Samsara (10)
Xiao Mu melompat riang dari pot ke pot lain dengan penuh semangat. Lalu berkeliling di rumah kaca yang besar seluas 0,5 hektar. Jamur kecil itu terlihat menyukai rumah barunya yang luas dan cerah. Apalagi dengan lebih banyak jenis tanaman dan buah yang bewarna-warni.
Klein yang masih sibuk menanam beberapa biji buah apel, peach, jeruk dan pir menyeka keringat di dahinya seraya menghela napas. Melihat kondisi kebunnya yang cukup luas dan indah memang membuatnya senang.
Akan tetapi, saat dia mengingat jika dirinya tak memiliki sepeserpun uang sisa. Ekspresi Klein berubah suram. Dirinya sudah menghitung kemungkinan pengeluaran di Ibukota yang pastinya sangat mahal. Tapi hatinya masih sakit saat semua uangnya habis.
Inginnya ia segera menjual semua sisa buah di cincin ruang sekaligus. Namun, dirinya tahu kalau itu bukan hal yang bagus. Apalagi saat ini dirinya entah kenapa sudah ditargetkan oleh beberapa orang besar di dunia virtual. Sungguh menyebalkan, sehingga mengakibatkan dia tak bisa segera menjual. Berakhir dengan menyembunyikan diri untuk sementara waktu.
Mudah menghasilkan uang berarti lebih tinggi risikonya. Klein mengeluh dalam hati. Orang-orang besar itu sungguh menyeramkan, dirinya sudah menahan diri untuk tetap tenang dan bergaya. Namun, mereka seperti serigala lapar yang tak tahu malu dan terus menerkam tanpa menyisakan tulang.
Sungguh, Klein ketakutan melihat tatapan mereka. Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduknya meremang.
Menatap Xiao Mu yang masih senang melompat-lompat, Klein sejenak iri. Dia juga ingin menikmati hidup. Sayang jalannya terlalu sulit.
Mungkinkah ia mencoba untuk mencari pekerjaan lain seperti yang Melissa sarankan?
Mengingat kedua saudaranya, Klein tiba-tiba merasa sedih. Benson menemukan pekerjaan baru di dekat kota. Namun, karena pekerjaannya memiliki shift malam dan perusahaan tersebut menyediakan tempat tinggal untuk pekerja. Benson memilih tinggal di dekat perusahaan untuk menghemat uang.
Sementara Melissa yang sudah mengikuti ujian tiga hari yang lalu, tadi pagi mendapat berita dan berhasil diterima di universitas Backlund yang paling terkenal. Menurut adiknya, semua mahasiswa tingkat pertama wajib tinggal di asrama universitas selama satu tahun. Jadi, Melissa juga akan pergi dalam satu minggu untuk persiapan perkuliahan. Meninggalkan dirinya sendirian di rumah besar, menjaga kebunnya.
Sudah satu minggu ia tinggal di pinggiran kota Backlund, berbeda dengan Tingen yang masih dikelilingi hutan. Di sini banyak gedung pencakar langit yang terlihat megah nan khas.
Ibukota memang berbeda, di mana pun kau berjalan. Kita bisa melihat beberapa Beyonder berseragam yang berkeliling di sekitar jalan. Membuat Klein sedikit khawatir mengenai identitasnya yang mungkin saja terekspos.
Namun, terus bersembunyi bukanlah hal baik. Ia harus mengintegrasikan diri dalam kehidupan barunya. Dia juga perlu bertambah kuat demi keluarga barunya.
Meneguhkan hatinya, Klein berjalan ke dalam rumah dan mengaktifkan kacamata dan memasuki dunia virtual.
Sosok Dwayne berdiri di depan tokonya. Setelah satu minggu tutup, akhirnya disini terlihat sepi. Ia meletakan beberapa buah dan sayur di etalase toko lalu segera pergi dari sana.
Berganti akun dengan milik Klein asli, ia menemukan bahwa semua barangnya sudah terjual dalam 1 menit. Bahkan saat ini tokonya sedang dikerumuni orang yang masih berteriak ingin membeli.
"..."
Penasaran, Klein berpura-pura datang kesana dan melihat seorang pria berpakaian mewah yang sedang mengeluh.
"Pemilik toko benar-benar kejam, dia sama sekali tidak memposting apapun setelah tutup selama satu minggu lamanya." Keluhnya jengkel.
Wanita cantik di sebelahnya ikut berkomentar sambil melipat tangan. "Ya, biasanya akan ada stok setiap 3 hari sekali meski hanya beberapa buah."
"Bukannya dia harus memberi kita kompensasi? Setelah menghilang lama tanpa pemberitahuan." Komentar pemuda lain yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan.
Mendengar berbagai keluhan dari pelanggan, Klein menghela napas lega. Dia tidak melihat orang-orang besar yang ditakutinya saat ini. Mungkin mereka sadar jika dirinya tutup untuk menghindar.
Dengan ekspresi senang setelah melihat akunnya yang telah terisi banyak. Klein memutuskan untuk menjual beberapa buah lagi. Kali ini dia akan memposting pemberitahuan terlebih dahulu.
Berganti ke akun Dwayne lagi, Klein mengetik pemberitahuan di tokonya.
[Strawberry 1 Kg, Pir 2 Kg, Apel 2 Kg dan Peach 2 Kg akan dijual jam 10.00 pagi]
Para pelanggan bersorak ria melihat pemberitahuan itu. Namun, ekspresi mereka berubah terdistorsi ketika melihat bahwa saat ini adalah pukul 09.59.
"..." Ah, penjual iblis!
Tak sadar jika dirinya telah mendapatkan rutukan semua pelanggannya. Klein hanya bersenandung riang melihat angka nol yang terus bertambah di akunnya.
Dengan uang ini dirinya bisa membeli beberapa barang, pakaian dan hal-hal lain. Ia juga bisa menggunakan waktunya untuk berkeliling seraya melihat suasana kota dan memutuskan pekerjaan apa yang bisa dia kerjakan.
Berkeliling di sekitar jalanan kota, Klein melirik suasana lingkungan yang terasa aneh tapi familier. Mungkin ingatan dirinya dan mantan Klein telah terintegrasi sepenuhnya sehingga ia tak begitu merasakan keganjilan saat melihat dunia.
Dalam kurun waktu 3 jam, Klein berhasil menghabiskan sepertiga dari penghasilannya tadi pagi. Ia sebenarnya mencari toko bibit, sayangnya tak satu pun yang dia temukan. Bahkan di Starnet sangat jarang yang menjual bibit, apalagi harganya sangat mahal dan cenderung habis dalam beberapa detik setelah stok diisi.
Sesaat Klein merindukan hutan di Tingen, di sana ia dapat menemukan beberapa bumbu seperti bawang putih, bawang merah, ginseng, bawang daun dan jinten.
Sayang sekali dia belum menemukan cabai, ah! Dia benar-benar merindukan rasa pedas yang sering ia rasakan di lidahnya.
Dunia ini sangat miskin soal makanan, sayuran dan buah saja begitu sulit dibeli. Mana mungkin ada yang mau menjual bahan berupa bumbu masakan. Orang-orang disini tidak terlihat tahu soal bumbu makanan. Restoran yang ada pun hanya menyediakan rasa asin dan manis dari gula.
Sungguh menyedihkan.
Menyingkirkan rasa melankolis mengenai makanan di dunia ini, Klein pun memutuskan untuk pergi ke toko pakaian. Dirinya memang bisa membeli di Starnet, tapi ukurannya terkadang sering salah atau berbeda bahan. Makanya dia lebih suka memilih secara langsung.
Membawa beberapa kaus polos, kemeja, celana dan pakaian yang terlihat agak formal. Klein memutuskan untuk mencobanya terlebih dahulu. Ia melihat jika 3 tempat uji pakaian telah penuh.
Menunggu beberapa menit dan 3 kamar ganti masih belum selesai, Klein memutuskan untuk melihat ke bagian pakaian dalam dan memilih beberapa. Saat ia kembali ke kamar ganti, ketiganya telah menjadi kosong.
Klein baru saja membuka tirai kamar sebelum tertegun ketika melihat seorang wanita berwajah pucat dengan garis cekikan di leher, yang sudah dipastikan telah mati.
"..."
Sial! Dimana insting seer-nya yang selalu dia banggakan!
Klein merutuk, lalu memanggil manajer toko untuk segera memberitahu polisi.
Kalau ia tahu akan terjadi seperti ini. Dia tak akan pergi belanja. Yah, mengingat ramalan tadi pagi memberitahunya bahwa ini sama sekali tak membawa bahaya padanya. Klein memutuskan untuk membantu dalam penyelidikan.
Toh, ia cukup percaya diri dalam masalah analisis logika.
Tapi sebelum itu, izinkan dia untuk pergi ke kamar mandi. Dirinya yang baru teringat jika ini adalah pertama kalinya melihat mayat langsung bereaksi dan ingin muntah.
Saat itu Klein bertanya-tanya, kenapa reaksi muntah-nya begitu lambat.
TBC
Penulis : Amon menemukan Klein di chapter depan~ ❤️
Thanks for reading~ ❤️
-Yoru
[Finished : 29 Des 2021]
[Published : 13 Jan 2022]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro