Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN 23 - KABAR BAHAGIA DAN BURUK

Senantiasa bala' (cobaan) menimpa seorang mukmin dan mukminah pada tubuhnya, harta dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)

🌻🌻🌻

"Al, gimana ini? Clien kita ingin mengadakan meeting lagi selama 2 hari di hotel Titanic. Jadi lusa kita baru bisa balik ke Indonesia." ucap Reyhand pada Ali yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya. Iya, Reyhand adalah sahabat Ali sejak dulu. Dan sekarang mereka menjadi rekan kerja dalam satu perusahaan di Berlin.

Ali mengusap wajahnya kasar, "Kenapa bisa begitu? Bukankah jadwal meeting diagendakan bulan depan? Rey, tolong lah re-schedule semua jadwal. Aku nggak bisa ninggalin Vina lama-lama."

"Masalahnya kalau kita buat schedule tanpa persetujuan clien, kita bisa rugi besar Al. Bisa-bisa banyak clien yang membatalkan kontrak kerjasama dengan perusahaan kita."

"Kamu sabar dulu, Aku masih berusaha menghubungi salah satu clien biar agenda kita bisa dire-schedule."

Ali menghela napas kasar. Ia bingung harus mengambil keputusan yang mana? Ia sudah berjanji pada Vina untuk pulang ke Indonesia hari ini. Namun ternyata jadwal di kantornya tidak bisa ia tinggalkan.

💦💦💦

Amira berusaha mempercepat langkahnya menuju salah satu kamar pasien. Ia berlari tergesa-gesa. Tangannya menggengam erat tote bag yang berisi beberapa baju ganti. Ia tidak bisa meninggalkan Vina sendirian di kamar pasien. Ya, saat ini Vina sedang dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta. Meskipun ada beberapa perawat yang terkadang menjaganya, Namun Amira tetap saja tidak tega. Ayah dan Ibu Vina belum bisa dihubungi karena mereka sedang menjalankan ibadah umroh. Sedangkan Bunda dan Ayah Ali pergi keluar kota dan besok lusa baru bisa datang ke rumah sakit. Terhitung hampir satu minggu Vina dirawat di rumah sakit. Sehari setelah Ali pergi ke Jerman untuk menyelesaikan tugasnya, kondisi Vina drop dan janinnya dikhawatirkan melemah kembali. 

Vina adalah wanita kuat, ia bisa bertahan untuk menjaga dan melindungi janin yang sangat lemah selama 9 bulan. Ia selalu berserah diri kepada Allah agar terus menjaga kesehatan janinnya. Dan, suatu keajaiban yang tidak Vina sangka bahwa ia berhasil menjaga janinnya sampai detik ini.

"Bu Amira!" panggil salah satu perawat yang berlari berlawanan arah dengan Amira.

"Iya, Suster? Ada apa?"

"Bu Amira saya mohon bantuannya untuk mengisi surat persetujuan untuk melakukan tindakan operasi untuk Bu Vina, janin Bu Vina sekarang dalam kondisi melemah. Dokter butuh persetujuan keluarga untuk melakukan tindakan lanjut untuk keselamatan Bu Vina dan janinnya."

"A...Apa? Apa yang terjadi Suster? Bukankah kelahiran bayi diprediksi 1 minggu lagi." Amira terperanjat. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Vina seteleh 30 menit ia meninggalkannya karena mengambil beberapa baju ganti di rumah Vina.

"Mari ikut saya Bu, sekarang Bu Vina sedang ditangani oleh dokter."

Deg...

Ya Allah, kuatkan Vina. Vina sudah sangat menderita mempertahankan kandungannya yang sempat lemah dibulan-bulan sebelumnya. Amira tidak akan bisa sekuat Vina, jika berada di titik posisi Vina sekarang. ucapnya dalam hati. Setetes butiran cairan bening yang keluar dari matanya tak sempat ia tahan.

Saat ini yang dapat Amira lakukan hanyalah berdoa. Memohon agar Vina baik-baik saja. Ia tidak bisa tenang saat ini. Tak perlu berpikir lama, Amira langsung menghubungi Ali. Tangannya gemetar saat ia berusaha menelpon Ali. Ia tidak sanggup mengatakan keadaan Vina pada Ali.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif...."

"Ya Allah Al, kamu dimana?" Amira tengah berusaha menghubungi Ali terus-menerus. Namun, tetap saja Ali tidak bisa dihubungi. Nomornya tidak aktif. Amira harus menghubungi siapa lagi? Amira benar-benar bingung harus mengambil keputusan yang mana. 

"Amira? Ada apa?"

Amira menoleh saat seseorang tiba-tiba menghampirinya, "Jefri? Kok kamu ada disini?"

Jefri tersenyum tipis keraha Amira,"Ya, aku ditugaskan di rumah sakit ini beberapa bulan yang lalu Ra,"

"Kenapa Ra, ada apa? Kenapa raut wajahmu seperti kebingungan seperti itu? Ada yang bisa aku bantu?"

"Kandungan Vina Jef, kandungan Vina lemah lagi. Aku takut terjadi apa-apa dengan Vina dan bayinya. Aku harus bagaimana Jef?" ucap Amira dengan suara yang bergetar karena menahan isaknya.

Jefri tak tega melihat Amira menangis didepannya. Hatinya perih saat melihat orang yang ia cintai menangis didepannya. Tanpa berpikir panjang ia menelfon salah seorang dokter kandungan yang bertugas di rumah sakit. Ia meminta dokter tersebut untuk melakukan tindakan lanjut untuk keselamatan Vina  agar segera diproses. 

"Sebentar lagi Vina akan dibawa ke ruang operasi, Kita berdoa sama-sama untuk keselamatan Vina yah Ra?"

Amira semakin terisak. Jefri yang duduk di sampingnya merasa sangat kasihan dengan Amira. Begitu baikkah hati Amira sampai ia rela menjaga Vina yang sedang sakit seperti ini? Sedangkan suami ataupun keluarga Vina belum ada yang menjenguk keadaan Vina.

"Sudah... Jangan nangis lagi Ra, Vina in shaa Allah akan baik-baik saja."

Amira mengangguk. Benar yang dikatakan Jefri, tidak boleh terus menerus bersedih. Jikalau ada masalah, bukankah Allah selalu ada untuk hambanya? Lantas mengapa ia harus ragu akan ketentuan dan takdir Allah.

"Makasih Jef," Amira berusaha untuk tersenyum dan menghapus sisa air matanya dengan ujung khimar panjangnya. Jefri melihat itu, lantas terkekeh pelan. Sontak ia langsung mengeluarkan sapu tangan di saku jasnya dan memberikannya ke Amira.

"Pakai saja!" titahnya lembut.

"Tidak usah Jef," Amira menggeleng. Ia takut sapu tangan milik Jefri terkena inggusnya.

"Jangan ditolak lagi," Jefri tetap menyodorkan sapu tangan itu ke arah Amira sampai Amira mau menerima pemberiannya. Dan benar saja, Amira tidak enak untuk menolak pemberian Jefri lagi. Ia mengambil sapu tangan itu dan mengusap sisa air matanya di pipi lembutnya.

Setidaknya aku senang jika aku bisa ada saat kamu bersedih seperti ini. Meskipun hatimu saat ini sedang tidak ada disini. Ucap Jefri dalam hati. Ia tersenyum simpul saat melihat Amira sudah sedikit tenang dan tidak menangis lagi.

Ting... (1 Pesan baru)

Dokter Andini
Dokter Jefri, pasien Vina sudah masuk ke ruang operasi. 30 Menit lagi operasi akan dilakukan.

"Ra, Vina sudah dipindahkan ke ruang operasi. Ayo kita kesana!" ajak Jefri setelah membaca sebuah pesan baru dari dokter Andini.

Amira mengangguk lemah. Ia dan Jefri segera beranjak dari duduknya. Mereka berjalan beriringan menuju kamar operasi. Amira sedikit mempercepat langkahnya. Hatinya benar-benar tidak tenang. 

"Istigfar Ra, pasrahkan pada Allah." Jefri berusaha menenangkan Amira. Sampai di depan ruang operasi, air mata Amira tak bisa dibendung. Jefri menyuruh Amira untuk duduk di kursi ruang tunggu. 

"Jef, kenapa dokter lama banget keluarnya? Aku takut terjadi apa-apa dengan Vina." tanya Amira pada Jefri.

"Sabar... Kita tunggu dulu,"

"Amiraaa!" teriak seseorang dari kejauhan. Amira dan Jefri sontak menoleh ke sumber suara. Ternyata  seseorang itu adalah Ali. Raut wajahnya terlihat lelah. Sorot matanya terlihat merah dan berair. Ali berlari tergesa-gesa ke arah Amira dan ternyata Reyhand mengikuti dari belakang.

"Kenapa bisa seperti ini Mir? Apa yang terjadi? Tolong katakan!"Ali bersimpuh di hadapan Amira. kakinya terasa lemas untuk berdiri. Ia tak kuat menopang badannya. Masalah di kantor belum sempat ia selesaikan, dan saat ini ia mendapat kabar buruk tentang kesehatan istrinya. Ia harus rela mengeluarkan banyak rupiah untuk masalah kantornya. Dan saat ia perjalanan pulang ke Indonesia, di Bandara ia kehilangan handphonenya. Rasanya, punggung Ali serasa tertancap pedang dari belakang, kakinya terasa lemas dan ia tidak bisa bangun dan bangkit kembali. Terlalu banyak masalah yang harus ia hadapi saat ini. Untunglah Reyhand selalu disampingnya.

"Vi...Vina sedang dalam penanganan dokter Al, dokter belum keluar sampai sekarang." ucap Amira yang tidak tega melihat kondisi Ali di depannya.

"Tenang Al, tenang... Sebaiknya kita tunggu dulu sampai dokter selesai menangani Vina." Ucap Jefri.

Sembari menunggu selesainya operasi, Jefri berusaha menenangkan Amira sedangkan Reyhand berusaha menenangkan Ali.

Terhitung satu jam setengah dokter melakukan operasi. Dokter dan salah satu perawat keluar dari ruangan operasi. Perawat tersebut terlihat tengah menggendong seorang bayi dan berjalan tergesa-gesa. Semua orang tampak semakin bingung dengan keadaan yang terjadi sebenarnya.

Ada apa lagi ini?

"Dokter, bagaimana keadaan istri dan anak saya?"

Dokter tampak terdiam beberapa saat.

"Dokter apa yang terjadi?" Ali sedikit mengeraskan suaranya.

"Eum... A-Anak Bapak Alhamdulillah lahir dengan selamat. Dan..... kondisinya sehat. Saat ini suster tengah membersihkan dan memandikan bayi Ibu Vina. Akan tetapi..."

"Akan tetapi? Akan tetapi apa dok?"

"Ibu Vina.... I-ibu Vina.... tidak bisa diselamatkan,"

Deg

"Maksud... Ma-maksud dokter apa?"

Dokter sempat melirik Amira dan Jefri secara bergantian, ia tidak tega untuk mengatakan kalimat yang membuat keluarga Bu Vina menjadi sedih. Ia menghela nafas panjang sebelum ia berbicara keadaan yang sebenarnya, "Ibu Vina menghembuskan nafas terakhir usai melahirkan bayinya. Ma..Maafkan saya Pak, saya dan beberapa tim medis lainnya sudah berusaha semaksimal dan semampu saya. Namun, namun takdir berkata lain Pak, Pak Ali, saya minta bapak setelah ini ke ruangan saya ya? ada yang perlu saya bicarakan dengan Bapak,"

"DOKTER JANGAN SEMBARANGAN KALAU NGOMONG,"

"Al, tenang Al!!" Reyhand berusaha menenangkan Ali.

"Saya ingin bertemu istri saya sekarang!"

Tidak ada yang tahu kapan kita akan kembali kepada Rabb kita. Allah lebih tahu jalan dan takdir seseorang lewat skenario  yang ditulis-Nya. Orang terbunuh di jalan Allah (fii sabilillah) adalah syahid; orang yang mati karena wabah adalah syahid; orang yang mati karena penyakit perut adalah syahid; dan wanita yang mati karena melahirkan adalah syahid." (HR. Ahmad, 2: 522. Syaikh Syu'aib Al-Arnauth dan 'Adil Mursyid menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Bersambung...

Malang, 9 September 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro