BAB VII - DERI & SALSA
Karena kasus penculikan Dara serta semakin seringnya Deri dan Salsa bertemu, timbul rasa dan getar-getar di hati mereka. Deri dan Salsa yang kebetulan juga satu sekolah sering berdiskusi dan pulang sekolah bareng sambil mencari info mengenai keberadaan Dara.
Semenjak hilangnya Dara, om Agam dan tante Rima mengajak Deri dan Kiara tinggal dirumah mereka. Akan lebih mudah bagi mereka mengawasi sih kecil Kiara, yang memang masih sangat belia dan labil.
Dengan hilangnya Dara jelas sekali Kiara tampak sangat terpukul. Tante Rima berusaha keras menghibur Kiara disamping dia mengasuh putranya yang masih bayi.
Tante Rima dan Om Agam memberikan kebebasan kepada Deri yang memang mereka nilai Deri sudah dewasa.
Mereka tidak memberikan batasan terhadap Deri, terutama Deri juga sedang fokus dan berkonsentrasi mencari jejak hilangnya Dara saudari kembar Deri.
Tante Rima dan Om Agam juga menangkap signal rasa suka dari Deri ke Salsa dan sebaliknya, akan tetapi mereka pun masih menahan diri untuk bertanya dikarenakan memang waktunya belum tepat.
Om Agam dan Tante Rima mengizinkan rumah mereka dijadikan base camp baru tempat mereka berkumpul untuk mengatur strategi dan siasat, sedangkan Dion hanya tahu bahwa base camp mereka mencari Dara hanya dirumah Elang saja.
***
Deri duduk termenung di teras belakang, ia terlihat sangat terpukul dan sedih sekali karena Dara belum juga ditemukan. Salsa yang memang sedari tadi memperhatikan Deri terlihat menghampiri dan duduk disamping Deri.
"Deri, kamu baik-baik saja," tanya Salsa.
"Aku hanya sedih memikirkan keadaan Dara, bagaimana dia sekarang ini." ujar Deri.
"Kita berdoa saja, semoga Dara selamat dan kembali bersama kita." ucap Salsa.
"Iya Salsa, hanya kamu yang bisa mengerti diriku." kata Deri.
Deri dan Salsa bersama-sama berdoa, mereka menginginkan Dara kembali ke pelukan mereka dan berada bersama mereka lagi secepatnya.
Sementara itu, konsentrasi Dion dan Ani hanya tertuju pada kediaman Elang dan Dara saja. Mereka sama sekali tidak menyadari kalau mereka sebenarnya sudah diawasi oleh pihak kepolisian terkait hilangnya Dara.
"Bagaimana perkembangan disana Dion?" selidik Ani.
"Aku masih memantaunya, kamu tenang saja semua aman terkendali." kata Dion meyakinkan Ani.
"Berarti permainan masih ditangan kita," ucap Ani senang.
"Iya Ani, sebaiknya kamu juga berhati-hati. Dara sudah melihat wajah kamu." kata Dion lagi.
"Aku akan sangat berhati-hati, aku tidak akan membiarkannya terlepas begitu saja seperti waktu itu." sahut Ani.
"Bagaimana keadaan Dara sekarang?" tanya Dion.
"Sudahlah, dia baik-baik saja, kamu jangan terlalu mengkhawatirkannya." imbau Ani.
Dion ingin memastikan kondisi Dara, disana tampak Dara sedang tertidur pulas dengan tangan dan kaki terikat kembali serta mulut tersumbat kain. Dion memeriksa dan memastikan ikatan Dara kali ini tidak terbuka, dan Dara tidak punya kesempatan lagi untuk melarikan diri darinya.
Dion benar-benar menunggu waktu yang tepat untuk bisa memenangkan hati Dara dan menikahinya, akan tetapi Dion lupa satu hal bahwa dengan menculik Dara seperti ini sebenarnya kesempatan dia untuk memiliki Dara sudah hilang.
Dion juga tidak tahu, kalau Ani mempunyai maksud dan tujuan berbeda dengan dirinya. Ani ingin sekali menghabisi nyawa Dara, hanya saja dia juga masih menunggu waktu yang tepat untuk mengakhiri hidup Dara dan juga menyingkirkan Dion sepupunya sendiri. Ani menganggap Dion terlalu lembek dalam bersikap saat menghadapi Dara, hal tersebut bisa merusak dan menggagalkan rencana Ani menyingkirkan Dara dari kehidupan Elang.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro