Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN 9 - BERHARAP LAGI

Berapa kali aku katakan pada diriku, untuk tidak berjalan di tepian hatimu. Tapi tetap saja, ia enggan untuk beranjak. Ia lebih bahagia berdiri di tepian hatimu, memandangi hati lain yang sedang bercengkrama denganmu.

Amira Azzahra

---------------------------

Amira yah?" suara barinton mengagetkan Amira yang sedang memakai sandalnya.

"Loh, kamu Jefri kan? Sedang apa disini?" Amira terkejut saat mendapati Jefri juga berada di mushola. Apa jangan-jangan Jefri juga melihat Amira menangis? Dan bodohnya Amira malah menanyakan sedang apa di mushola. Ya jelas-jelas ke mushola ingin sholat masak mau beli sayuran?

Jefri mengerutkan keningnya saat melihat mata Amira sangat sembab. Tetapi ia tidak berhak untuk menanyakan dan mencampuri urusan Amira. Jefri tersenyum simpul, "Aku habis ngatar buku-buku untuk ditaruh di rak mushola. Ngantarnya ke takmir mushola. Itu rumahnya," tangan Jefri menunjuk rumah yang terletak di samping mushola.

"Itu buku kamu?"

"Itu buku Abi dan Umi. Mereka penyuka buku. Sebagian bukunya disumbankan ke mushola ini atau nggak ke panti," tutur Jefri menjelaskan pada Amira. Mata Amira berbinar. Ia membayangkan diposisi Jefri pasti menyenangkan. Mempunyai orang tua yang hobinya mengoleksi buku-buku. Ah tidak-tidak, Amira menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak seharusnya dia membayangkan seperti itu. Ia tetap bersyukur akan keadaan sekarang.

"Kak Jefri?" panggil Amira yang membuat Jefri menoleh ke arahnya.

Jefri terkekeh, "Kamu tidak perlu panggil kakak, kita seumuran."

"Seumuran? Aku kira kamu seumuran sama Kak Fatih," Amira mengira bahwa Jefri seumuran dengan Fatih karena wajahnya. Mungkin Fatih yang wajahnya terlalu muda atau Jefri yang terlalu tua. Amira terkekeh.

"Em, aku boleh pinjam salah satu buku itu nggak?" ucapnya sembari memasang senyum cengiran kuda.

"Boleh kok. Kalo mau pinjam, pinjam aja. Emangnya kamu mau pinjam buku apa?"

"Em, Sakinah Bersamamu karyanya Kak Asma Nadia." ucapnya sembari menunduk. Ia menggerutu dalam hati. Untuk apa dia meminjam buku Sakinah Bersamamu. Sebelumnya ia tidak pernah membaca buku berbau pernikahan. Tapi sekarang ini dia meminjam buku Asma Nadia yang berjudul Sakinah Bersamamu.

Jefri mengerutkan dahinya, ia tidak menyangka Amira meminjam buku berbau pernikahan. Jefri pikir, Amira akan meminjam novel-novel dari Uminya. Ternyata dia malah meminjam buku berbau pernikahan.

Jefri tersenyum sekilas, "Buku itu bagus kok Ra, aku pernah meminjamnya dari Umi. Ya sudah nanti aku bilangin ke Umi. Em, bukunya nanti aku titipkan ke Fatih,"

"Syukran ya Jef," ucapnya pada Jefri yang mau meminjami buku milik Uminya. Jefri tersenyum dan mengangguk.

Amira menghela nafas panjang.

"A-aku pamit pulang dulu yah?" ucapnya pada Jefri.

Jefri mengangguk kembali. Ia tersenyum, "Fii Amanillah," ucapnya pada Amira. Amira mengangguk senang. Ia berjalan meninggalkan Jefri yang masih mematung di tempat.

Amira harus kembali ke rumah. Entahlah apa yang terjadi nantinya. Amira hanya berdoa agar semua bisa baik-baik saja. Orang tua Amira dapat menjadi pasangan yang diridhoi Allah. Tidak ada lagi masalah pelik yang ada di keluarganya.

Amira mulai tenang. Emosinya sudah mulai dapat diatur. Ia berjalan menuju rumahnya.

***

Selepas sholat magrib, di sebuah gazebo belakang rumah, terdapat sepasang dua insan yang saling bersenda gurau. Ustadz Adi dan istrinya sedang bergurau layaknya dua anak muda yang sedang dimabuk asmara. Tak henti-hentinya Ustadz Adi menjaili istrinya. Sesekali istrinya memukul ringan lengan Ustadz Adi dengan buku yang berserakan di samping duduknya. Beginilah kebiasaan Ustadz Adi dan istrinya ketika terdapat waktu senggang, selalu memanfaatkan waktu untuk bercanda ria dengan pasangan.

Bagi Ustadz Adi istrinya adalah bidadari surganya. Ustadz Adi selalu mencontoh Rasulullah ketika bercanda dengan Aisyah, hal tersebut yang membuat kedekatan mereka dicatat oleh langit. Seorang suami adakalanya ketika istri bercerita akan lelahnya dalam bekerja mengurus rumah tangga, ia harus mengerti dan menanggapi akan kelelahan istrinya. Mengajaknya diskusi dan bercanda setiap malamnya. Agar istri tak lagi merasa bahwa masalah tersebut adalah beban. Justru masalah tersebut adalah sebuah ibadah untuk terus berbakti pada suami.

"Umi, Abi, Jefri ganggu ya?" ucap Jefri menghampiri mereka, ketika mereka sedang asik bercanda ria.

"Eh, anak ganteng Abi. Nggak ganggu kok, emang gini seharusnya suami istri itu. Harus sering-sering bercanda biar mesra. Romantis nggak padang umur, nanti kalo kamu udah punya istri juga bakal tau sendiri gimana rasanya becanda yang halal, iya nggak bidadariku?" tutur Ustadz Adi sembari merangkul bahu istrinya.

Jefri memutar bola matanya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perlakuan Abinya yang selalu membuatnya mual jika bermesra-mesraan di depannya. Dalam hati Jefri, boleh bermesra-mesraan bareng istri. Tapi tahu tempat, yang jomblo cuma bisa gigit jari.

"Ada apa Nak, tumben kamu malam-malam nyusul kesini? Biasanya juga ngurung diri di kamar sambil baca buku," ucap Uminya sembari merapikan buku-buku yang berserakan di gazebo.

"Em Umi, Jefri boleh pinjam buku punya Umi?" tanyanya ragu pada Uminya.

"Buku apa? Tumben kamu pinjam buku punya Umi," Umi mengerutkan dahinya. Tidak biasanya anak tunggalnya memiliki selera buku yang sama dengannya. Sebelumnya Jefri tidak pernah meminjam buku miliknya. Paling sering dia meminjam buku tafsir qur'an pada Abinya.

"Bukunya Asma Nadia yang judulnya Sakinah Bersamamu,"

Mendengar kalimat yang diucapkan anaknya,Ustadz Adi dan istrinya terkekeh. Sampai-sampai Ustadz Adi tidak henti-hentinya tertawa. Jefri bingung melihat ekspresi kedua orang tuanya yang tidak berhenti tertawa saat dia mengucapkan kata itu. Ia bingung apa yang salah dari ucapannya.

"Emangnya kamu sudah siap Abi nikahkan?" tanya Ustadz Adi pada Jefri.

"Hah? Kenapa bahasnya ke nikah? Bu-bukan Jefri yang mau pinjam. Ta-tapi Amira," jawabnya. Namun, ketika mengucapkan kata 'Amira' Jefri menunduk. Tak berani menatap kedua orang tuanya.

"Amira? Amira siapa? Calon mantu Abi?" ucap Ustadz Adi sembari terkekeh. Istri Ustadz Adi menyenggol lengannya. Suaminya itu terkadang ketika bercanda dengan anaknya kelewat batas. Mentang-mentang Jefri anak laki-laki sekaligus anak tunggal. Ustadz Adi sering sekali menjahili anaknya agar cepat-cepat mencari pasangan seperti layaknya Ustadz Adi dan istrinya yang menikah diusia muda. Tapi Jefri tetaplah Jefri yang tidak pandai membuka hati dengan seorang perempuan.

"Adiknya Fatih,"

"Oh itu, sepertinya Abi pernah lihat dia. Fatih pernah cerita kalo adiknya seumuran sama kamu. Em, Jadi kapan nih kira-kira Abi nganter kamu datang khitbah dia,"

"Abiiiiiii," ucapnya sembari mendelik pada Abinya. Sontak saja Ustadz Jefri kembali terkekeh. Istri Ustadz Adi mencubit pinggang suaminya yang tak henti-hentinya menjahili anaknya.

"Sudah-sudah nanti Umi carikan bukunya," ucap Uminya sembari tersenyum pada anaknya.

Jefri mengangguk dan tersenyum pada Uminya. Ia kembali masuk ke rumah meninggalkan Umi dan Abinya yang masih bercengkrama di gazebo rumahnya. Sejenak, Ustadz Adi menggeleng-gelengkan kepalanya memikirkan putranya yang sudah tumbuh dewasa. Namun, masih enggan untuk bercerita dengan kedua orang tuanya masalah percintaan.

***

Di waktu yang sama dengan tempat yang berbeda, Amira duduk di meja belajar kamarnya. Ia masih memikirkan orang tuanya yang masih diam satu sama lain. Ia tidak bisa fokus belajar. Amira selalu menepis pikiran negatif yang ada di otaknya.

Ia menghela nafas panjang, "Amira kamu harus fokus belajar," ucapnya memberi semangat pada dirinya sendiri.

Ting...

Suara pesan masuk dalam ponsel Amira berbunyi. Amira tak segera membukanya karena ia mengira bahwa pesan yang masuk pasti dari operator. Syukur-syukur jika ponselnya ramai notifikasi pasti pesan dari grub. Entah grub mata kuliah, grub kajian, ataupun grub-grub lainnya.

Amira beranjak mengambil cemilan di atas nakas samping ranjangnya. Malam ini dia sangat lapar. Belajar tidak konsen, perut bunyi terus. Amira memang seperti ini, jika belajar ia pasti menyediakan cemilannya di kamar. Namun tetap saja, tubuhnya tetap kurus.

Amira beristirahat sebentar. Ia mengambil ponselnya yang berbunyi terus dari tadi. Tidak biasanya notifikasi whatsapps ramai.

35 pesan belum dibaca,

Jari jemarinya membuka screen lock ponselnya. Ia membuka aplikasi chating berwarna hijau tersebut. Matanya membulat ketika ia melihat saat salah satu chating yang belum dibuka menampilkan nama grub yang sangat aneh.

"Witing trisno jalaran soko kulino?" Amira terkekeh membaca nama grub tersebut. Ia membuka grub tersebut.

Reyhand membuat grub.
Reyhand menambahkan anda.

Reyhand
Grub baru menetas
ramaikan genkz...

Nadya
Kebiasaan deh
kamu yang....

Bersambung....

Malang, 7 September 2018

Assalamualaikum, Update lagi Amira Azzahra.
Enjoy and read it
Jazzakumullah khairan,
Jangan lupa follow author atau tambahkan ke perpustakaan kalian yah...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro