✎âme soeur
Ichi lagi-lagi mengembuskan napas pelan. Surat undangan yang ditulisnya sebagian sudah didistribusikan ke kantor pos. Namun, sisanya masih sangatlah banyak.
'Kapan ini akan berakhir?'
Ichi meregangkan otot lehernya dan ia terkejut kala suara yang cukup nyaring menggema ke seluruh penjuru ruangan. Ia terlalu lama menunduk sampai-sampai otot lehernya berbunyi seperti ini.
"Mungkin istirahat sebentar terdengar bagus."
Ichi pun memutuskan untuk berdiri lalu melakukan peregangan. Selepas itu, jendela ruangannya ia buka lebar. Setitik cahaya tampak di ujung sana. Matahari akan segera terbit.
Itu berarti ia tersadar hampir semalaman (terpotong dua jam karena tengah malam ia sempat ketiduran). Sudah seminggu ia dipenuhi kesibukan seperti ini dan sudah seminggu pula ia tidak mengirimkan surat kepada sang Pustakawan.
Apakah Sugawara menantikan surat-surat darinya?
"Ichi, kau ada di dalam ruangan?"
Ichi tersentak kala mendengar suara dari luar ruangannya. Itu adalah suara atasannya.
"Y-Ya, sa-saya ada di dalam. Tunggu sebentar!"
Baru saja Ichi hendak membukakan pintu, namun atasannya itu sudah menerobos masuk duluan. Ichi hanya bisa meringis pelan.
"Ah, Ichi. Baguslah masih di sini. Tolong ambilkan stok kertas untuk Yachi, Yamaguchi, dan Ennoshita di perpustakaan ya! Yang lain sudah pada kembali ke kamarnya untuk istirahat dan bersih-bersih sebentar. Hanya kamu yang masih di sini. Nanti minta tolong kepada Tuan Sugawara untuk membantumu membawakan semua kertas-kertasnya. Oh, iya, tinta juga jangan lupa! Setelah itu, kau bisa kembali ke kamarmu untuk bersih-bersih dan istirahat selama dua jam. Mengerti?"
Ichi hanya bisa mengangguk pelan setelah mendengar dengan seksama rentetan perintah atasannya dalam satu tarikan napas.
"Bagus. Kalau begitu sekarang pergilah ke perpustakaan. Aku permisi."
Atasannya pun pamit keluar sambil menutup pintu. Meninggalkan Ichi dengan keheningan yang memenuhi ruangan. Wanita muda itu terdiam sejenak sambil memikirkan sesuatu di kepalanya.
Perpustakaan ...
Itu berarti bertemu dengan Sugawara ...
Sugawara ...
...
BERTEMU DENGAN SUGAWARA?!
**********
"Emm ... se-selamat pagi ..."
Sugawara mendongak lalu melongokkan kepalanya menuju pintu. "Ya, masuk."
Hal yang pertama kali menarik perhatian Sugawara kala pemilik suara yang menyapa tadi masuk ialah iris ruby yang menyala terang. Seorang perempuan muda dengan seragam khas pegawai wanita kerajaan. Rambutnya hitam legam dengan beberapa helai yang terlihat berwarna putih, digelung walau tampak sedikit berantakan. Perempuan muda itu tampak malu-malu memasuki perpustakaan dan mendekat ke arahnya. Sugawara menyimpulkan begitu karena gelagat sang wanita, mengusap-usapkan kedua tangannya di depan perut sambil menatap ke bawah. Sugawara bisa membaca gelagat orang yang sedang gugup.
"A-Ano ... a-aku ingin meminta stok kertas juga tinta guna tambahan untuk menulis undangan pertunangan," ucap perempuan itu dengan sedikit tergagap dan matanya menatap ke arah lain. Sugawara hanya menaikkan alisnya, rupanya perempuan ini merupakan bagian penulis kerajaan.
"Baiklah, Nona, akan kuambilkan kertasnya. Seberapa banyak?"
Perempuan itu tampak berpikir sejenak hingga akhirnya ia menjawab dengan nada yang kentara bingung. "Sangat banyak?"
Sugawara hanya terkekeh kecil ketika mendengar itu. Perempuan ini tampak begitu lucu. "Baiklah, kertas yang sangat banyak. Ah, tapi Nona, bisakah kau membantuku untuk mencari tintanya? Aku tak tahu tinta mana yang paling bagus untuk menulis. Kau bisa mengikutiku ke gudang untuk itu."
Perempuan itu tampak sedikit tersentak saat mendengar permintaan. Ada jeda sebentar sebelum akhirnya sang perempuan menanggapi dengan anggukan.
"Baiklah, ayo ikuti aku Nona."
Kini, mereka berdua berjalan menuju gudang guna mengambil kertas dan tinta. "Bagian tintanya di sana, ya, Nona. Kau bisa memilihnya," tunjuk Sugawara ke rak bagian tinta.
Sang perempuan hanya mengangguk lalu berjalan ke sana, hendak memilih tinta yang biasa ia gunakan. Sugawara sendiri kini di bagian kertas, sedang menaruh tumpukan-tumpukan kertas ke wadah kotak kayu agar ia mudah membawanya.
"Sudah selesai memilih tintanya, Nona?" tanya Sugawara sambil menumpuk dua kotak kayu yang akan diangkatnya.
"E-Eh ... su-sudah ..."
"Kenapa kau tampak begitu gugup, Nona? Apa aku tampak menyeramkan di matamu?" tanya Sugawara jenaka karena tak tahan dengan kegugupan perempuan manis ini.
"E-Eh ... i-itu ... ma-maaf!"
Sang perempuan yang semakin gelagapan membuat Sugawara tak tahan untuk tidak tertawa. "Hahaha, aduh maaf, aku tidak bermaksud, Nona. Aku hanya ingin mencairkan suasana. Kau tampak begitu gugup di hadapanku. Tenang saja, aku tidak menggigit, kok!" terang Sugawara sambil melemparkan senyuman ramah yang hanya dibalas anggukan kecil oleh sang perempuan.
"Baiklah, saatnya membawanya ke tempatmu. Tapi, sebelum itu kau harus menuliskan namamu dan barang yang diambil demi keperluan pendataan."
Sang perempuan mengangguk lagi sebagai balasan. Kemudian, mereka pun berjalan keluar menuju meja kerja Sugawara. Di sana Sugawara menaruh dua kotak kayu berisi tumpukan kertas sejenak guna mengambil buku pendataan dan pena agar sang perempuan bisa menuliskan namanya.
"Ini, tulislah nama dan posisimu lalu nama barang."
Sang perempuan pun hanya mengangguk tanpa suara sembari mulai menulis menggunakan tangan kiri. Sugawara sedikit menganga takjub karena ini adalah pertama kalinya ia melihat seseorang yang kidal. Lalu, kepala abu itu pun sedikit mengintip tulisan sang hawa dari belakang.
Mata dilebarkan saat ia mengenali dengan baik tulisan sang perempuan. Tulisan tinta rapi di setiap surat yang ia terima ketika pagi. Tulisan yang mengundang penasarannya beberapa hari ini. Tulisan yang diam-diam ia rindukan.
Lalu, iris pun berusaha memfokuskan terhadap tulisan nama yang ditulis.
'Kiyounara Nuichi ya ...'
Akhirnya ia menemukannya.
**********
"Ya, ta-taruh saja di situ,"
Dua kotak kayu berisi tumpukan kertas diletakkan di sebelah meja bersamaan tinta-tinta di atasnya. Ichi memutuskan untuk meletakkan kertas dan tinta atas permintaan atasannya di ruangannya terlebih dahulu. Kini perempuan itu sedikit gugup lantaran ia hanya berduaan dengan Sugawara di ruangan ini.
Ya, Sugawara Koushi. Sang Pustakawan Kerajaan pujaan hatinya. Yang selalu ia kirimi surat anonim beberapa hari yang lalu. Yang diam-diam sosoknya Ichi dambakan dalam mimpinya.
Tidak disangka momen ia bertatap muka dan bercakap langsung sudah terjadi sekarang setelah ia hanya bisa memandang dari jauh sebelum-sebelumnya. Namun, sangat disayangkan bahwa Sugawara belum mengetahui bahwa ialah sang pengirim surat anonim. Hal itu membuat Ichi sedikit meringis.
"Baiklah, sudah aku letakkan semua. Kalau begitu aku pamit, ya, Nona."
"Eh, ba-baik. Te-Terima kasih telah membantuku."
"Sama-sama, Nona. Tapi, sebelum, aku pergi, apakah ada kertas tak terpakai dan pena? Aku ingin menulis sesuatu."
Ichi hanya mengernyit saat mendengar permintaan Sugawara. Terdengar aneh dan membingungkan. Akan tetapi, Ichi tidak mau terlalu mengambil pusing dari permintaan Sugawara lantaran rasa lelah yang mendera dirinya ditambah kegugupan level Dewa akibat bersisian dengan sang pujaan. Ichi memutuskan untuk menurut dalam keheningan.
"I-Ini."
"Terima kasih."
Kertas dan pena diberikan kepada Sugawara. Selanjutnya, Ichi hanya mengamati Sugawara yang menulis dengan alas meja kerjanya sambil berdiri. Ichi tidak begitu tertarik dengan apa yang ditulis pria itu. Lagipula sangatlah tidak sopan jika berusaha mengintipnya.
"Baik, ini untukmu."
Ichi menaikkan alis saat Sugawara selesai menulis lalu memberikan lipatan kertas yang ditulisnya kepadanya. Di bagian depan lipatan terdapat tulisan 'Tolong buka, ya! (◍•ᴗ•◍)'. Ichi pun berusaha memproses semuanya.
"Eh, u-untukku?"
"Iya, untukmu. Kini giliran diriku yang mengirimkan surat penyemangat untukmu, Nona Kiyounara Nuichi."
Ichi pun sontak mendongak dengan ekspresi terkejut. Iris ruby-nya menatap lekat Sugawara yang sedang tersenyum manis. Jadi, pria ini sudah menyadari bahwa dirinyalah sang pengirim surat? Tapi, bagaimana bisa?
"Akhirnya aku menemukanmu, ya, walau sedikit tidak sopan untuk mengetahuinya. Tadi aku mengintip tulisanmu ketika di perpustakaan dan tulisanmu sama persis dengan tulisan di surat yang selalu aku terima. Aku sangat mengenali tulisan tangan dalam surat itu dengan sangat baik."
Ichi kehabisan kata-kata saat mendengar penuturan Sugawara. Tidak menyangka jika Sugawara mengingat betul tulisan tangannya. Berarti sang pria benar-benar serius hendak mencarinya. Ia tidak bisa mengelak.
"Tidak kusangka aku akan menemukanmu secepat ini. Juga tidak disangka jika pengirim surat adalah seorang perempuan yang manis."
Pujian terang-terangan yang dilontarkan itu mampu membuat Ichi merona padam. Ya, siapa sangka ia akan dipuji manis oleh sang pria pujaan?
"Te-Terima kasih ..." cicit Ichi pelan sambil menunduk.
Sugawara hanya tertawa kecil saat melihat reaksi Ichi. Lucu, pikirnya. Kini pria itu maju sedikit guna merapikan helaian rambut di dahi sang perempuan yang sedari tadi membuatnya gemas ingin merapikannya. Tindakan Sugawara itu pun mampu membuat Ichi tersentak kaget.
"Jaga kesehatan dan jangan terlalu memaksakan diri, ya! Perpustakaan selalu terbuka untukmu. Aku ingin kita dapat berbincang secara langsung untuk mengetahui satu sama lain. Ah, mungkin berjalan di alun-alun ketika pesta pertunangan Pangeran nanti adalah waktu yang terbaik. Aku tak sabar menantikannya."
Ichi berkedip. Sekali lagi berkedip. Ia belum bisa menerima semuanya. Terlalu cepat! Tadi ia ketahuan oleh sang pria bahawa ialah sang pengirim surat anonim. Lalu, apa ini? Ajakan kencan secara tersirat?
"Kalau begitu aku pamit dahulu, Nona. Permisi."
Sugawara meninggalkan senyuman manis yang mampu membuatnya berdebar hebat. Ichi tidak bisa berkata apa-apa saat mengalami kejadian tadi. Semuanya terjadi begitu cepat.
Namun, satu hal pasti bahwa kisah yang dimulainya ini dengan surat sebagai benang merahnya akan membuahkan ekspektasi-ekspektasi manis terhadap Sugawara. Kisah-kisah yang menunggu, romansa yang ia dambakan, dan hal-hal membahagiakan lainnya. Memikirkan itu semuanya dalam satu waktu membuat perut Ichi tergelitik.
"AAAKKHH AKU MALU!"
❝ Âmes sœurs connectées par des lettres, ceux qui sont destinés ... ❞
Fini
◈ ━━━━━━ ⸙ ━━━━━━ ◈
yappleich
—8 Juni 2021
1462 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro