrik mewah tempat para orang kaya sering berkunjung.
Duduk di sebuah restoran mahal, Klein memperhatikan makanan yang dijual disini. Lupakan harganya yang selangit. Klein merasa sakit hati karena di restoran paling mewah pun, hidangannya sangat sederhana. Bahkan tidak ada makanan pedas!
Memesan roti gandum, sup dan secangkir teh manis. Klein berpura-pura makan, sementara matanya melirik pasangan wanita dan pria yang tengah saling menempel dengan suasana ambigu.
Merasakan rasa sup yang hanya terasa asin dan hambar, Klein berusaha untuk tidak memuntahkannya. Untuk seorang foodie, makanan ini sama sekali tidak sejalan dengan estetikanya. Ia merutuk pada koki yang hanya melempar semua bahan dan memberi garam saja. Itu hanya buang-buang makanan!
Klein tidak mengerti kenapa semua orang kaya menyukai makanan menyedihkan seperti ini. Sesaat ia merasa ingin menjadi seorang koki dan memperkenalkan berbagai hidangan enak meski kemampuan memasaknya tidak seberapa.
Mengingat sulitnya bahan makanan di era ini, Klein pun merasa tak berdaya. Bumbu yang ditemukan oleh Klein di Starnet hanyalah garam dan gula. Tidak ada bawang, jahe, kecap, dan sebagainya.
Masakan Klein terasa lebih baik karena ia tidak sengaja menemukan beberapa bumbu di hutan dan menanamnya.
Kasian sekali orang-orang di era ini. Pikir Klein.
Ketika ia menyeruput tehnya yang terasa lumayan, matanya terbelalak kaget. Melihat Amon yang tengah menyangga kepalanya di tangan, masih dengan senyuman khas-nya.
Sial! Jangan bilang dia datang untuk mengacau!
"Aku bosan dan datang untuk melihat."
"..." Bisakah ia mengusirnya? Bisakah? Bisakah? Klein meraung dalam hati.
Mendapatkan pesan di AI-nya, Klein mengalihkan fokusnya dan membaca pesan tersebut. Ia lalu mengerutkan kening sambil berpikir. Sesuatu terasa tidak benar, seolah kasus penghilangan orang ini sangat berbahaya.
Perasaan ragu menyelimuti hati Klein, kalau bisa ia tidak ingin terlibat dalam kasus besar. Dirinya masih ingin hidup damai dan tetap berprofil rendah.
"Itu kasus yang cukup membosankan." Tiba-tiba Amon berkomentar, ia entah sejak kapan tengah berdiri di belakang Klein dan membaca pesan tersebut.
"Kau tahu kasus ini?" Klein mengalihkan layar, mencari informasi tambahan.
Amon menatap Klein yang sibuk mencari, lalu tersenyum nakal. "Pertukaran apa yang kau tawarkan?"
"..." Mendengarnya ekspresi Klein membeku, reflek menatap Amon yang tengah menyangga tangannya di meja, seolah memerangkap Klein di antara kedua tangannya.
Melihat Klein yang nampak berpikir dengan serius—sampai keningnya berkerut dengan bibir mengerucut, Amon tertawa kecil. Terhibur akan tingkah sang soulmate yang terlihat lucu dimatanya. "Bercanda, ini hanyalah masalah sepele. Mereka hanya mencuri orang untuk eksperimen."
"..." Klein tercengang.
Apa yang sepele mengenai eksperimen manusia? Apanya yang membosankan? Bukankah itu hal yang sangat tidak manusiawi!
Tanpa menunggu komentar Klein, seakan tahu apa yang dipikirkan pria muda di depannya. Amon mendekatkan wajahnya lalu berkata. "Hanya sekumpulan manusia serakah yang ingin hidup abadi tapi terlalu takut menjadi Beyonder." Amon menyentuh monocle-nya santai. "Mereka tidak berubah, selalu melakukan hal sama yang membosankan."
Mendengarnya Klein terdiam, jelas ia sedikit mengerti tentang keserakahan manusia soal umur panjang. Bukankah Kaisar China dulu juga mencoba untuk menjadi abadi dan meninggal pada akhirnya?
Terlarut dalam pikirannya, Klein sama sekali tidak sadar jika wanita dan pria yang dia ikuti telah menghilang ke dalam ruangan khusus.
Saat ia sadar, Klein segera membuka kamera intip dan tercengang akan adegan panas yang tak tahu malu. Untung saja ia membisukan suaranya, jika tidak itu akan sangat memalukan.
Ah! Dia lupa kalau Amon masih di belakangnya!
Menoleh ke belakang, Klein dan Amon saling menatap dengan pikiran yang berbeda.
TBC
❤️ Ekstra ❤️
Amon yang cukup terhibur dengan kamera pengawas Klein, menculik soulmate-nya dan melemparnya ke atas tempat tidur. Pakaian yang dikenakan Klein otomatis hilang dicuri dan menyisakan celana panjang. Mata hitamnya nampak memiliki riak kabur, tanpa seorang pun tahu apa yang dipikirkannya.
Dipandangi oleh Amon dengan lekat tentunya membuat Klein tidak nyaman, apalagi pakaiannya yang hilang. Otaknya sudah berseluncur jauh membayangkan adegan tak tahu malu yang kemungkinan terjadi. Dirinya ingin kabur, tapi tubuhnya tiba-tiba tidak bisa digerakkan. Akhirnya, hanya bisa gemetar dengan wajah merah.
"Terlalu kurus."
"..."
Klein yang membayangkan hal-hal tak terduga mengerjap tak percaya. Ia yang sudah mendapatkan kendali tubuhnya melihat Amon yang dengan santai duduk di atas kursi dan memainkan AI-nya.
Sang raven melirik Klein yang terlihat linglung, ia dengan baik hati mengembalikan pakaiannya dan duduk di sampingnya. Tertarik akan wajah Klein yang terus berubah-ubah dari merah padam ke pucat pasi lalu ke merah merona. Dia baru saja akan melihat apa yang soulmate-nya pikirkan, saat Klein tiba-tiba melompat dan lari ketakutan.
"Pasti menarik untuk melihat apa yang dipikirkannya."
Tertawa kecil, Amon pun mengejar soulmate-nya lalu tanpa ampun menggoda Klein, hingga sang soulmate jatuh di atas sofa tanpa bergerak meski telah digoda habis-habisan.
"Ingin mencoba?" Amon berbisik lembut.
"Tidak!" Klein kembali melompat dan menatap Amon ketakutan.
Dengan wajah tanpa dosa Amon memiringkan kepalanya. "Tapi itu semua berasal dari pemikiranmu. Sepertinya menarik!"
"Tidak! Aku lebih baik bunuh diri!"
"Oh? Sayang sekali." Amon kehilangan minat dan kembali pada mainan gadget-nya dengan ekspresi acuh.
Klein yang melihat perubahan emosi sang soulmate yang begitu cepat, entah merasa senang atau tertekan. Senang karena masalah memalukan ini berkahir dan tertekan karena...
Karena apa?
Klein tidak ingin memikirkannya lebih jauh. Dia sudah terlalu lelah.
❤️❤️❤️
Penulis : Pikiranmu terlalu liar Klein, bahkan Amon tidak memikirkan hal 'begitu' dan 'murni' hanya ingin melihat tubuh karena terlalu kurus 😂
Klein : 'Murni'... *mencibir*
Amon : *tersenyum 'polos'*
Penulis : ...
Thanks for reading~ ❤️
-Yoru
[Finished : 03 Jan 2022]
[Published : 11 Feb 2022]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro