Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Obfuscate

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~

.

.

.

༺Membuat sesuatu yang kabur - Tidak jelas༻

.

.

.


"Ada apa Lulu? Kamu mau minta tolong apa?" Gempa bertanya ramah

"Hm bukan hal penting sih, aku cuma mau tanya beberapa hal aja" ia menjeda perkataanya, melirik kesebalik tembok dibelakang Gempa "Tapi sebelum itu, bisa gak kamu suruh kembaranmu itu buat gak nguping?"

Gempa mengernyit heran, sedetik kemudian ia pun menoleh kebelakang. Disana ia juga bisa melihat kain baju milik Taufan yang terlihat sebagian dari ujung tembok. Benar benar persembunyian yang buruk.

Ia pun berujar datar "Kak Taufan, bajumu keliatan ya mohon maaf" 

Taufan tersentak. Begitu pun dengan orang yang ikut bersembunyi dengannya. Solar. Mau tak mau mereka pun keluar dan menunjukkan eksistensinya.

"Hehe ketauan ya, aduh" kekeh Taufan sembari menggaruk tengkuk lehernya "Maaf ya, kita cuma penasaran aja, siapa tau Lulu lagi nyatain cinta sama Gempa kan"

Kedua orang yang disebut namanya melotot tak terima, walau perkataannya itu hanyalah sebuah candaan, tapi mereka tak suka mendengarnya.

Bisa menyebabkan fitnah itu, ya kan?

"Apa sih kak Upan, gak jelas banget"

"Aku lagi gak mau bercanda please. Bisa gak kalian tinggalin kita berdua dulu?" 

"Iya. Dasar kalian ini, gak sopan loh nguping pembicaraan orang, lagian Lulu cuma mau minta to-"

"Mana bisa. Kita gak akan biarin kalian berduaan dipojokkan ruangan gini. Sus tau gak?"

"Aku aduin nih ke kak Hali"

Solar menyela perkataan Gempa dengan sinis, berjalan mendekat sambil membenarkan posisi kacamatanya.

"Apaan sih, emangnya kamu pikir kita mau ngapain? Orang mau minta tolong juga" protes Lulu tak habis pikir "Perasaan disini banyak tuh laki perempuan yang ngobrol berdua selain aku sama Gempa"

"Ya terus kalau mau minta tolong, kenapa harus mojok sembunyi gini?"

Gempa yang mulai pusing dengan perdebatan antara Lulu dan Solar pun kembali melerai,

"Hhh udah udah, jangan ribut. Kayanya emang kitanya juga yang kurang tepat milih tempatnya Lu"

"Ck, yaudah lah nanti aja aku nanya nya. Keburu males" Lulu menjawab dengan sewot, sudah jelas itu tempat paling aman bagi dirinya untuk bertanya banyak hal

"Eh kok gitu? Aelah Lu maaf, nanya mah nanya aja. Kita juga gak akan cepu, ya kan Lar?" pertanyaannya hanya dijawab dengan deheman

"No thanks. Beneran keburu mal-"

Dengan tanpa permisi, Solar menarik Lulu dan mendorong kedua kakaknya untuk kembali bersembunyi. Refleks saja ia melakukan itu setelah melihat Thorn dari kejauhan dan satu orang lainnya berjalan mendekat ke arah mereka.

Lalu berhenti dan memilih tempat yang lebih menyudut dari Lulu dan Gempa sebelumnya. Ekspresi Thorn juga terlihat gelisah.

Sungguh mencurigakan.

"Jadi, ada apa?" tanya gadis tersebut lebih dulu

"Itu..sebelumnya aku udah berusaha buat gak mikirin ini, tapi semakin hari malah semakin kepikiran dan bikin penasaran"

"Kamu..sebenernya kenapa kamu bunuh kak Redav, apa salah dia? Katamu posisi kak Redav yang paling aman disini setelah Cinta, aku, dan saudaraku yang lain, bukan?"

Gadis yang diajak bicara empat mata oleh Thorn itu tak langsung menjawab. Ia terdiam mungkin dua atau tiga menit untuk memikirkan jawabannya,

"Karena.....dia mengabaikan pertanyaanku" katanya dengan pelan dan datar

Astaga, alasan macam apa itu?

Sangat sepele, tapi ia bisa sampai melakukan hal setega itu? Bahkan sekarang dirinya tampak tak merasa bersalah sedikit pun.

"Hah, kapan? Tapi...kenapa?"

"Bukan urusanmu. Kamu ngajak aku kesini cuma mau nanyain itu? Hhh Thorn, lupain aja. Yang lain juga gak ada yang peduli soal Redav"

"Lebih tepatnya gak ada yang berani nyari tau soal itu. Kamu pun harusnya begitu, diem, gak usah banyak ngomong" sahutnya lagi, ia bersandar menyamping pada tembok yang langsung menutupi eksistensi Thorn sepenuhnya.

Hal itu sangat menyulitkan bagi mereka berempat yang tengah mengintip dan menguping pembicaraan yang diluar nalar itu. Masalahnya, Thorn kan tunawicara, jadi mereka tidak bisa melihat pergerakkan bahasa isyarat yang ia lakukan.

Ditambah lagi wajah perempuan itu juga tidak terlihat karena posisinya memunggungi mereka serta mengenakan hoodie.

"Tentu aja ini jadi urusanku juga. Aku ikut terlibat karena kamu yang nyuruh aku buat ngedorong kak Redav sampai meninggal. Kenapa harus aku sih?"

Ada penyesalan terdalam di lubuk hati Thorn setelah melakukan hal keji itu, tapi mau bagaimana lagi? Dia juga tidak punya kekuatan untuk bisa melawan gadis yang seumuran dengannya itu.

"Kamu lupa kalau harus turutin apapun perintahku? Atau kamu mau aku jemput bunda mu sekarang, biar nyeret kalian pergi dan berakhir jadi barang pemuas lagi?"

Thorn panik, Taufan syok, sisanya juga kaget, termasuk author. Mereka tidak mengira kalau orang itu akan tau tentang bundanya yang merupakan wanita 'tak baik'. Dan juga masalalu gelap mereka bertujuh.

"Kurang ajar, apa apaan orang itu..cari mati banget" gerutu Taufan, bahkan deret giginya saling bergelatuk. Belum pernah ia merasa se emosi ini

Taufan hendak melangkah keluar dari tempat persembunyiannya dengan kedua tangan yang terkepal erat, siap melayangkan pukulan apabila gadis itu bicara seenaknya lagi.

Namun aksinya itu berhasil dicegah oleh kedua adiknya.

"Jangan gegabah kak" bisik Gempa

"Lepas Gem, terus kita mau diem aja gitu disini? Thorn lagi diancam loh itu, mana bawa bawa bunda juga!"

"Sstt kak, jangan keras keras suaranya, ya aku juga sama emosi dengernya"

"Karena itu lah mending kita diem dulu. Kalau kita samperin terus bertengkar, gak ada yang tau nantinya dia bakal berbuat apa" Solar ikut menyahuti dengan tenang "Sekalian kita dengerin dia bisa tau darimana, ini bukan masalah sepele, kalian tau itu kan?"

Lulu yang sedari tadi hanya diam meyimak dan berpikir pun mulai membatin "Mereka berdua ada hubungan apa sama kasus Redav ya, terus kenapa Thorn harus ikutin perintah dia?"

"Eh bentar, kenapa jadi gini sih? Ini kan bukan urusanku. Fokus Lu" sambungnya lagi setelah tersadar beberapa menit dari tujuan awalnya

Iya. Dia sama sekali tidak peduli dengan hilangnya Redav saat ini, atau pembicaraan dua orang itu yang mengarah pada rahasia para kembar tujuh.

Yang dia mau tau adalah permasalahan yang terjadi tahun lalu. Tentang siapa dan dimana pelaku pembakaran panti yang ia tempati sekarang.

"Tapi, perempuan itu siapa sih? Suaranya agak kecil, aku jadi gak bisa nebak" Taufan kembali berucap

"Hmm, entahlah, kita juga gatau. Tapi, jaket itu kaya kenal..punya siapa ya?"

"Itu jaketnya Cinta. Aku pernah liat dia pakai itu waktu pertama kali datang kesini" komentar Lulu

"Cinta?"

Ketiganya terdiam. Saling tatap, menggeleng, dan mengangguk satu sama lain. Seolah sedang melakukan telepati.

"Tapi..Cinta gak setinggi itu" bisik Gempa yang diangguki setuju kembarannya

Lulu menghembuskan napas gusar "Ya mana ku tau tinggi dia segimana, aku bilang kan jaketnya, astaga kali-"

Lagi, dengan tidak sopannya Solar membekap Lulu agar tidak berisik. Ya dia melakukan itu, karena melihat Thorn yang sudah berjalan meninggalkan tempat itu, pun gadis yang ikut bersamanya. Sepertinya perbincangan diantara mereka berdua sudah selesai.

Mereka melihatnya, sebelum pergi, gadis itu menginjak salah satu kaki Thorn sampai ia meringis nyeri. Dan itu berhasil membuat geram mereka bertiga.

"Ayo, kita juga harus balik lagi. Kasih tau kak Hali sama yang lainnya" perintah Taufan, diangguki setuju

=====

tok tok tok!

Belum sampai satu menit ia merebahkan diri diatas kasur, dan sekarang malah ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia kembali berdiri, lalu berjalan untuk membuka pintu.

Kalau itu Blaze, adik yang memang satu kamar dengannya. Dia pasti sudah membuka pintunya dengan random tanpa perlu mengetuk terlebih dahulu.

"Kak, aku mau ngomong sesuatu nih. Penting"

Halilintar mengernyit, belum pernah dirinya melihat Taufan dengan raut wajah serius begitu.

"Kita ngobrol di kamar kak Hali aja ya, biar aman" tanpa perlu banyak bertanya, Hali membiarkan adiknya itu masuk kedalam kamar

Taufan pun langsung mendudukkan dirinya diatas kasur Blaze. Mencoba menetralkan emosi yang masih mengontrol dirinya.

Halilintar mendekat, menatap Taufan seraya menaikkan salah satu alisnya seolah bertanya "Ada apa?"

Adiknya itu mendengus kesal, lalu mulai menceritakan apa yang telah ia dengar saat menguping kembar nomer enamnya dan entitas tak dikenal.

Jika kalian bertanya dimana tiga orang yang ikut bersamanya tadi, mudah saja. Lulu menahan Gempa lalu kembali melakukan tujuan awalnya yang sempat tertunda.

Lalu Solar yang terpaksa harus menemani Hida mengerjakan suatu soal. Lebih tepatnya, dia sendiri yang menjanjikan, Hida hanya menagihnya saja.

Jadilah, hanya Taufan yang sampai dikamar si kakak sulungnya. Menceritakan semuanya dengan penuh emosi. Respon Halilintar?

Tak jauh berbeda dengan Taufan. Dia juga sama emosinya, terdiam, mengepal erat tangannya hingga tercetak jelas bekas kukunya.

Dengan napas yang menderu cepat, Halilintar tampak berpikir kemudian menyuruh Taufan untuk memanggil kembarannya yang lain termasuk Thorn sendiri.

Jika ada masalah, yang hanya melibatkan dirinya seorang mungkin Halilintar tidak akan peduli. Tapi lain cerita jika keluarganya yang diganggu. Maka Halilintar tidak akan tinggal diam.

"Gak bisa dibiarin"



Prnh gk ready?

15 Mei 2024
=====
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro