Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

new home

WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~

.

.

.

༺Rumah Baru༻

.

.

.

Ruangan gelap. Diluar sedang hujan deras. Di dalam rumah itu hanya ada lampu gantung berayun acak yang membantu penglihatannya sekarang, ia melirik pisau dan tangannya sendiri yang dibanjiri darah serta ibu dan kakaknya yang tergeletak bersimbah cairan merah kental.

Gadis berambut sebahu itu tampak terdiam sambil mengamati lagi sekelilingnya.

Ia sedikit bingung dengan apa yang sudah terjadi, mengapa mereka tergeletak dengan posisi tak layak seperti itu.

Apa ini hanya mimpi buruknya?

Kalau begitu, apa ia harus menikam dadanya dengan pisau agar bisa terbangun jikalau ini memang lah hanya sebuah mimpi?

Ah tidak, ini terlalu nyata, lagipula sejujurnya ia cukup terhibur dengan pemandangan sekarang.

Ceklekk

"Anak anak, ayah- ya tuhan!!" tubuhnya tersentak sedikit. Mendengar suara yang sudah jelas itu adalah ayahnya.

Sepertinya, beliau baru saja pulang bekerja setelah seharian sibuk mengantarkan paket dari rumah ke rumah.

Gadis yang sedari tadi memunggunginya itu mulai membalikkan badan secara perlahan bersamaan dengan sambaran petir yang menggelegar. Matanya berkaca kaca namun bibir mungilnya menyunggingkan senyum kosong.

"Selamat datang ayah"

"K-kamu...apa..apa yang udah kamu lakuin?!"










!¡«Ambivalence»¡!










Kalian tau, kenapa manusia disebut makhluk sosial?

Ya, karena kita memiliki kebutuhan dan kecenderungan alami untuk berinteraksi dan terhubung dengan orang lain. Dalam hidup kita sehari hari, kita berinteraksi dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan bahkan orang asing di sekitar kita.

Ada beberapa alasan mengapa manusia disebut makhluk sosial. Salah satunya, karena kita memiliki kebutuhan akan kasih sayang dan kedekatan emosional. Kita mencari koneksi emosional dengan orang lain, seperti keluarga dan orang sekitar, untuk merasa dicintai dan diterima. Terlepas dari masalalu apa yang telah mereka lalui.

Tapi, tak sedikit juga dari mereka yang tidak bisa menerima dan beranggapan bahwa itu adalah suatu hal yang hina. Maka mereka akan saling menutup mata dan telinga, lantas melepaskan uluran tangan untuk yang membutuhkan pertolongan.

Beruntunglah bagi mereka yang sudah kehilangan segala harapan untuk bertahan hidup dimuka bumi ini, dengan kebaikan seorang kakek paruh baya. Beliau dengan hati malaikatnya, mau menggendong dan membimbing anak anak naif yang membutuhkan hal tersebut.

Dan mengajaknya untuk tinggal satu atap bersama menjadi sebuah keluarga.

_Panti Asuhan Highest_

Beliau menamai platformnya itu karena pernah mendengar filosofi dari kata "Highest" yang tak lain adalah semangat untuk mencapai yang terbaik, mencapai potensi maksimal, dan terus berusaha tumbuh dan berkembang. Ini adalah tentang menetapkan standar tinggi, mengambil risiko, dan harus merasa puas dengan hasil yang didapat.

Lumayan bukan? Sangat cocok dengan apa yang ia harapkan dari masa depan anak anak nanti yang sekarang ada disana.

"Nah Lulu, selamat datang dirumah baru..mulai hari ini dan seterusnya, kamu bakal jadi bagian dari keluarga kita"

Gadis itu hanya mengulum senyum tipis. Sibuk memperhatikan setiap inci dari rumah antik dua lantai yang akan ia tinggali mulai sekarang.

"Ayo masuk, yang lain pasti seneng ketemu kamu" ajak si kakek, sebut saja tok Aba yang berjalan lebih dulu menuju pintu utama

Begitu pintu dibuka, hal pertama yang Lulu dapati adalah hallway tiga arah yang luas dan sepi. Sebenarnya tidak ada yang menarik dari hal itu. Tapi entah apa yang ada dipikirannya, sehingga tanpa sadar ia tersengih sengih sendiri.

"Tok aba?" keduanya menoleh, memberikan respon yang berbeda satu sama lain

"Eh, Gempa, Hida. Kebetulan banget kalian disini. Liat, atok bawa siapa.." monolognya, bergeser sedikit agar mereka berdua dapat melihat dengan jelas wajah baru itu

"Wahh orang baru!!" pekik Hida antusias

"Oh, halo. aku Gempa, salam kenal ya" sapa pemuda tersebut dengan ramah

"Hm, aku Lulu" sahutnya nyaris bergumam

"Siapa? Pu...apa?"

Gempa menyambar lebih dulu sebelum Lulu menjawabnya "Lulu, Hida. Gak ada kata Pu nya loh itu"

"Oh Lulu..ya maaf, dia kan ngomongnya pelan. Jadi gak kedengeran. Umur kamu berapa?" tanya Hida lagi tanpa basa basi

Tok Aba menggeleng pelan, dalam hatinya ia bersyukur karena respon mereka untuk Lulu juga cukup baik,

"Kamu ini, kebiasaan banget ya selalu nanyain umur ke orang yang baru dateng"

Yang disebut namanya hanya bisa tertawa kecil, rasa penasarannya memang cukup tinggi.

"Lulu, kamu ngobrol sama mereka aja ya. Atok mau ke dapur dulu. Gem, Hida, atok minta tolong sama kalian, bantu Lulu disini ya"

Mereka bertiga mengangguk kompak, kemudian si kakek tua tersebut segera beranjak menyisakan mereka bertiga.

"Jadi, berapa tahun?" Hida menarik atensi Lulu lagi

"Hah? Oh, enam belas tahun"

Ia terlihat merengut mendengar jawaban dari Lulu "Yah, yang lebih tua lagi. Berarti terhitung ada sepuluh orang yang seumuran mu disini"

"Oh ya?" tanya Lulu dengan nada yang tak niat

"Iya, kak Gempa juga seumuran kamu tuh"

Lulu menatap si empunya nama sekilas "Oh oke. Emang, kamu berapa tahun?"

"Aku 14 tahun. Okelah, aku harus panggil kamu kakak juga. Yuk ikut aku ke ruang perempuan. Kak Gem, serahin aja ke aku"

"Oke. Kalau gitu, sekali lagi..selamat datang dirumah kita Lulu. Semoga cepet akrab sama yang lainnya ya. Mereka semua baik baik kok" ucapnya lantas izin undur diri untuk membantu atoknya didapur.

"Nah ayo kak Lulu. Ku ajak kakak ketemu sama penghuni yang lainnya dulu deh"

"Yahh..lumayan"

.

.

.

Sepanjang koridor, Hida tidak ada hentinya bertanya segala hal pada Lulu, entah itu hal yang umum atau pun yang pribadi. Dan si orang baru itu pun hanya menjawab sekena saja. Ia tidak suka jika orang lain mengorek ngorek tentang dirinya lebih dalam.

Untuk mengalihkan topik, mau tidak mau ia bertanya juga pada Hida yang sebenarnya sangat malas untuk berbicara.

"Panti ini kenapa sepi? Padahal cukup besar"

"Oh, ini panti masih terbilang baru, belum lama berdiri, baru juga tiga tahunan"

"Ada berapa..anak yang ditampung disini? Banyak anak kecilnya gak?"

Hida terkekeh samar "Enggak kok, gak ada anak kecil disini. Yang paling muda itu umur tiga belas tahun, dan yang paling tua tujuh belas tahun"

"Oh iya, disini cuma ada dua puluh orang termasuk kamu. Delapan laki laki, sisanya perempuan. Tujuh dari anak laki laki disini itu cucu dari tok Aba, salah satunya yang barusan kamu temuin. Mereka semua kembar"

Lulu tertegun mendengarnya. Tidak buruk juga, karena tidak terlalu ramai. Dan yang paling mengejutkan adalah ada ahli keluarga dari pemilik panti ini.

"Oh, gitu ya"

"Yaps, nah kak. Lorong sebelah kiri ini..khusus buat kamar anak laki laki. Kalau yang buat perempuan ada dibelokkan sana" Hida menunjuk ke arah kanan paling pojok

"Yuk, biasanya di sore hari begini mereka suka diem dikamar masing masing sih. Harusnya..."

Kembali berjalan dengan langkah yang sejajar, Lulu tertarik dengan satu ruangan yang mereka lewati. Warna pintunya cantik, satu satunya yang berwarna putih dan ada sedikit corak kemerahan.

"Jangan pernah coba masuk ke ruangan itu ya kak. Nanti atok marah, udahnya jadi sedih" seloroh Hida seolah mengerti isi pikiranya

"Kenapa? Memangnya itu ruangan apa?"

"Yang aku tau, itu dulunya kamar beliau sama mendiang istrinya yang meninggal secara kurang wajar. Kalau kakak percaya hal mistis sih..katanya kena santet" bisiknya kembali berjalan, sedikit lagi sampai di ruang kamar anak perempuan

Lulu membulatkan matanya, sekilas bulu kuduk nya meremang "Anak ini tau segalanya kah?"

"Btw, ada berapa kamar disini? Satu orang satu kamar atau bareng bareng?" mencari topik lain untuk menghalau hawa tak enak

"Emm..ada banyak sih 20 kamar buat laki laki, 20 kamar buat perempuan. Tapi atok nyuruhnya satu kamar bertiga biar cepet berbaur. Dan gak individualis. Toh, kamarnya juga luas"

"Nanti kak Lulu bisa satu kamar sama kak Redav juga Bella. Mereka doang yang berdua sekamar"

"Oh, gitu ya. Okelah"

Yah, sepertinya tidak akan terlalu sulit baginya untuk beradaptasi disini. Cukup family friendly.


=====

Piano adalah salah satu alat musik yang dimainkan dengan cara menekan tutsnya. Alat musik ini terdiri dari sejumlah besar tuts yang mewakili nada nada yang berbeda. Ketika tuts tuts piano ditekan, palu palu kecil di dalam piano akan memukul senar senar yang terletak di dalamnya, menghasilkan suara yang indah dan kaya.

Dan disini seorang gadis lain yang belum ia temui tengah bermain alat musik tersebut dengan khidmat, diruang yang sepertinya digunakan untuk berkumpul bersama.

"Wah, keren. Kamu jago main piano ya, boleh minta ajarin?" tanya nya berbasa basi

Ia sedikit tersentak, menghentikan aktivitasnya lalu menatap si lawan bicara. Ia memperhatikan Lulu dari atas sampai bawah lantas bertanya dengan datar.

"Kamu siapa?"

Menyahut dengan senyuman lebih dulu, Lulu kembali mendekat dua langkah "Aku Lulu, anak baru di panti ini. Kayanya cuma kamu deh satu satunya yang belum aku temuin"

"Oh anak baru, aku Indri" ia berdiri dan mengulurkan tangan dengan elegan

Si empu balas menjabat "Jadi, bisa kamu ajarin aku main piano? Aku jadi tertarik gara gara liat kamu main"

Lulu duduk dibangku sebelah Indri yang tadi ia tempati. Memperhatikan alat musik di depannya dengan antusias.

"Hm, tentu"

"Kamu bisa main piano dari kapan? Apa aja yang bisa kamu mainin selain ini?"

Tak langsung menjawab, Indri memilih untuk mengikat rambutnya yang sedikit menganggu,

"Dari sd, ada beberapa alat musik lain yang aku bisa. Okelah, kita mulai dari lagu yang gampang"

Baru sekitar sepuluh menit bermain piano. Seseorang datang dengan tidak sopannya melempar mereka dengan secangkir minuman. Tentu saja karena hal itu punggung kedua gadis tersebut menjadi basah dan sedikit lengket. Sepertinya itu air limun.

"Cinta?" gumam Indri, sementara Lulu hanya terdiam menyimak, raut wajah si pelaku tadi terlihat berbeda padahal tadi pas bertemu biasa saja

"Kamu ken-"

"Berisik! Aku jadi gak bisa tidur. Kalian ganggu" potong Cinta cepat, sejurus kemudian gelagatnya menjadi aneh

"Dia kenapa?"

Indri menatap sekilas pada Lulu yang keheranan, dibalas dengan senyuman yang entah apa artinya,

"Cinta emang begitu"

Bangkit dari duduknya dan mendekat dengan hati hati, Indri meraih kedua tangan Cinta yang menutup telinganya. Mencoba berbicara lembut walau tetap terdengar monoton,

"Maaf ya Cinta, kamu mau istirahat lagi?"

Si empu menggeleng pelan, dalam sekelip mata ia merasa tenang kembali "Gak bisa tidur lagi"

"Gitu ya? Hm..mau main bareng sama kita?"

Cinta menoleh tajam pada Lulu yang diam saja, sementara yang ditatap hanya bisa menautkan alisnya bingung,

"Enggak. Aku gak tertarik main alat musik"



Gak tahan pngn di up, sial.
Klau slow up lgi sorry.


23 Januari 2024
=====
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro