Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

A sweet surprise

Modern AU, Amon x Klein

❤️❤️❤️

Melempar keyboard frustasi, Klein Moretti memiliki wajah penuh keluhan. Jemarinya menghentak tuts keyboard dengan keras, menghasilkan suara nyaring di tengah ruangan sepi.

Akhir-akhir ini suasana Klein sedang sangat buruk, selain pikirannya yang tak bisa berhenti berkelana. Pekerjaannya juga bertambah banyak sampai ia tak bisa istirahat selama tiga hari penuh.

Dengan mata yang sudah seperti panda, Klein membanting mouse lalu menggeram tak tahan. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.

Persetan dengan deadline, pikirannya yang kacau tak bisa ia kendalikan. Toh, saat ini dia tidak kekurangan uang. Tak menyelesaikan 1 program pesanan, sama sekali bukan masalah.

Sebenarnya, Klein hanya menggunakan kapasitas pekerjaan sebagai pengalihan.

Dirinya yang tak bisa lepas dari kebutuhan, mau tak mau mulai merasakan urgensi. Seolah dirinya akan kehilangan kendali dan melakukannya secara paksa.

Jika dipikirkan lagi, meskipun dia akan melakukannya dengan paksa. Kekasihnya mungkin tak akan marah, sang raven malah akan tersenyum atau tertawa dan bertanya apa lagi yang akan dilakukan selanjutnya.

Sigh, tapi Klein tetap tidak mau! Entah kenapa ia merasa kalah jika memaksanya seperti itu.

Maka dari itu dia hanya bisa terus menahan dan frustasi sendirian. Sebagai manusia normal yang memiliki keinginan dan kebutuhan, pasti semua orang pernah merasakan dimana kalian ingin hal-hal intim bukan?

Klein sudah lelah karena selalu dihantui oleh mimpi basah yang kian menghantuinya setiap hari. Dengan mulut penuh cibiran, Klein hanya bisa mandi air dingin di pagi hari dan entah berapa kali mencuci selimut dan membeli yang baru.

Mengenai masalah ini, Klein tak bisa menyalahkan kekasihnya sepenuhnya.

Seandainya saja Klein tahu kenapa kekasihnya seperti itu. Ia kemudian teringat akan saat pertama mereka bertemu.

Pertemuan mereka sebenarnya hanya berawal dari kompetisi pembuatan game, saling men-hack satu sama lain dan kemudian bertemu hingga dirinya yang dikejar tanpa lelah selama setengah tahun.

Saat ini mereka sudah bersama selama hampir dua tahun. Hubungan keduanya bisa dianggap stabil, karena Klein sama sekali tidak pernah bisa bosan mengingat Amon sangat kekanakan dan sering menjahilinya.

Dimulai dari Klein yang tak sengaja menatap beberapa barang mahal tertentu dan besoknya benda itu muncul di mejanya, diikuti oleh pemberitahuan polisi bahwa ada kasus pencurian.

Sejak saat itu Klein mengetahui jika kekasihnya memiliki hobi mencuri, meski keesokan harinya barang tersebut sering dikembalikan karena Amon bosan memainkannya. Sesaat, ia merasa punya tugas lain untuk mencegah kekasihnya mengenai hobi tersebut.

Klein tahu jika Amon adalah anak keluarga kaya raya yang bisa hidup dalam kemewahan meski tanpa bekerja. Masa kecilnya yang kekurangan kasih sayang, membuatnya kekanakan dan sulit untuk dimengerti. Sampai sekarang Klein sendiri masih tidak yakin mengapa pemuda raven itu begitu tertarik dan menempel padanya tanpa mau lepas.

Namun, melihat betapa gigihnya Amon saat mengejarnya. Klein akhirnya luluh dan menerimanya, kehidupan monoton yang dia lalui pun perlahan berubah warna karena kekacauan yang sering Amon lakukan.

Apalagi saat beberapa kenalannya entah sejak kapan membeberkan masa lalu kelamnya di media sosial, atau beberapa yang lain yang tak pernah mengaku pernah mengatakan bahwa ia pernah pergi ke sana (distrik merah).

Lambat laun, Klein menemukan hal lain jika Amon sangat pandai menyamar. Baik itu paman, bibi, wanita, kakek, nenek, pria, bahkan remaja selama tingginya tidak terlalu berbeda jauh. Ternyata kekasihnya sering menyamar sebagai kenalannya yang sengaja berbicara dengan buruk di belakangnya.

Amon bisa dibilang merupakan kekasih yang 'baik'. Dia cukup sabar dan perhatian. Sikap melindunginya dari segala rumor juga patut dipuji. Meski Klein yakin Amon melakukan kejahilan pada semua orang karena dia bosan.

Yah, Amon memang kekasih yang cukup sempurna jika sifat menggoda, jahil dan 'unik'nya bisa sedikit diabaikan. Bahkan Klein sesekali ingin untuk menendangnya tanpa ampun saat kekasihnya berbuat ulah yang membuatnya naik pitam.

Apalagi ketika Klein bertanya mengapa Amon senang sekali mengganggunya, dengan wajah polos (yang tentunya akting, Klein yakin itu) Amon berkata jika dia senang melihat berbagai ekspresi yang tergambar di wajahnya.

Amon sukses mendapat tendangan penuh kasih sayang dari Klein saat itu.

Dirinya cukup bahagia dengan kehidupannya saat ini, satu-satunya yang disesalkan hanyalah kontak fisik. Ia selalu bertanya-tanya, mengenai mengapa Amon hanya memeluk ringan, mencium punggung tangan dan menggenggam jemarinya tanpa melakukan hal lebih.

Mendapatkan ciuman di bibir pun hanya saat ulang tahun Klein, atau dia sendiri yang berinisiatif. Mereka bahkan belum pernah mencoba ciuman lidah. Klein sesaat merasa terlena. Ia mulai berpikir jika kekasihnya itu tidak memiliki hasrat seksual.

Setidaknya jika hal itu memang benar, Klein akan tetap menghormatinya. Dia hanya merasa bersalah jika dirinya tiba-tiba bertanya mengenai masalah sensitif seperti itu.

Dengan begitu, ia mencoba beberapa kali untuk menggoda Amon dalam kontak fisik, tapi kekasihnya terlalu lihai atau dirinya yang tidak mampu melakukannya dengan benar. Sehingga akhirnya tidak berakhir sesuai yang Klein harapkan.

Melihat tanggal kalender, Klein membeku seketika. Karena ia terlalu sibuk mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan sementara Amon sedang tidak hadir karena dipanggil oleh Ayahnya. Klein lupa jika kekasihnya besok berulang tahun.

Ketika Klein mendapat pesan jika Amon akan pulang besok malam. Ia meremas ponselnya dengan kuat.

Kesempatan datang! Sekali-kali, dirinya yang membuat kejahilan untuk ulang tahun kekasihnya bukanlah hal yang buruk.

Klein menyeringai lebar, menanti-nanti mengenai ekspresi apa yang akan dikenakan kekasihnya mengenai kejutannya.

.

.

.

Amon membuka pintu dengan cara khas-nya (dengan membobol dan tak memakai kunci). Ia melirik ke ponselnya dan tersenyum ketika mendapati kekasihnya masih ada di rumahnya, tepatnya di kamarnya.

Berjalan melalui koridor, ia berbelok untuk menaiki tangga ke kamar.

Amon bersenandung sambil membuka pintu kamar.

Sang raven berkedip, onyx-nya melebar sedikit dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Jujur, ia cukup terhibur dengan apa yang dilihatnya.

Amom mendapati Klein yang hanya memakai kemeja putih miliknya  dengan tiga kancing atasnya terbuka tanpa memakai apapun lagi. Karena ukurannya yang sedikit besar, lengan bajunya hampir menutupi jemarinya dengan ujung kemeja yang mencapai paha mulusnya.

Oh, ia menantikan apa yang akan kekasihnya lakukan.

Klein tersenyum 'manis' dan melemparkan diri pada tubuh Amon. Dalam hati ia berusaha menahan malu dan memfokuskan diri untuk menjalankan rencananya dengan baik. Maka dari itu, ia segera memasang wajah memelas dengan pandangan berkaca-kaca.

"Amon~" panggil Klein dengan nada manja. Ia merasakan tubuh Amon sedikit tersentak entah kaget atau menahan tawa. Sayang sekali dia tidak tidak bisa melihat ekspresinya. Apapun ekspresinya Klein puas, terkadang ia benar-benar ingin mengganti ekspresi kekasihnya yang selalu tersenyum atau menyeringai nakal.

Melihat Amon yang tetap diam seolah menunggu apa yang akan dilakukannya, Klein tanpa pikir panjang meraih kedua tangan Amon dan memborgolnya.

Amon yang tiba-tiba diborgol lalu dilempar ke atas kasur hanya tertawa. Mata hitamnya berbinar, memperhatikan Klein dengan penuh minat.

Klein menahan tubuh Amon dan duduk di perutnya. Iris amber-nya berkilat, menatap sang kekasih lekat dengan penuh kasih sayang.

Menikmati permainan Klein yang tak terduga, Amon tetap diam dan patuh. Balas menatap Klein lekat.

"Sayang, kamu tidak melawan?" Klein bertanya manis. Pipinya memerah dengan nada lembut, membuat siapapun yang mendengarnya meleleh gemas.

"Sepertinya akan menyenangkan." Amon memperhatikan penampilan Klein dengan seksama, ia bisa menebak jika kekasihnya itu tidak memakai apapun di bagian bawah. Dirinya juga tahu saat Klein secara 'tidak sengaja' menggesek perut bawahnya. "Kapan dimulainya, dear~" bisik Amon ikut bermain.

Wajah Klein makin memerah, ia segera mencium Amon dengan lembut. Berbeda dengan ciuman singkat yang sering mereka lakukan, kali ini Klein memilih untuk menjilat dan menggigit. Seolah melampiaskan segala rasa frustasi tak terbendungnya setiap pagi.

Kelopak mata Klein setengah tertutup, dengan pandangan berkabut ia menangkup kedua pipi Amon. "Buka mulutmu."

Dengan itu, Klein melanjutkan sesi cumbuannya. Kali ini mereka saling memasuki mulut satu sama lain dengan kedua lidah yang berbelit seolah sedang berdansa.

Setelah kekurangan oksigen, Klein melepas ciumannya dan melihat Amon yang menatapnya dengan bibir yang sedikit bengkak dengan pakaiannya yang kusut. Klein dalam hati tertawa melihatnya, jarang sekali mendapati kekasihnya yang terlihat berantakan.

Tangan Klein melepas beberapa kancing kemeja Amon dan mulai memberikan beberapa tanda, jemarinya terus turun sampai menggenggam bagian bawah yang masih lembut.

Setelah beberapa saat menggoda, Klein memaksimalkan keterampilan aktingnya hingga terlihat seperti seseorang yang dipaksa meminum obat perangsang. Memohon untuk segera dijamaah.

Akan tetapi, reaksi Amon yang tetap tak berubah dan hanya menontonnya seolah tengah melihat sesuatu yang menarik. Membuat nafsu Klein hilang seketika, entah kenapa ia merasa sangat dingin dan tidak nyaman.

Menghela napas lelah, Klein memilih untuk berhenti. Ia masih menghormati kekasihnya. Jika Amon memang tidak memiliki kecenderungan seksual atau tak ingin melakukannya. Klein tidak akan memaksa.

"Oh? Sudah berakhir?" Amon entah kenapa terdengar kecewa. Borgol yang dipasang Klein, entah sejak kapan sudah terlepas.

Klein tertawa lalu menyeringai kecil. "Heh, setidaknya aku berhasil membuatmu terkejut, sedikit mematung dan tersentak! Usahaku tidak sia-sia!" Jawabnya bangga. Mencoba menyembunyikan rasa kecewa yang langsung sirna dengan keteguhan hati.

Klein berpikir jika Amon memang tidak tertarik dengan hal itu. Ia akan menemukan cara lain untuk mimpinya. Lagipula dia tidak ingin berpisah dengan Amon. Mengenai hal itu, mungkin beberapa 'barang' bisa membantu.

Sang raven melihat Klein turun dari kasur dengan penuh minat, apalagi saat dia tidak sengaja melihat bagian belakang yang terlihat empuk. Kekasihnya benar-benar tidak memakai apapun. Mencoba menggodanya meski Amon yakin jika kekasihnya menahan rasa malu yang sangat besar. Oh, dia sangat terhibur dengan usaha Klein.

Membawa sebuah kue di tangan, Klein menyimpannya di atas meja. Ia juga mengeluarkan kado lalu menyuruh Amon untuk meniup lilin.

"Selamat ulang tahun!" Klein tersenyum lembut. Dia duduk di tepi kasur seraya menyerahkan kue tersebut.

"Kejutan tadi hanya untuk ulang tahunku?" Amon bertanya sambil memandang Klein yang entah kenapa sedang memaksa diri untuk tersenyum. Sudah jelas suasana hatinya tidak terlihat bagus.

"Tentu saja, memangnya aku bisa melakukan hal genit dan centil seperti itu setiap hari? Aku bukan dirimu yang selalu kekanakan dan haus perhatian." Klein menjawab dengan keluhan. Kali ini semua rasa suramnya menghilang.

"Hahaha...," Amon kemudian tertawa, kekasihnya sangat cepat mengubah ekspresi. Ia menaruh kue di atas meja dan segera menarik Klein ke atas kasur dan menekannya.

Klein memasang wajah tanya. "???"

"Oh dear Klein~ apa menurutmu aku tidak tahu apa yang coba kau lakukan?"

Rona merah tipis menjalar di pipi Klein, ia terlihat tergagap. Amber-nya terus melirik ke arah lain seolah tak ingin menatapnya.

"Aku senang melihatmu frustasi." Amon menangkup dagu Klein agar tak bisa menghindari tatapannya. Sang raven tersenyum, manik hitamnya mengerling penuh dengan godaan.

Klein tercengang, mengingat sifat kekasihnya yang unik ia segera memutar otaknya. Akhirnya dia menemukan analisis kacau yang membuatnya marah, sedih dan sedikit senang.

"Kamu sengaja." Klein tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini. Ia marah karena Amon telah menutup mata terhadap tindakan memalukan dalam menggodanya. Sedih pada dirinya yang bodoh untuk tidak segera melakukan hal ini sejak lama. Dan senang karena Amon kemungkinan masih 'normal'.

"Jadi bagaimana menurutmu?" Amon berkata dengan nada suara rendah. Ia bahkan sengaja meniup napasnya ke telinga Klein.

Seluruh tubuh Klein bergidik, ia memandang Amon dan tak bisa menahan rasa gembira. Meski dia marah karena Amon sempat mempermainkannya untuk tidak mengambil kontak fisik lebih jauh untuk melihatnya frustasi. Klein masih ingin bercinta dengan kekasihnya.

Dirinya ingin mempererat hubungan keduanya.

Ketika Klein mengingat jika Amon sama sekali tidak 'bangun' bahkan setelah ia mainkan beberapa kali, ekspresinya berubah skeptis.

Ditatap aneh oleh Klein, Amon menyeringai. "Aku orang yang sabar. Hanya saja, sekali aku kehilangan kesabaran, dampaknya akan sangat besar. Tertarik?"

Tentu saja Klein mengangguk, ia sudah memutuskan bahwa dirinya akan menghabiskan waktu tua bersama dengan Amon. Bahkan ia diam-diam menyembunyikan cincin di dalam kue.

Sayangnya mereka akan menemukannya nanti.

Saat ini keduanya sibuk untuk berciuman; melepas pakaian satu sama lain; saling menggigit dan bercinta dengan bahagia.

.

.

.

Klein terbangun dengan seluruh tubuhnya yang sangat sakit. Dampak yang disebutkan oleh kekasihnya itu sangat luar biasa, dirinya sampai pingsan beberapa kali tapi Amon masih tetap setia bermain. Astaga, Klein tidak tahu apakah dirinya akan terbiasa dengan intensitas libido milik Amon.

Melirik tubuhnya yang tengah dipenuhi dengan bercak merah, Klein tersipu. Ia memperhatikan jika tubuhnya telah bersih. Sepertinya Amon dengan baik hati telah memandikannya. Klein pernah membaca jika hal di dalam tubuhnya tidak segera di keluarkan itu akan menyebabkan demam. Apalagi tadi malam mereka sama sekali tidak menggunakan pengaman.

Saat Klein mengangkat tangannya ia tertegun, di jari manisnya kini telah cincin familier. Dia lalu mengalihkan tatapannya pada Amon yang baru saja masuk ke dalam kamar sambil membawa sarapan.

"Kamu...,"

"Ssh~" Amon menyimpan sarapan lalu membawa sebuah kertas dan memberikannya pada Klein.

Itu bukan sembarang kertas, tapi sebuah sertifikat pernikahan. Kini mereka berdua telah resmi menjadi suami-suami.

"Terima kasih atas hadiahnya." Amon tersenyum lalu mencium dahi Klein lembut. "Lalu, apa kau suka balasan hadiahku?"

Klein tertawa, ia memeluk Amon erat dengan penuh kebahagiaan. Meski ia terkejut karena Amon dengan mudah mendapatkan sertifikat tanpa sepengetahuannya, dia tak keberatan. Justru hatinya sangat lega karena akhirnya mereka bisa bersama secara resmi.

Tanpa mempedulikan sarapan, keduanya kembali saling tertaut dan terjerat dalam erangan panas yang penuh kenikmatan dunia.

END

Selamat ulang tahun Amon!

Klein mengirim hadiah cincin padamu, lalu kau mendaftarkan Klein tanpa sepengetahuannya untuk mendapatkan sertifikat pernikahan.

Wow, tindakan bagus nak!

Semoga kalian bahagia selamanya~

Yoru

[Finished : 01 Jan 2022]
[Published : 03 Jan 2022]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro