29. Sebenarnya...
29. Sebenarnya...
Udara semakin dingin yang artinya mereka telah tiba di tengah laut, juga semakin dekat dengan Pulau Levanna. Dinginnya embus angin membuat Gallan, Titania, dan Lazar bersicepat mengenakan pakaian penghangat tubuh yang telah mereka bawa sebagai persiapan menghadapi betapa dinginnya pulau pribadi Atlanna.
Di ruangan lain, tepatnya di kamar, Amberley dan Zae masih menikmati momen berdua. Mereka melewati waktu sebaik-baiknya tanpa ingin diganggu. Ini bukan rencana mereka untuk melakukan segelintir adegan intim di kapal seakan sedang berbulan madu. Itu semua terjadi begitu saja ketika hati, pikiran, dan tubuh sama-sama menginginkannya.
Zae mengamati pergerakan Amberley yang sedang memakai kembali bawahannya. Lelaki itu tak pernah lelah memuji lekuk indah tubuh sang Istri, bahkan perutnya yang mulai sedikit buncit itu terlihat seksi di mata Zae. Ia tidak sabar melihat perut Amberley bertambah besar.
Saat Amberley hendak mengambil bra, Zae langsung menghampirinya dan meraih benda tersebut. Zae taruh bra Amberley di tepi kasur, kemudian ia mendekatkan diri ke wanitanya yang begitu ia sayang.
Zae mengukir senyuman manis seraya mengusap rambut Amberley dengan satu tangan. Satu tangannya lagi membelai wajah cantik itu. Amberley membalas tatapan Zae, matanya berbinar indah dan tampak polos.
"Istriku," sebut Zae.
"Ya, suamiku?" Amberley melebarkan senyumnya yang lucu.
Sentuhan lembut Zae pada pipi Amberley membuat perempuan itu nyaman dan semakin merapatkan diri. Ia suka sekali berada sedekat ini dengan Zae. Kalau bisa, rasanya tak mau berjarak meski hanya sedikit.
"Sekarang kamu lagi hamil." Suara Zae terdengar lebih rendah. "Kamu enggak mau sesuatu? Biasanya ibu hamil suka ngidam."
Amberley mengernyit lalu terkekeh kecil. "Aku belum ngerasain mau sesuatu, atau aku enggak sadar, ya?"
"Kalau mau sesuatu kamu harus bilang ke aku. Jangan dibiasain kamu pendem sendiri," kata Zae. "Itu berpengaruh ke Baby Zaley."
Lantas Amberley mengangguk mengiakan ucapan lelakinya. "Aku pasti bilang."
Kini mereka berpelukan tanpa berkata apa-apa. Telapak tangan Amberley menyentuh kulit dingin Zae di bagian punggung. Ia memejamkan mata merasakan usapan Zae di punggungnya juga.
Sekilas Zae mengecup kening Amberley dan kembali memeluknya erat. Begitu erat sampai mereka tahan napas, kemudian diakhiri tertawa bersama. Mereka berpandangan lama dengan ketulusan cinta yang setiap harinya meningkat.
"Aku harus bilang kalau aku mau sesuatu, kan?" Amberley berujar.
"Iya. Harus bilang," sahut Zae sembari meraup rambut Amberley untuk dibawa ke belakang semua. "Aley mau apa?"
"Permintaan aku mungkin bikin kamu bosen dengernya," celetuk Amberley.
Zae memperdalam netranya untuk Amberley. Ia bertutur, "Semua tentang kamu enggak pernah bikin aku bosen."
"Bener, ya?" Cengiran Amberley membuat Zae spontan mencubit ringan pipinya.
Ibu hamil itu peluk Zae lagi yang tentunya dibalas. Amberley menghirup dalam-dalam harum tubuh Zae, menyimpan aroma khas ini dalam ingatannya yang ia harap permanen. Ia tak mau melupakan tiap detik bersama Zae.
"Aku mau sama kamu terus," ungkap Amberley, menyampaikan keinginan terbesarnya.
"Aku enggak mau dilupain kamu." Amberley melanjutkan.
Zae melepas pelukan mereka untuk menatap Amberley yang bibirnya bergetar menahan tangis. Setiap melihat Amberley begini, hati Zae sakit dan rasa takut itu datang menyerbu. Ia tak tau apa yang mengganggu pikiran Amberley sampai beberapa kali berpikir demikian.
"Aku mau nanti kamu terima setengah kekuatan aku biar enggak ada yang ganggu kamu lagi. Biar kita bisa sama-sama hidup lama bareng Baby Zaley," papar Amberley.
"Aku mau kita bareng-bareng liat dia tumbuh. Kita lewatin banyak waktu berharga bareng Baby Zaley. Aku mau dia kenal aku sebagai ibunya, dan kamu sebagai ayahnya." Buliran bening itu turun membasahi pipi Amberley.
"Ibunya cuma aku, dan ayahnya cuma kamu." Amberley berimbuh, air matanya semakin deras berurai.
"Itu kemauan aku. Maaf kalau terlalu berat buat kamu," ucap Amberley disusul tersenyum tipis.
Zae menghapus jejak tangis Amberley sebelum memberi tanggapan. Ia berusaha menghentikan tangisan itu sampai benar-benar lenyap. Barulah setelahnya ia menanggapi ucapan Amberley.
"Apa pun asal bikin beban pikiran kamu berkurang, aku siap penuhin semua kemauan kamu." Zae bertutur lembut. "Tapi, tentang kita sebagai orang tua Baby Zaley, itu enggak perlu kamu ajuin sebagai permintaan. Itu ketetapan yang berlaku selamanya, Sayang."
"Enggak ada ibu atau ayah lain buat Baby Zaley. Orang tuanya cuma kita ... Daza dan Mamiley," lanjut Zae.
Amberley tatap lekat iris cokelat Zae, kemudian ia mengangguk samar. Jawaban Zae cukup meruntuhkan kegelisahan yang sering datang tiba-tiba memecah konsentrasi Amberley. Ia memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan terburuk dalam hidup, salah satunya mengenai perpisahan.
Di luar dari ketakutan Amberley, ada Zae yang sebenarnya juga merasakan kegelisahan tersebut sejak lama. Ia paling takut bila suatu hari tidak bisa berada di dekat Amberley lagi. Namun, Zae tak mau menunjukkannya terang-terangan kepada Amberley. Ia percaya mereka akan terus bersatu dan mampu menerjang badai yang mencoba menghancurkan pertahanan mereka.
Berselang detik, Zae merendah dan berlutut di depan Amberley. Ia peluk tubuh istrinya seraya mengecup perut berisi calon bayi mereka.
"Ada penerus kehebatan kamu di sini," ucap Zae sambil memandangi dan mengelus permukaan perut Amberley.
Amberley terkekeh pelan lalu menyapukan jemarinya pada rambut tebal Zae. Ia mesem-mesem mendengar celetukan Zae mengenai Baby Zaley di masa depan. Harapan mereka sama yaitu sang anak terlahir sempurna dan kelak menjadi sosok baik hati dengan pemikiran luas serta hati yang lapang.
Kehadiran Zae dan Baby Zaley menyadarkan Amberley bahwa ia tidak boleh takut dan terus-terusan gelisah. Ia sadar bahwa akan selalu ada sesuatu yang berada di luar kehendaknya, dan itu bukan berarti Amberley harus membiarkan dirinya terpuruk oleh pikiran buruk.
Maka, tujuan utama Amberley saat ini ialah Zae bahagia dan Baby Zaley lahir sempurna.
༻✽༺
Gallan dan Lazar tidak kuat berlama-lama di geladak utama kapal. Mereka pindah haluan ingin masuk ke ruang tengah saja. Sayangnya ada satu orang yang tak mau ikut ... siapa lagi kalau bukan Titania.
"Titut, ayo masuk! Di sini makin dingin," seru Gallan.
Titania menggeleng, dia tetap berdiri di ujung sana sambil mengamati air laut yang gelap. Tidak ada lumba-lumba yang mengiringi perjalanan mereka. Kegelapan di bawah sana seakan menutupi adanya kehidupan makhluk laut yang begitu mengerikan.
Sekujur badan Titania menggigil akibat terjangan angin yang setiap detiknya bertambah kuat. Ia sadar dirinya tak mampu bertahan lebih lama di posisi ini, tetapi Titania keras kepala dan memilih untuk tetap diam.
Dia sedih memikirkan Zae dan Amberley yang mengabaikannya. Ia berpikir dua orang itu tidak peduli padanya sampai-sampai membiarkan Titania hanya bergabung bersama Gallan dan Lazar. Titania mau Amberley senantiasa ada di sampingnya.
Kenyataannya, Amberley dan Zae sama sekali tidak ada niat mengabaikan Titania. Bahkan mereka tak pernah berpikir ke arah situ. Mereka hanya sedang menikmati kebersamaan di tengah laut yang baru kali ini bisa mereka rasakan berdua.
"Tut, sini atuh jangan makin ke ujung!" Gallan mulai panik melihat Titania maju ke ujung kapal.
"Emangnya Titut enggak mau ke Aley? Kita panggil Aley, yuk!" ucap Gallan lagi.
Titania tidak mendengarkan. Sampai Gallan berbalik badan dan beranjak menuju ruang tengah sambil sengaja memanggil-manggil Amberley agar Titania menoleh, perempuan itu tetap anteng di tempat.
Firasat Lazar tidak enak saat Titania melepas mantel tebal yang seharusnya tetap ia pakai. Lazar spontan menepuk bahu Gallan untuk memberi perhatian sepenuhnya kepada Titania. Seketika Gallan berputar badan, dan matanya membelalak melihat Titania memanjat pagar pembatas.
"Titut!" Gallan histeris.
Dua lelaki itu lari kencang untuk menangkap Titania. Gallan sampai kehilangan keseimbangan dan dia jatuh tersungkur di lantai yang licin. Lazar berhasil menggapai pagar pembatas, tapi gagal menyentuh ujung kaki Titania yang padahal hanya berjarak tiga sentimeter dari tangannya.
"Tita!" Lazar memekik bersamaan Titania melepas pegangannya dari pagar.
"Titut!" Gallan berteriak lantang. "Tituuut!"
Byur!
Dinginnya air melahap tubuh Titania yang kini hilang dari pandangan. Lazar dan Gallan terlalu panik sampai mereka bingung harus melakukan apa. Di tengah ketegangan ini Gallan buru-buru memanggil Amberley dan Zae.
"Zae! Aley! Titut nyebur ke laut!" Gallan berseru kencang di depan pintu private room suami-istri itu.
Amberley baru saja selesai berpakaian saat ia mendengar informasi tersebut. Ia cepat-cepat lari keluar dari kamar, disusul Zae yang langsung menyambar kaus dan memakainya sambil berlari meninggalkan ruangan.
Mereka lari-larian menuju titik di mana Titania terjun ke laut. Lazar ada di sana, ia mencari-cari keberadaan Titania yang dari tadi tidak menyembulkan kepala. Mereka berempat mempertajam mata untuk memastikan Titania ada di mana.
"Tita!" Amberley memanggil, jantungnya menggebu-gebu sehingga dadanya bergerak naik dan turun cukup cepat.
"Itu! Keliatan samar-samar ada badan Titut! Ituuu!" Gallan menunjuk ke bawah, tepat ke bagian depan kapal yang terhalangi air laut.
Tanpa pikir lama Amberley menaiki pagar yang tingginya mencapai dada Zae. Amberley bergerak cepat dan tak membiarkan seorang pun mencegahnya.
"Zae, kamu jangan ikut! Aku bakal minta Mama lelehin es di Kutub kalau kamu ikut turun!" Amberley berseru galak, dan seketika menyeburkan diri ke laut yang bagi manusia dinginnya seperti masuk ke lautan es.
"Aley!" Zae sangat terkejut.
Amberley menyelam dengan penglihatan sedikit memburam. Ini tak mengganggu pandangannya mencari Titania. Dia mengandalkan kemampuannya yang pandai berenang hasil dari ajaran orang tua, nenek, dan kakeknya yang senang mengajak Amberley berenang sejak kecil.
Amberley turun menuju badan kapal bagian depan, letaknya di tengah-tengah. Kata hatinya benar bahwa Titania ada di sana. Titania menahan diri agar tetap jauh dari permukaan laut dengan memegang erat besi-besi yang ia temukan di badan kapal.
Melihat Amberley datang, Titania kelabakan dan memberi isyarat mengusir Amberley. Ia tidak mau ada yang menolongnya. Titania sudah bertekad ingin menyerah saja dan menghilang dari Bumi.
Amberley meraih lengan Titania, ia berusaha mengajaknya kembali ke permukaan. Sayang, Titania melepaskan tangan dari Amberley dan memegang besi-besi lagi sekuat tenaga.
Usaha Amberley untuk menyelamatkan Titania terus membara. Ia tarik paksa sepupunya itu sampai melepaskan pegangannya dari besi-besi. Amberley bergerak cepat karena dia dan Titania memerlukan oksigen untuk bernapas.
Lagi dan lagi Titania mendorong Amberley, dia tidak mau disentuh apalagi ditarik-tarik tanpa persetujuannya. Setiba-tiba itu Titania membuka mulut lebar-lebar dengan mimik marah yang pertama kalinya Amberley saksikan.
Amberley tersentak. Bukan hanya ia kaget akan kemarahan Titania, tapi dia juga heran karena Titania tidak terlihat seperti akan kehabisan napas. Sebaliknya, Amberley serasa mau pingsan bila berlama-lama di bawah air.
"AAAAAA!" Titania berteriak.
Secara refleks Amberley berenang sedikit menjauh dan tambah bingung akan apa yang terjadi. Dia coba teriak, tapi bukan suara yang keluar, malah gelembung-gelembung keluar serempak dari mulutnya. Dia langsung membekap mulut.
Teriakan Titania berganti menjadi lirihan menyedihkan penuh derita. Amberley menjadi saksi perubahan yang terlihat jelas di kaki Titania. Dia tidak salah lihat, ini betul-betul nyata!
Amberley tidak bisa tenang dan berpikir jernih. Hanya satu nama yang muncul di benaknya. Geema. Ia mengira-ngira, apakah inilah detik-detik jati diri Titania terungkap yang menunjukkan dia keturunan seorang Dewi Laut yaitu Amatheia La Luna?
Tak berapa lama berselang, Amberley terdiam dengan mata mengarah ke setengah badan Titania yang telah berubah. Baju Titania menghilang sehingga bagian dadanya terpampang, dan kakinya berganti ekor.
Di kapal, semua orang kelimpungan mencari bantuan. Zae tadi hampir ikut menjatuhkan diri ke laut, tapi berhasil dicegah Gallan dan Lazar. Percuma bila mereka turun ke laut karena sekarang ini mereka berada di tengah lautan yang begitu luas.
"Jangan panik! Jangan nyebur! Gue cari bantuan." Zae marah-marah ke Gallan dan Lazar, padahal dia sendiri yang paling panik sampai mau terjun ke laut.
Zae masuk ke kamar, ia coba berkomunikasi dengan Dae sambil menutup mata. "Dadda, Zae butuh bantuan. Aley dan Tita berenang di laut, tapi sampai sekarang enggak muncul ke permukaan. Istri Zae lagi hamil, Dadda ... Zae khawatir. Zae enggak bisa ikut turun ke laut karena airnya terlalu dingin, Zae bisa mati. Sekoci enggak cukup membantu, Dadda."
Permohonan Zae terkabul di detik ketiga setelahnya. Roh Dae keluar dari raga Zae dan ia melayang jauh mencari pertolongan langsung kepada penguasa lautan. "Amatheia La Luna ...."
Zae tertunduk ketika tak ada lagi pelindung di tubuhnya. Ia merasa tidak nyaman seperti ada sesuatu mengintai. Zae menoleh ke jendela-jendela kamar yang terbuka dan memperlihatkan hamparan lautan gelap.
Ombak besar menghantam badan kapal. Cipratan air laut tidak terlalu banyak masuk ke kapal, tapi anehnya sampai mengenai Zae yang padahal berada di kamar. Zae tertegun. Perasaannya makin tak karuan dan ia membeku di tempat.
"Zar! Itu makhluk apaan gede banget! Lazar!" Gallan teriak-teriak, suaranya sangat besar dan tertangkap telinga Zae.
Monster laut itu mendekat ke kapal karena mencium kehadiran Zae. Meskipun Zae, Gallan, dan Lazar sama-sama manusia, mereka memiliki perbedaan yang signifikan. Gallan aman dari serangan makhluk jahat lautan karena dia memiliki darah Alaia di tubuhnya. Lazar hanyalah manusia biasa seperti Zae, bedanya aroma tubuh Zae sangat menarik bagi para makhluk itu, sehingga mereka ingin mengambil Zae untuk dibawa ke alam mereka.
"Gue belom mau mati! Gue belom mau mati! Gue belom mau mati!" Gallan panik tak terkontrol.
Tidak lama dari itu, Gallan langsung berseru lagi, "AKHIRNYA! PERGI YANG JAUH!"
Bersamaan makhluk tersebut pergi, Zae merasa sesuatu yang mengintainya turut hilang. Itu terjadi karena Nyx Reaper muncul dan sekarang berdiri di belakang Zae, melindunginya dari kejahatan. Nyx akan memantau Zae sampai roh Dae kembali.
Di bawah laut, Amberley tersiksa akan keterbatasannya yang tidak bisa bicara dan bernapas di air. "Bluuup!" Amberley memekik, ia ingin berteriak 'Nooo!', tapi tidak mampu.
Ia berenang cepat menghindari Titania. Kecepatan renangnya menurun lantaran tenaganya terkuras karena dia kekurangan oksigen. Amberley tak menyerah, ia terus beranjak ke atas sampai tangannya berhasil keluar dari air.
Baru saja tangannya muncul ke permukaan, mendadak kaki Amberley ditarik Titania dan diseret ke bawah.
Pandangan Amberley tambah buram. Dia tidak cukup kuat melawan arah berenangnya. Amberley ingin ke atas, tapi Titania terlalu cepat membawanya ke bawah.
"Geema! Geema!" Amberley berseru lewat telepati.
Seekor lumba-lumba berwarna pink muncul saat dia rasakan ada yang membutuhkan pertolongan. Tetapi, lumba-lumba cantik itu putar arah karena takut melihat sosok berekor besar yang menyeret Amberley. Dia pergi mencari keluarganya agar bisa membantu dia menyelesaikan perkara ini.
Kurang dari tiga puluh detik, lumba-lumba pink balik lagi. Ia datang bersama kawanan mermaid yang langsung merebut Amberley dari Titania. Amberley dibawa ke permukaan dan dilindungi dari Titania yang hendak mencabiknya.
"Itu ... duyung?!" Lazar syok. Gallan ikut syok, meski sebetulnya dia tidak benar-benar syok.
Lazar kehabisan kata. Dia mengerjap matanya berkali-kali untuk memastikan dirinya salah lihat atau tidak. Ia bingung sebenarnya dia sedang berada dalam dunia fiksi atau dunia nyata.
"She's Amberley, granddaughter of our Goddess Amatheia La Luna." Salah satu mermaid berkata ke mermaid yang lain.
Di atas sana langit mengabu, gelombang laut besar-besar, dan kilat menghiasi kesuraman bumantara. Ini pertanda Alaia telah menerima laporan dari Dae mengenai cucu-cucunya. Alaia bergerak cepat memanggil Kholivar untuk berteleportasi ke lokasi kejadian.
Betapa kagetnya Lazar sampai dia terpeleset di lantai kapal saat Kholivar muncul entah dari mana dan mendarat di sini. Alaia meluncur turun dari badan Kholivar, lalu dia lompat ke air dan tubuhnya langsung berubah menjadi mermaid sangat cantik.
Ia menghampiri cucu pertamanya yang sedang dibawa ke belakang kapal. Tiga lelaki di kapal itu berlomba-lomba ke bagian belakang kapal untuk menyambut Amberley. Dari sana tubuh lemah Amberley akan lebih mudah diangkat oleh para manusia ini karena posisinya rendah dan dekat dengan air laut.
Setelah meyakini Amberley aman, kini Alaia mencari cucunya yang satu lagi. Alaia menyelam jauh mengejar Titania dengan penciuman tajamnya. Titania tidak akan bisa menghindar dari Alaia.
"Titania!" Alaia memanggil lantang. Seruannya tak hanya didengar Titania, tapi juga para makhluk yang berada di sekitarnya.
Titania takut. Ia bingung harus berbuat apa ketika Alaia semakin mendekat. Titania tidak siap untuk dimarahi karena tadi dia telah sengaja mencelakakan Amberley sampai nyaris kehabisan napas. Itu bukan sepenuhnya keinginan Titania, tapi sesuatu dalam dirinya mendorong dia melakukan itu.
"Jangan menjauh, Sayang. Geema enggak marah." Alaia bertutur.
Mendengar itu Titania langsung berhenti menggerakkan ekornya dan memberanikan diri menghadap Alaia. Ia menunduk, tidak punya nyali untuk sekadar menatap wajah neneknya. Titania mengepal tangan saking ia ketakutan.
Alaia berhasil menggapai Titania, lantas ia tercenung akan perubahan wujud cucu keduanya yang tak pernah ia sangka menjadi seperti ini.
Setelah bertahun-tahun Alaia memikirkan perbedaan antara Titania dan Amberley yang begitu jauh, dan setelah sekian lama Alaia mendambakan keturunan berupa mermaid, di sinilah ia menemukan fakta bahwa Titania sejatinya adalah makhluk laut.
Namun, ini melenceng dari perkiraan Alaia.
"Siren ...," gumam Alaia, menatap Titania bersamaan kilauan berlian keluar dari matanya dan menyatu dengan air laut.
• ༻ A M B E R L E Y ༺ •
terima kasih selalu setia sama karyaku! ikutin terus perjalanan seru AMBERLEY yaaa 🤍🖤 jangan lupa share cerita ini ke orang-orang dan sosmed kamu! love you puuuul bebigeng 💜
FOLLOW IG KHUSUS KARYAKU:
@alaiaesthetic
SUBS CHANNEL TELE KHUSUS BABYGENG, ada banyak RP ALAÏA UNIVERSE di sana:
@BABYG3NG (pake 3)
sinii join grupnya di telegram. link ada di channel tele BABYG3NG
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro