Malefactor
!!WARNING!!
•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.
~Selamat Membaca~
.
.
.
༺Orang yang melakukan tindakan jahat༻
.
.
.
"Hm, mereka ini bener bener..."
Sosok gadis itu berdiri, menatap dua foto yang tergantung tipis di dinding. Sambil memainkan korek gas ditangannya, dia bergumam,
"Gak seharusnya kalian menghambat rencanaku"
Setelah mengatakan itu, dengan perlahan ia menyalakan korek gas dan mendekatkan api kecilnya pada ujung kedua foto tersebut.
"Pengganggu" datarnya. Menatap penuh kebencian pada foto yang perlahan mulai hangus terbakar.
Foto Lulu dan Hida.
Setelahnya ia kembali duduk, diatas sofa size king dengan tenang. Ekor matanya melirik pada papan catur yang ada di meja depan sofanya.
Ia menggerakan salah satu bidak catur yang terbuat dari manik manik gelas kaca itu secara perlahan.
"Mari kita main"
!¡«Ambivalence»¡!
"Ayo dong kak Hika, makan ih. Nanti kamu sakit loh. Makan ya? Dikit aja. Kalau kakak sakit, nanti gak bisa jagain kak Shifa lagi" pinta Assyifa
Saat ini dia tengah berusaha membujuk Hikari agar memakan masakan yang sudah dibekal kan oleh Gempa untuknya.
Tadinya mau Gempa sendiri lah yang mengantarkan makanan tersebut. Namun urung setelah mendapati Thorn sedang sakit demam, dan tak ada yang bisa merawat Thorn sebaik dirinya.
Jadilah Gempa meminta tolong pada Assyifa, dimana hanya dia satu satunya yang punya waktu luang.
"Gue bilang, gue gak laper, Syif. Lo gak budeg kan?" sinis Hikari "Mending lo pergi, gak usah sok peduli sama gue"
"Eh, m-maaf" ucap Assyifa menundukkan kepalanya, gadis polos ini cukup terkejut dengan perubahan gaya bahasa Hikari yang terkesan kasar baginya.
Sejak kapan dia menggunakan bahasa gaul seperti itu?
"Ck, bikin badmood aja"
Hikari mendengus samar, kembali memainkan ponselnya dan mengabaikan Assyifa yang membeku di tempat. Sekarang ia sudah bingung mau membujuk dengan cara apalagi.
Pasalnya, Assyifa juga sudah berada disana sekitar dua atau tiga jam lamanya. Hanya untuk membujuk makan pada gadis keras kepala itu.
"Hhh oke, aku simpen aja diatas meja ya kak. Siapa tau siang nanti kak Hika baru kerasa lapar. Aku pulang lagi kalau gitu"
Sebelum dirinya benar benar beranjak dari sana. Ekor matanya tertuju pada Rayshifa yang masih belum sadarkan diri, terkulai lemah diatas brankar rumah sakit dengan beberapa alat medis yang terpasang sebagai tumpuan untuk bertahan hidupnya saat ini.
"Tolong kabarin kita soal kak Shifa terus ya"
Gadis itu masih tak mengindahkan perkataan Assyifa yang sekarang sudah berlalu pergi dari ruang rawat inap tersebut.
Dan saat ini, detik ini Hikari sedang berada dalam kata 'tidak baik baik saja'.
Matanya terlihat tak fokus menatap layar handphone. Tubuhnya gemetar, jantungnya pun berpacu dengan cepat. Ia juga tak sadar dengan ujung kuku ibu jarinya yang berdarah karena gigitannya.
Hikari merutuki dalam hati, ditujukan untuk orang yang sudah memberikannya sebuah pesan singkat,
Aku bisa bantu kamu, buat ketemu lagi sama keluarga kandung kamu
Dan faktanya, pesan yang terkesan memberikan secercah harapan itu berhasil membuatnya dilema berat. Antara mengiyakan si lawan bicara atau tidak.
Kenapa begitu?
Karena Hikari ini sama sekali tak memiliki ingatan apapun tentang masa kecilnya, masa lalunya. Dulu tok Aba pernah cerita, kalau sebelum Hikari dibawa ke panti asuhan, ia pernah mengalami kecelakaan.
Yang mengharuskan kehilangan ingatannya, karena benturan keras yang ia terima. Tok Aba dan pihak rumah sakit pun tak bisa membantu banyak untuk menghubungi keluarganya.
Alhasil, tok Aba mengajak Hikari untuk tinggal di panti asuhan Highest sampai ingatannya pulih kembali. Dan gadis itu pun hanya mengiyakan saja pada ajakan mulia dari sang kakek tua yang sudah mau menolongnya.
Nah kembali lagi pada obrolan pesannya tadi, entah apa saja yang sudah di katakan oleh entitas tak dikenal tersebut pada Hikari.
Padahal, setelah tinggal di panti, Hikari selalu memantapkan diri untuk lebih fokus ke masa depan, masa yang akan datang.
Dalam hatinya, ia sama sekali tak terbesit untuk mencari tahu segala tentang dirinya yang dulu,
Tentang asal usulnya,
Tentang siapa ibu dan ayahnya,
Tentang siapa keluarganya.
Gimana caranya?
Aku bakal kasih tau, tapi ada syaratnya
Bunuh dulu Rayshifa
=====
Sementara Assyifa masih berada di perjalanan pulang. Beberapa anggota panti lain terlihat sedang beristirahat bersama di ruang tengah.
Ada yang sibuk bermain handphone, membaca buku, melamun, dan mengobrol.
Awalnya semua terasa tenang, aman, dan damai. Tapi itu tak bertahan lama ketika Cinta mengatakan sesuatu yang berhasil menarik atensi mereka semua,
"Kalian ngerasa gak sih. Semenjak Lulu tinggal disini, jadi banyak kejadian aneh?"
Ica dan Venthy yang notabennya duduk paling dekat dengannya itu saling menatap heran.
"Maksudnya?"
"Ya ampun Ica..kamu liat aja, sampai sekarang kak Redav masih belum ketemu. Kita semua juga tau kan, kalau kak Redav itu bukan tipe orang yang bakal menghilang gak jelas?"
"Sampai tok Aba nekat nyari dia keluar kota loh, entah kemana. Bahkan Blaze bilang, tok Aba sama sekali gak bisa dihubungi"
Cinta tampak menjeda kalimatnya, menarik napas perlahan, barulah melanjutkan lagi,
"Gak sampai disitu. Sekarang Ray juga masuk rumah sakit karena keracunan makanan. Gimana ceritanya nasi yang dia makan itu ada pecahan bubuk kaca? Kita gak mungkin ngelakuin itu kan?"
"Sebelumnya gak pernah tuh ada kejadian kaya gitu. Ya..mungkin yang terakhir kasus bullying sama insiden kebakaran aja. Dan menurutku..semua yang terjadi sekarang pasti ulah Lulu!"
Setelah Cinta berkata demikian, mereka pun jadi terdiam. Turut memikirkan dan membenarkan perkataannya.
Bella berdehem "Ada benernya juga. Anak itu aneh gak sih, inget yang..soal kalungnya itu? Dia sampe teriak gak jelas kan katanya disekolah, kenapa coba?"
"Iya juga, terus yang soal makanan. Taufan bilang waktu itu cuma Ray sama Lulu aja kan yang belum makan? Jangan jangan...emang dia lagi yang masukin pecahan itu? Makanya dia gak makan" Adnyana yang sedari tadi menyimak pun turut membuka suara
"Hei, udah dong kalian. Kok malah jadi pada soudzon sama kak Lulu? Kalau soal kalung mungkin dia punya alasannya sendiri. Tapi kalau yang masukin bubuk kaca, gak mungkin dia sih"
Adnyana dan Bella yang mendengar pembelaan dari Venthy itu langsung memekik tak suka. Kenapa dia malah membela Lulu?
"Ven? Yang bener aja, kok kamu belain dia sih? Terus, sejak kapan kamu manggil Lulu pake embel embel 'Kak'! Ketularan demamnya Thorn ya kamu?" Bella menempelkan punggung tangannya pada dahi Venthy, membuatkan si empunya berdecak sebal
"Ish apaan sih, aku cuma ngomong apa adanya. Udahlah, jangan nuduh orang sembarangan. Lulu gak mungkin sejahat itu, aku yakin"
"Kamu habis dikasih apa sama dia? Tumben loh Ven, gak seru ah" seloroh Adnyana, berpindah tempat disamping Bella "Kalau kamu udah belain dia kaya gitu, itu artinya kamu bukan circle kita lagi"
"Bener. Hida juga akhir akhir ini keliatan deket sama Lulu tuh. Sana kamu gabung aja sama mereka berdua!"
Mendapatkan perlakuan yang mendadak seperti itu, Venthy merasa sakit hati. Kenapa dia tiba tiba di usir begitu saja? Memangnya salah ya, membela sesuatu yang bisa saja tidak seperti yang mereka katakan barusan?
Niat Venthy itu hanya mencegah terjadinya perpecahan diantara mereka semua. Walau mereka suka bertengkar karena hal sepele, tapi Venthy tidak mau sampai terjadi yang namanya bullying. Lagi.
Baginya, sikap dan perkataan mereka bertiga barusan sudah merujuk pada tuduhan dan bullying. Makanya ia ingin menghentikan itu sebelum terlambat.
"Kok kalian gitu sih? Bukan gitu loh maksudku..aku cuma-"
"Alah udah lah sana, kita udah keburu males tau gak? Yang gak bisa diajak kerjasama mending pergi aja" usir Bella lagi, diikuti kekehan kecil dari Adnyana dan juga Cinta
"Kalian nyebelin!" pekik Venthy lantas berlalu meninggalkan mereka, namun tak sengaja bertubrukan dengan Indri yang baru saja datang, untung saja gadis itu tidak limbung kebelakang
"Ven, kamu kenapa?" tanya Indri ketika melihat air mata yang menumpuk dipelupuk mata siempu, ia memegang kedua pundak temannya itu "Hei, kamu gak apa apa?"
"Gatau ah, kalian semua sama aja!" tepisnya, kembali berlari pergi entah kemana
Sementara Ica yang daritadi membisukan diri pun tak ada niatan untuk mengejar Venthy yang menangis, atau pun ikut bergabung dengan ghibahan ketiga temannya yang lain.
Dan kini matanya bertemu pandang dengan manik kecoklatan milik Indri. Mereka saling diam cukup lama. Sampai akhirnya salah satu dari mereka memutuskan kontak mata lebih dulu.
"Ind sini deh, kita mau ngasih tau kamu sesuatu. Kamu juga Ca, kok diem aja sih? Ayo sini!" seru Cinta antusias, memang agak lain anak ini
Ica menolak, lantas kembali duduk tenang sambil memainkan handphone dan memakai headsetnya. Sementara Indri juga menghiraukan seruan Cinta, ia lebih memilih berjalan kedapur. Mengambil minum sesuai tujuan awalnya.
Dan mereka melupakan Venthy begitu saja, yang pergi menangis karena sakit hati. Ah, bahkan sepertinya mereka tidak peduli sama sekali.
Padahal, selama ini Adnyana dan Bella adalah orang yang paling dekat dengan Venthy. Yang selalu ada bersamanya.
.
.
.
Ceklekk
Solar datang, memasuki ruangan pribadinya yang biasa dipakai untuk melakukan berbagai macam eksperimen. Dimana kedua rekan kerjasama dadakannya berada, juga kelima saudaranya yang lain.
Terlihat ia berjalan sambil membawa banyak berkas dengan susah payah lantas duduk di tempat yang kosong.
"Guys liat ini deh"
Ketujuh anak itu berbondong bondong menuju tempat Solar duduk.
Terlebih lagi Lulu yang terlihat lebih antusias daripada yang lain. Oke, sebelum itu biar kita jelaskan sedikit tentang bagaimana bisa kelima saudara kembarnya itu ikut bergabung bersama mereka bertiga...
[Flashback On]
"Assyifa sama Ica ya..serahin sama kita berdua. Kamu, fokus aja buat bawa berkas data diri itu"
"Hm, oke, besok-"
"Data diri apa hm?"
Suara dengan intonasi yang berat itu telak menarik atensi mereka bertiga. Sungguh terkejut, sejenak detak jantung pun turut berhenti karenanya.
Itu suara Halilintar. Diikuti keempat saudaranya yang lain.
"K-kak Hali? Sebentar, anu...kenapa kalian ada disini?" pertanyaan retorika Solar itu hanya dibalas tatapan tajam dari sang kakak sulung
"Harusnya kita yang nanya. Ngapain kalian ada disini jam segini?" Taufan mengintimidasi "Kenapa kamu cerita tentang bunda ke mereka, Sol? Terus ada apa sama Thorn, Redav, Rayshifa? Apa hubungannya sama berkas data diri kita semua, mau buat apa?"
Diberi pertanyaan beruntun seperti itu refleks membuat Solar dan Hida menghela napas lelah dan pasrah, sementara Lulu terlihat memijat pelan pangkal hidungnya.
"Kenapa jadi ribet kaya gini sih?! Sialan!" rutuknya dalam hati
"Jawab woy! Kalian gak mendadak bisu juga kan? Kaya si Thorn!" ketus Blaze, dia juga sama penasarannya seperti yang lain
"Blaze.." Gempa menegur pelan
"Hhh, tolong ya. Jujur, sebenernya apa yang kalian sembunyiin sih? Hah? Kalian lagi main drama apa sebenernya? Astaga.." keluh Halilintar sudah tak habis pikir "Udah cukup Thorn yang gak bisa diajak komunikasi baik baik, kalian juga jangan ikut ikutan dong!"
Bentakan Halilintar itu berhasil membuat mereka tersentak kaget. Baiklah, mereka paham, sebagai kakak kembar pertama sekaligus pengganti ayah dan ibu bagi keenam adiknya.
Mungkin, Halilintar merasa telah gagal menjaga mereka.
Contohnya saja dari Thorn, dia tak menyangka bahwa adiknya yang dikenal paling lugu itu ternyata menyimpan rahasia dari mereka semua. Bahkan itu bukan rahasia biasa.
Sekarang, Solar, si adik bungsunya juga mau ikut ikutan? Apa dengan renggangnya mereka dengan Thorn itu masih belum cukup?
"Gimana nih kak?" gumam Hida pada Lulu yang sudah terlihat sangat lelah
"Hhh shibal" umpatnya tanpa sadar menggunakan bahasa asing. Ia berjalan sedikit mendekat "Kalian semua nyusahin, sumpah" sambungnya lagi diakhiri senyum manis hingga matanya pun ikut tersenyum
[Flashback Off]
Dan sisanya, mau tak mau. Lulu harus menjelaskan lagi dari awal, tujuannya apa, pada siapa, dan bagaimana akhirnya. Pun sebaliknya, Solar menjelaskan alasan dia menceritkan kisah mereka pada dua gadis itu.
Simbiosis mutualisme.
Hida juga turut berbicara, mengenai masalah Redav dan Rayshifa yang memiliki nasib malang.
Awalnya, Blaze dan Halilintar sedikit membantah. Tak mau diajak kerjasama. Tapi dengan bujukan adik adiknya, dan kehebatan hasutan Hida, mereka pun jadi turut serta.
Dan disinilah mereka berada, menjadi detektif dadakan. Dengan modal seadanya.
Blaze sigap menarik salah satu kursi untuk diletakkan di samping kursi Solar "Nah, silahkan nona. Duduk disini ahaha" ucapnya pada Lulu.
Siempu menaikkan sebelah alisnya heran, tapi kemudian ia menurut saja "Makasih"
"Ini map kita semua yang masih tinggal disini, ada dua puluh. Yang tiga ini anak yang udah keluar, terus yang enam ini...yang, korban insiden tahun lalu" kata Solar menjelaskan "Well, kamu mau liat yang mana dulu?"
"Sebentar, katamu tadi ada tiga anak yang udah keluar? Kenapa?"
Solar tampak berpikir, kemudian ia hendak menjawab tapi Ice mendahului "Fathi keluar karena sempet dituduh pelaku kebakaran, dia juga jadinya stress berujung depresi, kata atok sekarang dia masih dirawat di rumah sakit jiwa"
"Alsa keluar, karena Fathi keluar. Mereka berdua itu temen deket, jadi jangan heran. Nah, kalau Lianel dia keluar karena...emm, karena apa ya Lar?"
Penjelasan panjang lebarnya terhenti ketika ia tidak ingat tentang satu anak lainnya. Solar hanya menggeleng pelan melihatnya.
"Lianel keluar, karena dia trauma sama kasus bullying"
Lulu mengangguk paham, begitu pun dengan Hida yang menyimak kalem. Kalau mendengar penjelasan tadi mereka bertiga tidak lah begitu dibutuhkan untuk mendapat informasi tambahan, toh mereka semua juga tidak tahu dimana keberadaan Lianel dan Alsa sekarang.
Apalagi yang korban kebakaran. Apa yang mau ditanya kalau pun membaca data dirinya? Kan mereka sudah meninggal,
"Gitu ya, yaudah deh. Buat sekarang kita skip dulu mereka bertiga" Lulu kembali mengintrupsi "ini kan ada dua puluh ya..hm dikurangin kita yang ada disini, termasuk Thorn jadi..dua belas"
"Kita bagi bagi tugas deh. Cari ya, riwayat perilaku mereka yang ada potensi besar sama masalah sekarang"
Ada yang mengangguk antusias, ada juga yang menggangguk malas. Kemudian beranjak dari tempat berkumpul untuk segera mengerjakan bagiannya masing masing se fokus mungkin.
Yah, mau bagaimana lagi, mereka memang harus mencari tahu dalangnya agar semua kejadian tak masuk akal ini bisa dihentikan, dan orang jahatnya itu diberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya selama ini.
"Aku ke dapur dulu ya, haus, pengen minum. Kalian lanjut aja duluan" ucap Lulu yang langsung diangguki mereka semua
Bisa dikatakan, itu adalah sebuah kesalahan terbesar karena dirinya pergi seorang diri. Ya walau ini masih didalam panti dan hampir tak ada bedanya kalau pun dia ditemani.
Tapi Lulu tidak tahu kan kalau Cinta dan antek anteknya sudah merencanakan sesuatu untuknya diruang tengah tadi.
.
.
.
Entah perasaannya saja atau bukan, tapi baginya sekarang lorong menuju ruang tengah dan penghubung dapur terasa begitu panjang dan jauh. Hawa disekitarnya pun mendadak tak enak.
Rasanya juga mual entah kenapa.
"Hhh kayanya aku kecapekan deh ya" gumamnya mencoba biasa saja
Namun pada langkah berikutnya, tiba tiba saja tubuhnya terasa ringan, sedikit melayang dan terdorong cepat ke arah sampingnya hingga lengan kirinya berbenturan dengan kerasnya dinding.
Ia meringis, matanya mengerjap beberapa kali. Otaknya masih belum bisa memproses dengan apa yang sudah terjadi padanya.
Tapi masih bisa ia rasakan kalau kakinya sekarang pun tak menyentuh lantai sepenuhnya. Seperkian menit barulah ia sadar jika ada seseorang yang sedang mencengkram erat kerah bajunya.
"A-adnyana..apa..maksudnya ini- ugh!" belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Adnyana menendang kedua kaki Lulu hingga jatuh tersungkur
Lagi dan lagi, Adnyana terus saja menyerang Lulu tanpa ampun, ia bahkan tak mengindahkan pertanyaan gadis malang tersebut. Dan terakhir, ia kembali mengangkat tubuh ringkih itu lalu dibanting dengan keras ke lantai.
Lulu yang tak siap dengan segala serangan yang diluncurkan hanya bisa meringis pasrah menahan sakit, sesekali ia pun terbatuk karena napasnya yang tersengal.
"Gimana? Kamu suka gak kejutan dari kita bertiga?" Lulu mendongak perlahan, melirik kearah sumber suara,
"Cinta? Apa apaan mereka ini?"
"Ahaha liat! Liat mukanya! Ahahaha lucunya. Ekspresinya keliatan banget lagi nahan sakit!" hebohnya, sementara Adnyana dan Bella hanya menatap datar
"Hm, kamu pasti bertanya tanya kan, kenapa kita tiba tiba nyerang kamu begini?" Cinta kembali berucap, berjongkok tepat dihadapan Lulu yang balas menatap bengis "Karena kita bakal bikin kamu menderita mulai sekarang"
"Hah? Tunggu, apa lagi ini?!"
Ikan hiu cuci piring,
Yaudah sih brrti ikannya rajin
Gatau ah, mkin gk jelas.
23 Juni 2024
=====
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro