Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN 7 - MENCINTAI KEHILANGAN

---Aku cemburu pada dia yang  membuatmu bahagia. Sedangkan aku hanya angan-angan semata. Setiap saat mendekap luka pengharapan---
---------------------------------------------

“Ali...,” panggil seorang gadis seumuran dengan Ali dan Amira dari sebrang jalan sembari melambaikan tangannya pada Ali. Ali dan Amira menoleh ke arah sumber suara. Gadis itu memakai kerudung pasmina abu-abu. Senyum manis tercetak di bibir gadis itu. Lesung pipi menambah kadar kecantikan yang dimilikinya.

“Vina?”gumam Ali sembari mengerutkan keningnya memastikan bahwa itu Vina. Amira tidak mengenali seseorang yang memanggil Ali. Namun wajah gadis itu tampak familiar di mata Amira. Berkali-kali Amira memutar ingatannya agar mengingat gadis tersebut. Namun sama saja, mungkin Amira terlalu pelupa sampai ia tidak mengenalinya.

Gadis itu berjalan menghampiri Amira dan Ali. “Sayang kamu ngapain disini? Terus muka kamu bonyok kayak gini kenapa? Kamu jahat nggak cerita sama aku,” Ali mendapat ribuan pertanyaan dari Vina. Amira yang mendengar gadis itu memanggil Ali dengan sebutan sayang, memunculkan pertanyaan yang tidak perlu dijawab dalam hatinya. Entahlah siapa Amira? Dia tidak berhak atas kehidupan Ali. Apalagi keadaan Ali seperti ini membuat Amira merasa bersalah lagi.

“Aku nggak papa, ini cuma kecelakaan dikit.” Tutur Ali sembari menarik ujung bibirnya membentuk senyuman tipis.

“Kecelakaan dikit gimana? Muka udah lebam-lebam.” Vina mengerutkan dahinya. Sepertinya dia tidak terima karena Ali tidak memberi tahu tentang keadaannya. Vina melirik  Amira yang berada di samping Ali. Gadis yang sangat familiar di mata Vina. Namun Vina tidak mengenalinya. Sesekali dia memicingkan matanya melihat Amira.

“Tunggu, bukankah kamu Amira?”

“I-iya, saya Amira.” Jawab Amira dengan senyum meneduhkan.

“Ra, ini aku Vina temen SD kamu. Masak kamu lupa sih?” Amira lagi-lagi memutar ingatannya. Memicingkan matanya mengingat Vina teman SDnya. Dasar Amira pelupa!

“Vi-vina? Vinanda Fadila Gunawan?” tanya Amira memastikan bahwa tebakannya tidak salah.

“Iya Ra, ini aku Vinanda. Vina yang cantik sahabat kamu dulu,”

“Long time no see Vin,” Amira memeluk Vina yang dulu menjadi teman seangkatan di SD. Dan dulu dia juga sering bermain ke rumah Vina. Tapi semenjak Amira ikut neneknya pindah ke luar kota jadi mereka harus berpisah.

“Eh, sayang kok kamu sama Amira bisa barengan disini?” tanya Vina pada Ali.

“Ta-tadi aku ketemu Ali di jalan Vin, jadi sekalian aku antar kesini,” Alibi Amira pada Vina. Agar Vina tidak sakit hati. Mungkin ini yang bisa Amira lakukan agar sahabatnya tidak salah paham.

“Ya sudah, aku pulang dulu yah?” Amira meminta izin pulang terlebih dahulu. Ia meninggalkan Ali dan Vina yang masih mematung ditempat. Dengan senyum yang disembunyikan dan jantung yang bergemuruh Amira berjalan meninggalkan mereka.

***

Berandai-andai mendapatkan apa yang diinginkan sama halnya dengan menyuapi banyak imanjinasi namun dijatuhkan sendiri. Mengagumi seseorang dalam kurun waktu yang lama, sedangkan yang dikagumi menjatuhkan hatinya dengan orang lain itu benar-benar menyakitkan. Tidak habis pikir, Amira ingin mengabaikan perasaan pada Ali. Namun semakin diabaikan semakin tidak bisa untuk mengikhlaskannya. Amira menyadari bahwa perasaan ini datang dari Allah.

Terlihat Amira duduk disebuah sofa biru yang terletak di teras depan rumahnya. Ia sedang memainkan jarinya di depan laptop kecil warna putih. Tampaknya ia sedang tidak fokus, dan pandangannya kosong.

Allah, Amira terlalu bodoh menyimpan rasa pada Ali. Ucapnya dalam hati.

Di dalam layar laptop Amira, menunjukkan sebuah foto anak-anak berseragam sekolah  yang sedang bermain bola kasti. Jari Amira menggeser kursor laptopnya. Dan menunjukkan gambar dua anak memakai seragam sekolah sedang mengecat dan mengukir topeng dari tanah liat. Mereka tampak tertawa dan riang. Amira melihat dengan senyum getir.

“Adikku lagi ngapain? Di teras sendirian,” ucap seseorang laki-laki yang tiba-tiba menarik kursi di samping Amira.

Iya, dia adalah kakak kandung Amira. Selisihnya terpaut 4 tahun. Terkadang ketika Amira dan kakaknya jalan berdua, orang-orang sering mengira Amira pacar kakaknya bukan adiknya. Ya, nasib kakak adik jomblo.

Amira yang melihat tiba-tiba ada kakaknya duduk di sampingnya, langsung menutup laptop, “Kak Fatih ngagetin!”

Amira mengerucutkan bibirnya melihat ekspresi kakaknya sedang menahan tawa.

“Percuma Ra, Kak Fatih udah tahu semua,” Fatih masih menahan tawanya saat Amira ingin memukulnya.

“Apaan sih, sok tau ah!”

“Mau ikut kakak nggak?”

“Kemana?"

“Kamu siap-siap gih, Kakak ajak kamu ke Kajian Ustadz Adi Khoirul Umam,”

Amira mengerutkan dahinya, “Ustadz siapa lagi itu kak?”

“Nanti kamu juga bakal tahu,”

***

Amira mengenakan gamis hitam yang dibalut dengan renda di sekitar pinggangnya. Kerudung lebar warna merah muda tercetak di kepalannya. Senyum simpul meneduhkan tercetak di bibirnya yang membuat aksen kecantikan bertambah. Sedangkan Fatih menggunakan jubah muslim laki-laki warna hitam. Senyum di bibirnya mengembang melengkapi aksen ganteng yang dimiliki dan membuat banyak emak-emak yang datang di kajian jadi pengen menjadikan mantu idaman.

Fatih berjalan memasuki Masjid dan Amira mengekor di belakangnya, “Dek, kakak masuk dulu yah,”

“Iya kak,”

Amira memasuki masjid di area putri. Banyak para jamaah ibu-ibu yang sudah berkumpul. Ia mencari tempat duduk di shaf paling depan. Kebetulan di sana masih ada tempat yang kosong.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” terdengar suara Ustadz Adi Khoirul Umam di atas mimbar.

“Apa kapar para jamaah yang hadir disini?” ucapnya lagi ke arah para jamaah yang sudah siap mendengarkan kajiannya.

“Baik...,” teriak riuh para jamaah masjid.

“Barakallahu, kita semua ada pada lindungan Allah.” Tutur ustadz Adi

“Nah terus hati para jamaah apa kabar hari ini?” tanya ustadz Adi lagi sembari mengangkat mic yang dipegangnya.

“Alhamdulillah Pak Ustadz baik” Ucap beberapa akhwat yang ada di serambi kiri. “Ngenes Pak Ustadz,”

“Galau Pak Ustadz,”

“Remuk Pak remuk,”

Suarana kajian tampak riuh dengan beberapa orang yang saling sahut menyaut pendapatnya. Amira hanya diam sembari tersenyum melihat banyak orang yang antusias menjawab pertanyaan Ustadz Adi. Sontak saja Ustadz yang berusia hampir genap lima puluh tahun itu tertawa dan senang karena jamaah yang ada di masjid antusias menikmati kajian yang ia sampaikan.

“Saudaraku yang dimuliakan Allah, mengapa hati kalian merasa kecewa yang berlebih, sedih, gelisah, galau, remuk itu karena kalian sering berharap kepada manusia. Contohnya nih ya, masalah yang paling rumit diantara masalah sekitar kita yaitu cinta. Di saat kita jatuh cinta, pasti kita menaruh banyak harapan bahwa orang yang kita cinta melabuhkan hatinya juga pada kita. Kita selalu memikirkan betapa manisnya senyumnya, bagaimana indah parasnya, sifatnya, dan menurut kita itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Lalu kita membayangkan apakah dia juga memiliki perasaan yang sama ke kita dan berharap dia akan menjadi jodoh kita? Namun ternyata harapan kita tidak sesuai kenyataan. Dia yang kita cinta ternyata melabuhkan hatinya pada orang lain. Dari situlah kita menganggap bahwa jatuh cinta itu sangat menyakitkan bukan? Ketika Allah melihat hambanya mengharapkan manusia maka Dia yang Maha Mengetahui akan cemburu. Bagaimana bisa hamba-Ku yang Aku cintai mengharapkan selain Aku.” Ustadz Adi diam sejenak dan tersenyum ke arah semua jamaah sebelum melanjutkan kajiannya.

“Imam Syafi’i berkata ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpahkan ke atasmu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu berharap kepada-Nya. Lalu bagaimana agar kita tidak terjerat dari sakitnya sebuah pengaharapan? Kita serahkan semua urusan hanya kepada Allah. Allah yang maha membolak-balikkan hati manusia. Bisa jadi hati kita sekarang condong ke dia yang kita cintai. Dan bisa jadi pula hati kita nantinya akan condong ke orang lain. Coba untuk lebih tenang tidak menyalahkan takdir dan ketetapan Allah. Selalu libatkan Allah disetiap apa yang kita hadapi. In shaa Allah hati kita akan tenang, damai dan selalu bahagia. Saya pun seperti kalian sekalian dulu. Saya manusia saya juga pernah berharap dengan sesama manusia dan cinta yang salah. Tapi saya belajar mencoba terus dan terus untuk selalu berharap pada Allah. Agar hati ini tidak kosong dan terjebak dalam harapan yang salah. Alhamdulillah Allah kirimkan saya bidadari surga yang selalu mendukung saya dalam berdakwah.” Tutur Ustadz Adi sembari menampilkan senyum simpulnya.

“Mungkin kajian minggu ini Ana tutup dengan bacaan doa penutup majelis. Semoga hati kita selalu terikat dengan Allah SWT dimanapun dan kapanpun kita berada.”

“Ya robbana’tarofna - bi annanaqtarofnaa Wa innanaa asrofna - wa ‘ala lazho asyrofna Fa tub ‘alaina taubah - tagsilu kulla haubah Wastur lanal ‘aurootii - wa aaminirrou’atii Waghfir li waalidiinaa - robbi wa mauluudiinaa Wal ahli wal ikhwaani - wa saairil khillani Wa kulli dzi mahabbah - aw jiirotin aw shuhbah Wal muslimiina ajma’ - aamiina robbiyasma’ Fadhlaw wa juudammanna - laa bik tisaabim minnaa Bil mushtofar rosuuli - nuhzho bi kulli suuli Sholla wa sallam robbi - alaihi ‘addal habbi Wa aalihi wa shohbi - ‘idaada tosysyis suhbi Wal hamdu lil ilaahi - fil bad i wat tanaahi Arti Bahasa Indonesia ya robbana tarofna. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin”

“Ya Allah kami mengaku kami banyak melakukan dosa, Dan sesungguhnya kami berlebih-lebihan sehingga nerakalah yang layak bagi kami. Maka terimalah taubat kami, taubat yang bisa membersihkan dosa-dosa, Dan tutuplah aib-aib kami. Selamatkanlah kami dari kebodohan. Ampunilah kedua orang tua kami duhai Rabb ampuni juga anak-anak kami, ampuni keluarga kami, saudara-saudara kami dan seluruh kekasih kami. Ampuni juga setiap orang yang memiliki cinta kasih tetangga dan sahabat kami, juga kaum muslimin seluruhnya Dengarkanlah do’a kami Ya Rabb. Dengan karunia dan kedemawan-Mu tanpa berusaha dengan susah payah, dengan kemulyaan Rasul pilihan semoga kami memperoleh setiap yang kami panjatkan. Shalawat serta salam ya Rabbi semoga tetap atasnya sebanyak bilangan biji, dan keluarga serta sahabatnya sebanyak bilangan rintik gerimis. Dan segala puji bagi Allah dalam permulaan dan pengakhiran. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Semua jamaah meng-Aamiin-kan doa Ustadz Adi. Beberapa Akhwat beranjak dari tempat duduknya dan bersalaman dengan sesama jamaah. Begitu pula dengan Ikhwan yang ada di shaf depan juga bersalaman sesama jamaah ikhwan. Amira merasa hatinya sedikit tenang setelah mendengar kajian dari Ustadz Adi. Ia merasa lebih baik kehilangan pengharapan yang salah dan menyakitkan dari pada harus kehilangan Allah yang ia cintai. Usai Amira bersalaman dengan jamaah lainnya ia keluar dari masjid dan menunggu sang kakak untuk pulang bersama.

“Kak Fatih lama banget dimana sih?” gumamnya clingak-clinguk mencari keberadaan Sang Kakak.

Bersambung...

Malang, 30 Juli 2018

Assalamualaikum dear, ini hari senin jadi aku up ceritanya mbak Amira.
Jangan lupa vote
Jangan lupa follow me
Jangan lupa simpan di perpustakaan kalian yah
Terima kasih sudah membaca sampai part ini
Semoga tetap setia sampai ending
Doakan ide lancar.
Bye...
Salam sayang dari author
Kecup manjaa 😘

Sumber doa yg dibaca ust. Adi
Source: https://www.fiqihmuslim.com/2016/01/doa-penutup-majelis-ya-robbana-tarofna.html?m=1

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro