Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jealousy 🔞

Warning! Fanfic R18+ yang merasa dibawah umur tolong diperhatikan! Dosa ditanggung sendiri!

Modern AU! Thief Amon x Detective Klein

❤️❤️❤️

Amon bersenandung, mata hitamnya memperhatikan layar laptop sambil memainkan alat pendengar khusus dijemarinya. Mulutnya tersungging dalam senyum nakal, tatapannya tak lepas dari gambar pria muda yang tengah berjalan menuju kantor polisi.

Senandung ceria itu terputus, meski ekspresi wajahnya tak berubah. Iris onyx-nya menggelap sebelum mengerling disertai kekehan lucu.

Memikirkan subjek di layar, ia sedikit teringat akan kenangan lama dimana mereka terus saling mengejar, saling melempar trik sampai berkelahi.

Keduanya begitu melekat, seolah ditarik untuk menyatu. Terjerat dan tak bisa melepaskan diri dari ketertarikan. Ibarat jiwa terhubung dengan benak yang penuh dengan sosok satu sama lain.

Mematikan layar, pria raven itu berjalan ke ruangan lain. Menyiapkan rencana bagi sang terkasih.

.

.

.

Siang itu, Dunn Smith sebagai salah satu petinggi di kepolisian tengah duduk di kursi kerjanya sambil menatap beberapa bawahan yang sedang mengernyitkan kening untuk memecahkan kode dari seorang pencuri terkenal yang menyebut dirinya Mr. Error.

Ia lalu menyuruh mereka untuk bersiap-siap. Tatapannya kembali pada kartu yang dipegangnya, ia mengernyitkan alis dengan apa yang tertulis di sana.

Sesuai nama panggilannya, pencuri satu itu sangat tidak konsisten seperti mengirimkan peringatan sebelum mencuri; mengembalikan kembali hasil curiannya; mencuri tanpa peringatan; menerobos bank atau markas tanpa mencuri apapun; menjahili orang-orang secara random; menyamar menjadi orang lain seenaknya; bahkan mengubah satu taman hiburan menjadi bertema gagak hitam sesuai dengan trademark-nya.

Pemikirannya yang begitu tak bisa dimengerti hanya membuat semua polisi sakit kepala untuk menanganinya.

Untung saja dia hanya seorang pencuri dan bukan pembunuh gila. Kalau tidak, sudah habis semua orang mati ditangannya.

Saat ini Mr. Error akan mencuri dengan pemberitahuan, tapi dia sama sekali tidak memberitahu apapun dalam kode selain menuliskan--

"Mr. Fool Lovers"

Dunn menyangga kepalanya di atas meja sambil berpikir, ia bahkan tidak menyadari jika 2 orang telah masuk ke dalam ruangannya.

Pria muda berambut hitam dengan mata berwarna hijau--Leonard, ditemani wanita muda yang cantik--Daly.

Leonard melihat kartu tersebut dan menyipitkan matanya. Mulutnya berkedut lalu berpura-pura santai sambil melihat ke arah jendela. Mengabaikan Daly yang tengah berbincang dengan Dunn dengan gelembung merah muda. Ia dalam hati sedikit merutuk, sebelum memilih untuk berpamitan keluar ruangan setelah menyerahkan dokumen kasus yang dia tangani.

Mengingat kata-kata di kartu, Leonard menghela napas. Sebagai satu-satunya yang tahu mengenai hubungan temannya dengan Mr. Error karena dirinya pernah menjadi target penjahilan masal selama satu bulan penuh dari pencuri gila itu. Ia tahu jika temannya dan orang-orang disekitarnya akan kembali menjalani kemalangan.

Leonard pun hanya bisa menyalakan lilin pada sahabatnya, Klein Moretti dan orang-orang sial yang berani mendekati Klein.

Sungguh sial, karena pencuri satu itu sangat suka bermain apalagi jika sisi keposesifannya kambuh. Itu adalah pertanda yang buruk—ralat sangat, sangat buruk!

Memori masa-masa kelamnya yang terbesit seketika muncul di benak, Leonard langsung bergidik sambil mengelus kedua tangannya dan berniat menjauh dari sahabatnya untuk beberapa hari kedepan.

.

.

.

Sementara itu, Amon menyeringai lebar. Ia memandang sosok Klein yang sedang tertidur di dekapannya. Benaknya kembali saat ia berniat untuk ‘menculik’ sang kekasih. Dirinya tidak menyangka kalau Klein saat itu sedang bersama banyak orang.

Seperti yang dia tahu, kekasihnya itu sangat populer hingga membuatnya semakin terkikik karena ia bisa menambah koleksi target untuk bermain.

Meski ia senang dengan bertambahnya jumlah target yang bisa membuat kebosanannya sedikit menghilang, ia masih seorang pencuri yang sangat protektif pada barang-barang miliknya. Termasuk Klein.

Dirinya bisa mentolelir jika hanya menginginkan pertemanan. Tapi saat itu Klein dikelilingi oleh orang-orang buruk yang menginginkannya keahlian detektifnya untuk melakukan kejahatan. Apalagi tatapan menjijikan dari manusia-manusia serakah itu.

Mungkin lain kali dia akan mencuri semua kekayaan mereka dan menyamar dengan wajah target dan bermain sepuasnya hingga reputasi mereka semua hancur. Hehe~ sepertinya menyenangkan~

Lupakan dulu masalah itu, saat ini ia perlu memeriksa beberapa alat agar persiapannya selesai.

Mendapati Klein yang mulai bergerak gelisah di dalam tidurnya, Amon menyeringai lebar. Ia kemudian duduk di samping Klein sembari mengambil beberapa foto.

Sang detektif yang masih belum sadarkan diri merasa kehadiran seseorang disampingnya, ia membuka iris amber cantiknya. Mata itu mengerjap beberapa kali dan menemukan sosok Amon yang tengah menyeringai di depannya.

“Mr. Error...,” gumam Klein saat melihat tampilan pria muda berjubah hitam dengan monocle di mata kanannya. Samar-samar dia ingat jika dirinya tengah menghadiri pertemuan kelas atas, kemungkinan pencuri satu ini telah menculiknya. Ia hanya tidak tahu apakah sang raven mengirimkan kartu pada polisi atau tidak.

Uh, terlalu banyak berpikir saat bangun tidur itu bukan hal yang baik. Klein mencela diri.

Meski ia mengejek otaknya yang terlalu banyak menganalisis, dia tak bisa menghentikannya. Pasalnya Mr. Error selalu membuatnya sakit kepala. Ini memang bukan pertama kalinya dia diculik tanpa sebab, tapi setelahnya pasti menghasilkan situasi buruk dimana semua anggota polisi yang berlarian di seluruh kota.

Sebagai detektif ia memiliki rasa tanggung jawab tertentu untuk mengurangi dampak permainan yang sering dilakukan Mr. Error.

Dengan senyuman khas-nya, Amon membantu Klein untuk duduk menyandar di sandaran tempat tidur. Membuat sang detektif mengernyit sambil melirik pencuri tertentu yang sedang tersenyum 'lembut'.

Klein entah kenapa merasakan firasat buruk.

My, akhirnya kau bangun juga. Mr. Fool~"

Klein sedikit berjengit, jika dirinya sudah dipanggil dengan nada khas dan nama akun di situs misteri favoritnya. Situasinya akan berubah rumit. Meski ia tahu jika kekasihnya itu sangat tak terbaca, setidaknya dirinya masih percaya bahwa Amon tak akan melukainya.

Klein menghela napas, ia akhirnya mendapat jawaban kenapa dirinya ada disini. Pasti pencuri itu akan memilih beberapa target dari orang yang dia temui di pertemuan tadi. “Kau mengirim kartumu ke kantor polisi?"

Mendengarnya Amon mendekati Klein seraya menatapnya lekat. “Tempat lain juga bagus, apalagi aku memberi doodle yang lebih elegan sebagai cap.”

Klein balas menatap Amon yang wajahnya hanya beberapa senti darinya, ia yang sudah terbiasa dengan sifat sang pencuri pun mendesah malas. “Berapa banyak orang yang kau jadikan target? Bukankah bermain kejar-kejaran sudah membosankan?"

“Hm~ jika Mr. Fool ikut, kenapa tidak?” Amon bertanya penuh canda, ia mendekatkan wajahnya di telinga Klein dan berbisik. “Bermain denganmu adalah favoritku. Pilih tempatnya dan lakukan. Kau pasti percaya kemampuanku bukan?” tanyanya dengan nada seduktif.

Klein sedikit merinding mendengar nada yang dikeluarkan Amon, ia segera menjauhkan wajah sang pencuri dengan raut datar. “Terlalu melelahkan, mungkin aku akan bertanya pada beberapa detektif lain."

“Baiklah, aku akan dengan senang hati menerimanya.” Amon menjawab sambil menyeringai lebar.

"..."

Tidak, tidak! Bukan itu maksudnya. Klein hanya ingin meminta bantuan detektif lain untuk mencegah dampak kerusakan kekasihnya karena ia sendiri tak akan mampu menyelesaikan semuanya. Tapi Amon malah menyiratkan bahwa ia akan mengubah kenalan detektifnya menjadi target juga...

Saat Klein mencoba mencari jalan lain, ia tersentak ketika dirinya ditarik ke arah Amon yang membawanya ke dalam pangkuannya. "Apa maumu?" Ia merasa dirinya tahu kemana selanjutnya adegan terarah. Pipinya sedikit merona karena pemikiran liarnya.

Amon tidak menjawab dan malah menempelkan bibir mereka dalam cumbuan dalam dan panjang. Lengannya dengan cekatan membuka pakaian sang detekif--sebenarnya ia bisa melakukannya dengan satu petikan jari, namun saat ini ia ingin melihat ekspresi Klein yang merona dan berjengit saat ia melepaskan pakaiannya satu-satu dengan cukup sensual. Apalagi mendengar desahan tertahan saat ia tak sengaja menyentuh bagian vital yang masih terbungkus celana.

Sangat menarik untuk dilihat~

Ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, jadi Klein terbiasa menahan desahan yang keluar saat Amon dengan santainya mulai menciumi leher dan bahu sang detektif yang terekspos di depan matanya.

Jantung Klein berdetak sangat cepat. Keadaannya tambah memanas saat ia merasakan jemari Amon yang masih dibalut sarung tangan melepas kancing sampai semua pakaian yang ia pakai hilang.

Klein yang merasa sedikit kedinginan, melingkarkan tangannya di leher sang pencuri. Ia menciumnya dengan keras, seolah tak ingin kalah dengan dominasi sang kekasih. Toh, ia benar-benar menyukai lidah dan bibir Amon yang terasa manis.

“Mmph—“ desah Klein saat pasokan udara yang ia miliki habis. Amon pun melepas cumbuannya. Iris hitam di balik monocle menggelap saat mendapati sosok Klein memeluknya imut.

Pria muda bermanik cokelat itu masih terengah dengan bibir bengkak mengkilap dengan bekas saliva yang turun dari sudut mulutnya. Amon menjilat bibirnya nakal, ia memperhatikan tubuh telanjang Klein yang tengah duduk di pangkuannya. Kulit pucat itu mengkilap karena keringat akibat adegan panas barusan. Dirinya juga bisa mencium aroma khas sang detektif yang bercampur di ruangan.

Beautiful~” bisik Amon seraya memainkan telinga Klein dengan lidahnya. Mendengarnya, sang detektif mendelik dan hendak meninju, tapi karena tubuhnya lemah Klein hanya bisa menerima mulut Amon yang tengah mengingit telinganya. Tidak hanya itu, lengan sang pencuri mulai meraba dada Klein dan mengelusnya hingga sang detektif bergetar akan sentuhannya.

Klein menutup matanya saat sang pencuri kembali menghisap lehernya dan meninggalkan beberapa kissmark di sana. Yang dipanggil hanya bergumam ria dan memfokuskan diri untuk ‘menandai’ Klein. "Mana yang ingin ku panggil?"

Amon menghentikan gerakannya dan memandang Klein seduktif, iris onyx itu berkilat terang. “What~ kau tak bisa menebaknya?”

Klein memutar bola matanya bosan. Ia sudah menduga jika sang raven tengah menyiapkan sesuatu yang lain di ruangan ini. Mungkin permainan roleplayer?

Tapi ia tak terlalu peduli. Mengingat sifatnya yang posesif, meski ada rekaman Klein yakin tak akan pernah tersebar. Lagipula dia juga bisa menghapusnya nanti.

Right, ini malam pertamaku. Usahakan untuk tidak terlalu sakit. Mr. Error.” Balasnya sambil menyandarkan tubuhnya pada Amon.

Mendengarnya, sang kriminal menyeringai lebar dan kembali mencium bibir Klein lembut. Ia lalu mengecup pipi; hidung dan kembali pada telinga dengan lengannya yang memeluk sang detektif agar tak bisa kabur. Klein yang cukup kesal akan permainan Amon yang tak mau menciumnya dengan benar pun menggerakan tangannya untuk menangkup wajah sang pencuri dan menciumnya rakus.

Sang detektif menjilati bibir Amon sambil menutup matanya. Menyeringai senang akan keaktifan Klein, lidahnya pun menyambut sapuan sang detektif dan mengajaknya untuk berduel. Benda tanpa tulang itu beradu dengan saliva yang mengucur, keduanya terus beradu seolah tidak mau kalah. Amon yang tentunya usil, memilih untuk memilin puting Klein keras hingga sang detektif mendesah kencang dan memudahkannya untuk memenangkan duel tersebut.

“Aaahh--mmph--bastard--“ ucap Klein disela-sela lidah Amon yang tengah menginvasi rongga mulutnya dengan penuh semangat. 

"Aah!” protes sang detektif saat ia merasakan jemari Amon yang sudah tak dibalut sarung tangan tengah meremas ‘miliknya’ yang setengah menegang--takluk akan permainan Amon yang membuat libidonya naik--sekaligus efek samping tubuhnya yang masih uh perjaka sehingga ia lebih cepat terangsang.

Amon terus meremas milik Klein dengan gerakan sensual. “Ssh, tenang saja.” Bisik sang pencuri menenangkan. Ia lalu mendorong Klein untuk tidur di atas kasur dengan dirinya yang berada tepat di atas sang detektif. Lengan Klein terangkat untuk membawa Amon mendekat--membuat sang pencuri tersenyum misterius dan mengecup singkat bibir bengkak sang detektif lalu bergerak ke arah lain.

Klein melihat Amon menjauh dengan alis tertaut, ia memekik keras saat kedua lengan Amon tengah meremas miliknya dengan cukup kuat.

“Aaah--“ Tubuh Klein menegang saat ia merasakan benda hangat tengah membasahi miliknya. Kedua kakinya yang dicengkram oleh Amon otomatis mengunci Klein agar tak bisa bergerak banyak saat miliknya dilahap oleh mulut sang pencuri--membuat ia makin panas dengan perut yang berdesir aneh. “Ah--oh! Mr. Error!” desah Klein saat merasakan miliknya dikulum oleh mulut hangat Amon.

Mata hitam Amon menggelap, ekspresi Klein terlalu menarik untuk dilihat. Tak sia-sia dia melakukan persiapan. Ia merasa tak akan pernah bosan melihat raut erotis dari sang detektif.

Klein merasa jika Amon mulai memainkan miliknya dengan sangat hati-hati, dimulai dari jilatan lidah dan hangatnya rongga mulut membuatnya hanya bisa mendesah tak karuan sambil meremas helaian hitam Amon dengan tangannya. Kuluman demi kuluman makin terasa cepat dan sensual membuat Klein siap untuk ‘keluar’.

Aah--Mr. Error--i’m--nnhh--

“Keluarlah sesukamu~” gumamnya sambil sibuk mengulum milik Klein di mulutnya hingga getaran tiap kata yang diucapkan Amon menambah kesan seksi dan membuat sang detektif tidak tahan sampai akhirnya keluar di dalam mulut Amon.

“AAAh--“

Klein terkulai lemas dengan wajah memerah, ia tidak percaya bahwa sang pencuri malah menelan semua cairan putih miliknya dengan seringaian nakal. Manik cokelatnya menemukan Amon yang tengah menjilati bibirnya sambil melepas jubah hitamnya lalu melonggarkan dua kancing kemejanya.

Amon memandang tubuh Klein yang terbaring dibawahnya dengan lekat, napas terengah dengan wajah merona merah ditambah pandangan memelas yang tegambar di wajah sang detektif membuat benda di selakangannya hidup

You’re so cute~” bisiknya sambil kembali mencium Klein dengan tautan lidah--yang disambut baik oleh Klein hingga sang detektif kembali merangkulnya lembut. Ia mengambil kesempatan itu untuk membuka resleting celananya yang sudah sesak.

“Mmmph--“ Klein melenguh manis seakan menikmati pagutan yang Amon lakukan. Menyeringai akan aksinya, Amon perlahan membuka sebuah botol cairan dan menuangkannya pada jarinya dan bagian selatan tubuh sang detektif. Merasakan cairan asing membasahi bagian selatannya, kening Klein mengerut. Tubuhnya terlonjak saat merasakan sebuah jari tengah memasukinya dengan perlahan.

“Aah--“ Klein melepas ciuman Amon dengan mata tertutup. Rasanya aneh juga saat sebuah jari masuk ke dalam tubuhnya.

Amon mengecup kening Klein sambil mengelus helaian rambut sang detektif.

Klein mencoba tenang, tapi tetap saja aneh saat jari Amon bergerak-gerak di dalam tubuhnya.

“Akh!” sang detektif memekik saat merasakan jari kedua masuk ke dalam tubuhnya. Jari itu terus melebarkan lubangnya dengan pose gunting dan terus maju ke dalam untuk mencari sesuatu.

Amon yang melihat Klein mendesah manis di telinganya mempercepat gerakannya untuk mencari titik kenikmatan sang detektif. Ia makin menggerakan jarinya dan dihadiahi rintihan Klein yang semakin lama semakin indah di telinganya--hingga dirinya tidak sabar untuk mendengarkan teriakan sang detektif ketika ia meneriakan namanya berkali-kali dan memerintahkannya ‘faster’ atau ‘harder’. Pasti sangat bagus.

“Akh--nnhh--“ desis Klein nikmat saat jari Amon menyentuh sesuatu di dalam tubuhnya.

Bingo~” Menjilati bibirnya yang sempat mengering, Amon pun terus memainkan titik yang membuat tubuh sang detektif menggelinjang hebat.

Sementara itu Klein hanya bisa melenguh; mendesah dan mendesis saat jari Amon tengah memainkan lubangnya dengan ritme cepat hingga tubuhnya bergeliat menuruti gerakan jemari sang pencuri. Lengannya meremas seprai putih di sampingnya dengan mata tertutup, tiap tusukan yang Amon lakukan membuatnya kehilangan akal sehat sampai benda di selakangannya kembali mengeras hingga mengeluarkan cairan pre-cum.

Awalnya tusukan-tusukan itu memang terasa sakit--apalagi saat jari ketiga masuk hingga ia sedikit sulit untuk mengambil napas. Jika Amon tidak membungkamnya dengan ciuman dalam, mungkin Klein sudah menarik wajah sang pencuri untuk menciumnya sebagai penghilang sakit.

Melihat Klein yang sudah terbiasa dengan jari-jarinya, Amon pun mengakhiri permainan jari dan mendapatkan desahan protes dari sang detektif yang terlihat kehilangan. Ia menyeringai lebar dan mengecup singkat kening Klein.

Ready, ok?”

Klein hanya bisa mengangguk lemah, ia merasakan hawa panas tengah menerpa bagian selatannya. Maniknya membola saat benda keras yang ukurannya lebih besar dari jari sang pencuri menerobos masuk--membuatnya terasa penuh dan sakit.

“A--ah!”

Amon menunggu Klein untuk terbiasa dengan miliknya yang kini sudah tertanam penuh di dalam sang detektif. Ia melenguh pelan saat merasakan dinding Klein yang menghimpitnya hangat. Tubuhnya sudah tidak sabar untuk segera bergerak dan meng-klaim miliknya.

Mendapati Klein yang menatapnya dengan tatapan memelas--yang sangat manis--Amon pun mengangguk dan mengeluarkan miliknya dari dalam tubuh Klein sebelum memasukkannya lagi dengan cepat--membuat Klein memekik keras.

“Ah--ngh!“

Pinggang Amon terus maju dan mundur dalam ritme pelan, menggoda sang detektif untuk memohon padanya--pikirnya jahil.

Ritme pelan yang Amon lakukan membuat Klein sedikit frustasi, miliknya sudah menegang dan terasa sakit akan tetapi Amon malah dengan santainya melakukan proses in-out.

“Ada apa, Mr. Fool~?” tanya Amon saat melihat Klein yang mendeliknya kesal--meski sebagian wajahnya memerah dengan napas terputus, mulut merah mengkilap terbuka yang terlihat erotis--sukses menambah desiran nafsu sang pencuri.

“Kau tahu--mmn--kan?!” Klein berusaha berkata di tengah-tengah seks, mulutnya yang terus mendesah mengakibatnya kesulitan untuk mengatakan sesuatu.

Amon pura-pura tidak mengerti dengan maksud Klein, ia memasang wajah polos sambil menggerakan pinggulnya santai. “Kalau kau tidak mengatakannya aku tidak akan tahu~” godanya.

Faster--“ desis Klein kelelahan. Dirinya sudah frustasi karena sedari tadi tusukan Amon tidak mengenai bagian kenikmatannya. Dasar sadis, pasti Amon sengaja melakukannya agar ia memohon.

Amon pun mempercepat gerakannya untuk ‘memakan’ Klein, ia merasakan kejantanannya berkedut menandakan dirinya yang akan segera keluar. Dengan itu ia meremas milik Klein dengan tangannya agar bisa keluar bersama.

“Ah--let me--“ Klein mendesah frustasi, momen yang ia tunggu malah dihadang oleh lengan Amon yang menghentikkannya untuk ‘keluar’.

Amon menggerakan tubuhnya untuk memasuki lubang Klein dengan lebih dalam dan keras--hingga sang detektif kewalahan dan terus bergelinjang dengan wajah penuh keringat nan erotis. “No, say i love you and i will let you cum~

You--ah!“ Klein berteriak keras saat merasakan titik kenikmatannya dihantam dengan keras, ugh tusukan Amon saat ini sangat terasa dalam dan dengan tenaga berlebihan yang membuat tubuhnya serasa di belah dua--meski disisi lain terasa nikmat hingga ia akan melakukan apapun agar kenikmatan itu bisa ia raih.

Say it~"

“Aah--Mr. Error--i--“ Klein berusaha mengendalikan tubuhnya yang sudah terlena oleh permainan Amon. Ia ingin lengan Amon melepaskan miliknya. Ia ingin Amon menghantamkan miliknya ke dalam Klein dengan lebih keras. “I--I love you--“ ucapnya kesusahan.

Dengan itu Amon melepaskan remasannya dengan seringaian puas seraya menghantamkan miliknya dengan lebih cepat dan keras hingga Klein kembali berteriak nikmat.

Klein pun keluar diikuti dengan Amon yang menyemburkan benihnya di dalam tubuhnya. Sepintas Klein melihat si pencuri menyeringai setan saat ia mengucapkan kata I Love You. Memang apa yang Amon rencanakan? Dirinya yang terlalu lelah hanya bisa mengambil napas dalam-dalam sambil merasakan cairan hangat sang pencuri yang perlahan merembes keluar dari dalam lubangnya. Ugh.

Tanpa diketahui oleh Klein, Amon tengah menekan sebuah tombol dan asap hitam pun mengelilingi keduanya.

Mengerjap pelan, Klein melihat sosok Amon yang tengah menyeringai dan oh--kenapa si pencuri itu sama-sama telanjang? Ia pun merona saat melihat tubuh kekasihnya yang polos tersaji di depannya.

Klein~ bagaimana dengan ronde dua?” Amon menarik tubuh Klein untuk duduk dipangkuannya. “Kali ini pastikan untuk meneriakkan nama ’Amon’ dengan manis ya~”

“Huh?--Angh!” Sebelum Klein merespon, Amon tengah memasukan kembali kejantanannya ke dalam tubuh Klein dalam satu hentakan--membuat sang detektif kembali mengeras apalagi dengan lengan Amon yang terus mencubit putingnya; mulut lihainya yang tak berhenti untuk menghisap kulit tubuhnya dan bagian selatannya yang saat ini tengah dimasuki lagi dengan lebih dalam dan panas.

Pikiran Klein pun kembali dibuat melayang dalam euforia, menyisakan Amon yang kembali menyeringai nakal. Rencananya sudah selesai di ronde tadi, saatnya untuk ‘memakan’ sang detektif sampai puas.

Prepare yourself, Klein.” Bisik Amon seduktif. “Because i will fuck you so hard that you don’t remember anything except me that fills your body with my cum.”

Klein pun hanya bisa merona, meski dia tahu jika perkataan itu hanyalah kata-kata yang ditiru Amon dari buku yang dia baca agar permainan ini lebih menarik. Ia masih bisa mendapat dampaknya. Apalagi perkataan itu diucapkan dengan sangat serius hingga ia sedikit memercayainya.

Pikiran Klein tak sempat berkelana terlalu jauh, karena ia disibukkan oleh Amon yang tak membiarkannya memikirkan apapun selain sang pencuri.

.

.

.

Setelah melakukan hampir 4 ronde—yang menguras tenaga—Amon memperhatikan Klein yang tengah tertidur pulas. Ia kemudian melihat beberapa video target yang dia mainkan. Ekspresi mereka sangat beragam, kebanyakan kesal, marah, terkejut dan paling banyak ketakutan.

Sepertinya permainan akan maju sampai tahap ketujuh dimana mereka tak memiliki keinginan lagi untuk hidup. Toh Amon tak peduli.

Mengambil alat perekam di atas meja, Amon melihat video adegan tadi dengan lekat.

Hm, melihatnya secara langsung lebih menarik. Tapi tak apa, ini cocok untuk tambahan koleksi.

Amon pun berjalan ke ruangan sebelah, di mana banyak terdapat foto dan video Klein yang menempel di dinding. Bersenandung riang, Amon pun menutup pintu dan tertidur di samping Klein sambil memeluknya erat.

Klein adalah sosok yang paling membuatnya tertarik, jadi Amon tak akan pernah membiarkannya jatuh ke tangan orang lain.

Dalam kata lain Klein itu miliknya!

Dan dia akan menggunakan cara ekstrim lainnya bila ada orang yang menganggu hubungan mereka--tentunya tanpa melakukan kekerasan--bila kekerasan mental tak dihitung.

Klein Moretti, kau benar-benar telah terjatuh dalam jeratan seseorang yang terlalu posesif. Kita do’akan saja kalau kau bisa hidup bahagia selamanya dengan pasangan yang posesif berat layaknya Amon.

.

.

.

Remake from my old fanfiction~
Thanks for reading~

See you~

[Finished : 13 Des 2021]
[Published : 3 Jan 2022]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro