Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Samsara (12)

Setelah beberapa detik yang terasa berjam-jam, akhirnya Klein kembali normal. Amber-nya tertutup dengan kelopak mata bergetar. Membuka mata dengan takut, Klein memutuskan untuk tetap tenang. Ia perlu mengkonfirmasi apa yang dilihatnya adalah kenyataan atau ilusi semata. Bisa saja adegan tersebut hanyalah dampak dari kemampuan Seer-nya yang menggambarkan kejadian di masa depan.

Tak menemukan sosok yang dia lihat sebelumnya, Klein menghela napas berat. Jantungnya yang masih berdegup kencang membuatnya tak nyaman. Apalagi perasaannya yang tidak bisa ia jelaskan. Sangat penuh dan berkecamuk seperti badai.

Melihat suasana kota yang masih ramai seperti sebelumnya, ketegangan Klein melunak. Ia mencoba mengingat apa yang dilihatnya barusan dan mencocokkannya dengan analisisnya.

Pertemuan itu jelas sangat nyata, tapi ia hanya menutup mata beberapa detik dan sosok itu telah menghilang seolah tak pernah ada di sana.

Seorang Beyonder? Klein berpikir dalam hati. Itu mungkin saja, karena tadi ia merasakan rasa dingin dan bahaya yang membuatnya waspada. Jika soulmate-nya orang biasa, Klein hanya merasakan ikatan aneh atau terhubung. Jelas tadi dia memang merasakan hal itu tapi insting-nya terus berseru untuk waspada.

Sepertinya soulmate-nya bukan orang sederhana. Klein mendesah dalam hati.

Ia baru saja menjalani kehidupan baru tapi hal yang paling tak ingin dia temui telah datang.

Langkah Klein tiba-tiba terhenti, ia jelas ingat jika dirinya pernah bermimpi tentang padang rumput, gagak dan monocle.

Ya, monocle. Bukankah pria yang dilihatnya tadi juga memakainya? Jadi, dia telah memimpikan pertemuan ini sebelumnya?

Klein merasa lelah seketika, ia dengan berat hati berjalan ke arah rumahnya dengan linglung. Berbagai analisis terus berputar dibenaknya. Namun, Klein yang tidak menerima hasilnya hanya bisa terus berpikir. Seolah mencoba untuk melupakan hal yang sempat terjadi tadi.

Dirinya tak pernah berharap jika pertemuan dengan soulmate-nya akan secepat ini. Klein sama sekali tidak memasukan agenda soulmate pada jadwal kehidupannya!

Masih banyak hal yang perlu ia pelajari di dunia ini, tentang Beyonder, naik level, menghasilkan uang dan yang paling penting menjaga keluarga barunya!

Perasaan bahaya yang membuatnya waspada jelas bukan hal baik. Bagaimana dia bisa menjaga Benson dan Melissa dari soulmate-nya yang sepertinya lebih kuat darinya? Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri...

Menutup pintu rumah dan menguncinya, Klein yang kelelahan secara mental merosot jatuh terduduk di atas lantai sambil terengah.

Meskipun ia telah memenangkan diri, keringat dingin masih mengucur dari pelipisnya disertai dengan wajahnya yang memucat. Tubuhnya terasa berat, bahkan untuk berjalan dan duduk ke sofa di ruang tamu pun, ia enggan.

Maka dari itu, Klein hanya menyandarkan punggungnya di pintu sambil memeluk kedua lututnya. Kepalanya terbenam di antara kedua lengan.

"Apa yang terjadi padaku...," Bisiknya lemah. Saat ini ia begitu tak bertenaga dan hampir tidak ingin bergerak. Staminanya terasa terkuras dan butuh diisi ulang.

"Benar, aku juga ingin bertanya apa yang terjadi padaku." Sebuah suara asing ikut berkomentar, yang tentunya membuat Klein tersentak.

"..." Klein terus bergumam dalam hati bahwa apa yang di dengarnya hanya ilusi. Ia menengadah dan melihat pria dengan kemeja hitam yang tengah berdiri santai sambil mengambil pose berpikir.

F*CK! Sejak kapan dia ada disana!

Sebelum Klein sempat bereaksi, tangan kirinya ditarik hingga ia berdiri. Pria itu juga mengulurkan lengan kirinya di samping lengan kiri Klein.

Tanda soulmate yang terekspos membuat keduanya terdiam, saat melihat tanda satu sama lain.

"Menarik, ternyata tandanya persis sama. Hm~" pria itu memiringkan kepalanya, ia menyentuh monocle-nya lalu berjalan mendekat. "Aku menyarankan hal lain yang bisa kita uji."

Klein mengernyit, ia mencoba meneguhkan hatinya untuk bertahan. Bagaimana pun pria di depannya sudah menjadi soulmate-nya. Dirinya tak akan bisa kabur dan harus menyelesaikan permasalahan ini dengan damai.

Apalagi dia sempat membaca jika soulmate memiliki kondisi tertentu yang perlu dipenuhi jika keduanya telah bertemu. Bila kondisi tersebut tidak segera dipenuhi, akan ada konsekuensi yang merepotkan bagi keduanya. Bahkan bisa menyebabkan kematian.

Klein yang masih ingin hidup, tentu saja akan mencoba hal terbaik untuk bertahan. Meski ia tahu ini tak akan mudah. Mengingat pria di depannya saat ini sama sekali tak bisa dibaca olehnya.

"Aku tidak mau bekerja sama dengan orang yang masuk ke rumah orang lain seenaknya." Klein menghempaskan lengannya dengan sedikit kasar, melepaskan genggaman pria itu. Ia lalu mundur dan bersandar di pintu. Tubuhnya masih lemah, jadi dia akan menahan pembicaraan sampai ia pulih. Posisi dekat pintu menjadi tempat teraman karena Klein bisa keluar kapan saja.

"Oh? Tapi jelas kau yang melarikan diri terlebih dahulu." Jawabnya dengan wajah tak berdosa.

Melihat pria muda di depannya, mulut Klein sedikit berkedut, soulmate-nya sangat pandai berakting dan memutar balikkan perkataan. Ia harus lebih berhati-hati.

Klein memilih untuk diam, ia memperhatikan gelagat pria itu dengan seksama. Rasa bahaya kembali menyerang, ia segera mencengkram kenop pintu dan bersiap melarikan diri jika ada yang salah.

Sial, meski soulmate-nya terlihat normal dari luar. Sepertinya memiliki sifat nyentrik yang tidak biasa. Lihat saja ekspresi bermain-mainnya. Pria itu seperti menganggap jika dirinya hanyalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat. Klein seketika memiliki firasat buruk.

Klein melihat pria itu dengan cepat memegang pistol yang entah datang dari mana dan mengarahkannya.

Jantung Klein serasa berhenti saat dadanya ditusuk dengan peluru hingga ia muntah darah. Rasa sakit yang membakar dadanya membuat Klein mengerang.

Really? Pertama kali bertemu kau menembakku? Bukan menembak dalam arti pasangan lalu jadian, tapi menembak dengan pistol? Apa yang salah dengan otakmu, kawan!

Sebelum ia bisa merutuk lebih lanjut akan soulmate-nya yang kejam dan tak berperasaan. Pandangannya menggelap, ia pun jatuh dalam kondisi tak sadarkan diri.

Sementara itu, pria yang memakai monocle menyimpan pistolnya. Ia berjongkok sambil memperhatikan wajah Klein. Karena ruangan yang gelap, kita tidak bisa melihat ekspresi apa yang sedang dikenakan oleh pria itu.

Satu hal yang jelas, itu bukan ekspresi nakal khas-nya.

TBC

Teater kecil 1

Amon : Aku pernah mendengar jika menembak itu perlu untuk menjalani suatu hubungan.
Klein : ...
Penulis : Poor Klein *pukpuk

Teater kecil 2

Penulis : Coba tebak apa yang akan di lakukan Amon pada Klein yang tak sadarkan diri~
Penulis : Tentu saja dia dengan senang hati menyembuhkannya dan menggendongnya ke kamar Klein :'3
Amon : Hehe
Penulis : O.O)? Wait! Apa yang akan kau lakukan! Itu tidak ada di agenda, hei!

Thanks for reading~ ❤️
-Yoru

[Finished : 31 Des 2021]
[Published : 13 Jan 2022]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro