Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Conflate

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~

.

.

.

༺Menggabungkan hal bersama sama༻

.

.

.

Lulu tak pernah mengira akan adanya kejadian tak jelas seperti ini di tempat tinggalnya sekarang. Panti asuhan yang konon katanya indah dan harmonis.

Haha.

Mungkin iya, dulu ia juga pernah melakukan hal keji pada ibu dan kakak tirinya hingga mereka bertemu pulang pada sang maha kuasa. Namun tak menyangka kalau sekarang giliran dia yang melihat kasus serupa.

Jika kalian ingat dengan sosok gadis berambut sebahu, yang berdiri mematung dihadapan ibu dan kakaknya yang tergeletak bersimbah darah. Maka jawaban dari pertanyaan kalian itu adalah Lulu pelakunya.

Ayahnya yang saat itu baru pulang bekerja dibuat terkejut akan kelakuannya. Alhasil dirinya dibuang begitu saja oleh sang ayah tanpa berpikir panjang, dan berakhir di panti asuhan yang ternyata, memang kebetulan sekali ada hal yang ingin ia cari tahu.

Mencari tahu tentang kematian kakak kandungnya. Meidyawati.

Ya. Mereka adalah adik kakak yang terpaksa dipisah karena ayahnya menikah lagi. Sebut saja nama ayahnya itu Zifan.

Istri baru Zifan sangat keberatan untuk mengurus Meidyawati dan Lulu bersamaan, secara dia juga punya satu anak gadis yang harus diurus. Wanita itu takut jikalau anaknya akan tersisihkan karena Zifan lebih dominan pada dua anak kandungnya.

Jadilah, dengan hasutan dari sang istri, Zifan pun akhirnya mengirim Meidyawati ke panti asuhan. Dan lebih memilih Lulu untuk ikut bergabung tinggal bersama keluarga barunya.

Tapi tentu saja Lulu tak suka dengan keputusan sang ayah yang tega memisahkan mereka berdua. Selama hidup bersama ibu dan kakak tirinya, ia sama sekali tak pernah akur. Ada saja hal yang diributkan dan direbutkan.

Lulu juga kerap kali mendapatkan perlakuan tak baik dari kakak tirinya, contohnya saja menyunutkan ujung rokok pada lehernya hanya karena Lulu iseng mencoba cardigannya.

Tidak sekali dua kali ia menerima perlakuan jahat itu, tapi setiap hari. Menyebabkan banyak luka bakar di sekitar lehernya. Jadi mau tak mau ia harus memakai kalung kain untuk menutupi lukanya.

Dan semenjak saat itu juga dia benci perokok. Dan dia juga benci jika ada orang yang bertanya atau menyentuh kalungnya.

Oh jangan lupakan cambukan pedas dari sang ibu apabila dirinya jarang membantu mengurus pekerjaan rumah. Selama dua atau tiga tahun lamanya, ia mengalami hal itu tanpa diketahui oleh ayahnya.

Lulu benar benar sangat membenci mereka berdua, karena ibu dan kakaknya juga lah ia harus mengonsumsi obat penenang diri secara berkala. Jika telat seminggu, maka dia akan kesulitan untuk mengontrol emosi dalam dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, kesabaran Lulu sudah berada dipuncaknya. Pada akhirnya, untuk mengakhiri siksaan bejat dari mereka, dirinya pun mengambil keputusan nekat.

Yaitu dengan membunuh kedua perempuan yang telah merenggut kebahagiaannya selama ini.

Kebahagiaan yang seharusnya ada bersama dengan Zifan dan Meidyawati.

"Aku rasa ini semua emang ada sangkut pautnya sama pelaku pembakaran panti deh" gumam Hida "Kalau gitu..berarti emang bener kan, sekarang dia itu ada diantara kita semua"

Saat ini ia dan Lulu tengah berada di halaman belakang. Setelah perkumpulan garing diruang tengah tadi, mereka memutuskan untuk merundingkan perkara ini dan itu disana.

"Pasti. Tapi..harusnya udah beres kan? Kakak ku udah mati, terus ini orang mau nargetin apalagi coba? Kenapa Redav sama Rayshifa juga jadi korban terornya sekarang?" keluh Lulu "Ada ada aja, kan mereka berdua itu gak ikutan ngebully si..siapa lah namanya"

"Iya juga..hhh pusing aku"

Setelah obrolan singkat itu, keheningan kembali terjadi. Hida mengamati Lulu yang terlihat begitu lesu.

"Kamu gak apa apa kak? Keliatannya kaya capek gitu"

"Hm gk apa apa. Cuma, yah sampai sekarang aku gak nemu jawaban atau informasi apapun dari Gempa tadi. Dia..keliatannya juga antara gak mau ngasih tau atau emang gak tau"

"Gitu ya, eh kalau kak Indri gimana? Udah coba tanya dia?"

"Ah gak tau lah aku, dia aneh" jawabnya ketus ketika mengingat obrolan singkat saat membasuh wajah di wastafel luar.

Hida mengernyit "Aneh gimana kak?"

"Daripada itu..gimana kalau kita masuk keruangan atok aja? Terus cari semua data anak anak panti" usulnya, dan mengabaikan pertanyaan Hida

"Siapa tau, catatan riwayat kelakuan kita juga ada disana. Semua panti asuhan pasti punya berkas begitu kan? Dan yang boleh tau pastinya cuma pengurus panti sama keluarga  yang mau ngadopsi"

Hida tampak berpikir sejenak, mencoba membenarkan perkataan dari Lulu,

"Ya iya sih...tapi kan, tok Aba lagi pergi. Gak tau kapan pulangnya. Kuncinya pasti ada sama tok Aba"

"Ketujuh cucunya itu gimana? Seenggaknya ada diantara mereka yang nyimpen kunci cadangannya kan?"

"Walau begitu, tetep aja gak akan bisa kita dapetin. Kalau nanya atau minta kuncinya, nanti kita malah dicurigain yang enggak enggak"

"Ya aku tau. Tapi, sebenernya..aku sedikit berharap sama Solar. Menurut kamu gimana?"

Pertanyaan diluar ekspetasi itu berhasil membuat Hida sedikit tercengang. Seorang Lulu? Berharap pada seseorang?

Tumben sekali,

Bukannya apa. Hari ini Hida juga sudah mencapai batasnya. Kepalanya pusing, sudah tidak bisa bekerja sebaik sebelumnya.

"Hah? Berharap..apa? Kak, kali ini aku gak bisa langsung paham sama ucapan kakak"

Kalau saja ini adalah dunia anime, mungkin di sekitaran kepala Hida sudah tergambarkan suatu galaxy yang berputar beserta isinya.

Lulu berdecak "Aku udah mikirin ini dengan mateng. Aku mau ngajakin Solar buat nyari tau tentang ini semua" ia menjeda kalimatnya "Kenapa harus Solar? Karena aku rasa dia itu cukup pintar, bisa dipercaya, dan bisa diandalkan untuk menggali informasi tambahan"

Hida terdiam setelah mendengar penjelasan itu, antara senang dan tidak. Tidaknya karena dia iri kalau Solar bisa langsung dipercaya oleh Lulu sementara dirinya saja waktu itu sangat diragukan kemampuan dan kesungguhannya. Huh, pilih kasih.

"Gitu ya, boleh aja deh kalau Solar. Kamu pilih orang yang tepat kak"

"Aku juga gak sembarang milih orang kali. Kalau salah bisa hancur semua. Oke, nanti kamu yang cari Solar ya. Tugasmu buat bujuk dan hasut dia biar gabung sama kita. Nanti jam sembilan malem kita kumpul lagi disini, mumpung gak ada tok Aba"

"Dih, main nyuruh aja. Tapi ya okelah, itu salah satu keahlianku juga kok, percayakan pada Hida yang hebat ini ahaha" sejenak dirinya ketularan jiwa narsis dari Solar

"Nah, kamu sendiri mau kemana sekarang, kak?"

Lulu tersenyum tipis "Aku? Tentu mau merhatiin lagi situasi dan kondisi setiap anak panti..."


=====

Acara makan malam kali ini terasa sangat hambar dan membosankan. Dengan berkurangnya anggota, membuatkan mereka canggung antara satu sama lain.

Bahkan Blaze dan Thorn tak ikut makan malam bersama.

Belum lagi mereka juga jadi sedikit parno dengan makanan yang tengah disantap. Siapa lah tau, orang gila itu menaruh atau memasukkan sesuatu kedalam masakannya lagi.

"Hika masih stay dirumah sakit ya? Beneran gak mau gantian?" tanya Bella menghapus keheningan

"Kaya gak tau dia aja, udah pasti gak mau. Biasalah..kalau udah menyangkut soal Shifa pasti begitu" sahut Adnyana

"Hm, kak Hali. Nanti aku jenguk mereka kesana gak apa apa kan? Sekalian bawain makanan buat Hikari, dia pasti belum makan sampai sekarang" Gempa pun turut membuka suara

Yang ditanya melirik sekilas "Gak usah, besok lagi aja. Jangan ada yang berani keluar panti setelah makan malam. Jangan mentang mentang gak ada tok Aba kalian jadi seenaknya" ucapnya datar namun tegas

Taufan menganggukki perkataan sang kakak "Kak Hali bener, besok lagi aja Gem. Lagipula, Hikari pasti bawa uang buat beli makanannya sendiri"

Si empu tak lagi menjawab. Ia tidak akan berani membantah jika kedua kakak kembar sulungnya sudah berbicara. Setelah makan malam selesai, mereka semua kembali ke kamar masing masing.

.

.

.

Ketika waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Hida, dan Lulu kembali berkumpul dihalaman sesuai janjinya sore tadi. Tentu bersama Solar yang kini penuh tatapan selidik dan rasa was was.

Tak Lulu sangka. Hida benar benar memiliki bakat untuk menghasut orang semudah ini. Dia pikir, Solar akan menolak dan sangat sulit untuk diajak kerjasama.

"Udah kuduga, emang ada yang gak beres sama kamu" selorohnya sambil membenarkan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya

Sementara Lulu sendiri hanya merotasikan matanya malas, ia menarik napas sejenak, kemudian ingin melontarkan penjelasan pada Solar, tapi....

"Sttt, udah udah, aku tau kamu mau ngomong apa. Gak usah bertele tele lagi. Hida udah jelasin semuanya kok"

Seandainya dia tidak membutuhkan bantuannya, mungkin Lulu sudah menikam pemuda berkacamata dihadapannya ini sekarang juga.

Tapi yah, Lulu cukup berterimakasih pada Hida yang mau menjelaskan pada Solar lebih dulu. Jadinya mengurangi pekerjaan, dan tak perlu menghabiskan banyak waktu.

"Jadi, kalian ini mau apa sekarang? Sampai Hida maksa banget nyuruh aku buat bantuin? Oh, kalian bisa bicara to the point kalau sama aku"

"Oke. Cukup mudah Lar, kamu cuma harus ambil semua berkas data anak panti disini. Terus kita liat sama sama riwayat perilaku, siapa diantara mereka yang tersangkut paut sama kejadian dulu, atau yang ada banyak kasus bullying nya"

Solar tampak memikirkan sesuatu, lantas menjawab pertanyaan itu "Gitu ya, terus? Kita cari yang dominan diantara mereka? Maksudnya..yah, yang kelakuannya merujuk besar sama kasus sekarang juga kan? Udahnya kita amatin dan kumpulin bukti yang sesuai sama perilakunya"

Bingo!

Memang tidak salah Lulu merekrut Solar gabung bersamanya. Otaknya itu bisa mencerna apapun dengan cepat dan tepat. Memudahkan baginya untuk segera mengetahui pelaku sinting dari semua hal janggal ini.

"Iya bener. Jadi, kamu bisa ambilin itu buat kita kan?"

"Bisa aja, besok tapi, kunci kamar tok Aba ada di kak Gempa soalnya"

Baik Lulu maupun Hida tampak menghembuskan napas gusar. Padahal mereka sudah cukup dibuat senang, malah harus dibuat menunggu lagi.

"Tapi, kalian tau kan kalau di dunia ini gak ada yang gratis?" sambung Solar, menarik kembali atensi mereka

Lulu yang merasa paham arah bicara Solar mengangguk mantap "Aku ngerti. Kita juga bakal bantu kamu buat cari tau..siapa perempuan yang udah ngancam Thorn siang tadi. Walau tebakan ku sih, orang itu adalah orang yang sama, sama kasusnya Rayshifa"

"Emm guys..kalian ngomongin apa nih? Aku gak tau loh" Hida menyela, memang dia tidak tahu permasalahan si kembar tujuh dan ibunya.

Solar dan Lulu saling pandang sekilas. Lalu gadis itu mempersilahkan Solar untuk menjelaskanya sendiri, dan itu tak luput dari pendengaran Hida yang sangat fokus sekarang. Sesekali eskpresinya menunjukkan bahwa ia sedikit terkejut.

"Y-ya ampun..aku, emm..turut prihatin dengernya" ucap Hida, setelah mendengar itu entah kenapa dia jadi sedikit merasa bersalah, dia juga sangat tak menyangka kalau si kembar tujuh punya masalalu yang sangat gelap dan suram

"It's oke, tapi aku minta kalian harus jagain rahasia ini. Yah..walau lambat laun juga pasti bakal kebongkar dengan sendirinya. Tapi..seenggaknya buat sekarang tolong jangan sampai ada yang tau"

Lulu dan Hida mengangguk paham. Tentu saja mereka juga bisa diandalkan. Dan pada akhirnya mereka bertiga benar benar bekerja sama, yang saling menguntungkan satu sama lain.

Yah semoga saja, keputusan mereka ini memang sudah benar dan tidak salah.

Dan mereka kembali mendiskusikan banyak hal, selain tentang Thorn, Redav, dan Rayshifa. Solar juga mengutarakan pendapat dan kecurigaannya pada Assyifa dan Ica tempo lalu.

Yang dimana, mereka pulang pada waktu maghrib, dengan pakaian yang lusuh, noda darah di sepatu Ica, dan air wajah mereka yang jauh dari kata baik baik saja. Itu juga bersamaan dengan hari dimana Redav dinyatakan hilang.

"Assyifa sama Ica ya..serahin sama kita berdua. Kamu, fokus aja buat bawa berkas data diri itu"

.

.

.

Gadis itu dengan anggun merogoh saku bajunya, mengeluarkan sebuah benda kotak kecil yang berisi beberapa batang rokok. Dengan gerakan yang begitu halus, ia memilih salah satu batang rokok, lalu menjepitnya di antara bibirnya.

Dengan penuh kehati hatian, ia menyalakan korek gasnya, membiarkan nyala kecil itu membakar ujung rokok yang ia pegang.

Dengan tatapan yang tenang, gadis itu menarik napas perlahan, menghisap rokok tersebut, dan kemudian menghembuskan asapnya ke udara.

Awan asap tipis mulai memenuhi sebagian ruangan, menciptakan aura misterius dan tenang di sekelilingnya dengan asap rokok yang terlihat menari nari di udara.

Ia menatap keluar jendela, memandang langit malam yang dipenuhi bintang dengan penuh kekaguman. Sambil menghirup asap rokoknya, ia bergumam,

"Ini semakin menarik"

Ekspresi wajahnya berubah menjadi senyum penuh arti, sebuah smirk yang mengisyaratkan bahwa di balik kesendirian malam, ada keindahan yang hanya ia yang pahami.

Dalam keheningan yang menyelimuti ruangan, gadis itu terlihat begitu dalam dengan pikirannya, seolah tenggelam dalam pesona malam yang menggoda.



Agak mau nyerah sih,
Tpi dikuat²in aja biar keren.

18 Juni 2024
=====
TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro