
Bab 7 Crushing Day
Crusing Day by Joe Satriani
*****
Jam mata kuliah Kebudayaan siang ini terasa sangat membosankan bagi Kagome. Entah kenapa Pak Naraku menjelaskan Peradaban seperti memberi petuah. Dan entah berapa kali juga gadis berambut hitam panjang lebat itu menguap.
'Aduh lama sekali,' keluh nya dalam hati. Manik biru keabuan itu melirik jam tangan sudah di angka jam dua belas siang. Tangannya meraba perut sudah mulai lapar.
Kagome bernapas lega, akhirnya selesai juga. Dengan cekatan dia memasukkan buku ke dalam tas ransel kuning. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Pak Naraku yang hanua dibalas anggukan. Kagome melesat menuruni anak tangga menuju kantin.
Kagome kesulitan memasuki kantin yang penuh sesak. Bahkan ada yang antri panjang untuk membeli sepotong sandwich. Kagome mengerang, kemana lagi dia harus memcari. Ke minimarket di depan kampus sangat jauh dari sini.
Ketika Kagome berjinjit untuk mengecek apakah sandwich masih ada, ternyata sudah ludes. Otaknya terus berputar kemana lagi harus mencari makanan yang murah. 'Apa ke toko di seberang sana saja, ya?' pikirnya. Setelah menimbang, kaki jenjang gadis berambut panjang itu melangkah cepat karena jam satu siang mata kuliah Bahasa Inggris. Uh, Pak Bankotsu itu sangatlah membosankan. Cara menjelaskannya tidak enak. Kagome menimbang, apakah dia harus mengambil kursus bahasa asing?
Mata Kagome berbinar, akhirnya dia menemukan roti yang murah. Mengambil beberapa buah dia membayar ke kasir. 'Ini akan cukup untuk makan malam. Harus berhemat,' tekadnya dalam hati. Di luar pintu toko, dia berpapasan dengan dosen tampan yang akhir-akhir ini menghantuinya. Kagome tersenyum dan membungkuk.
"Selamat siang, Pak Sesshomaru," sapa Kagome.
"Hn."
"Maaf, saya harus cepat-cepat karena sebentar lagi masuk kelas." Membungkuk sekali lagi Kagome berlari menuju kampus Todai. Tanpa disadari olehnya, sang dosen sejarah membalikkan tubuhnya, menatap datar punggung gadis manis itu.
"Yes, akhirnya usai juga kuliah hari ini," Kagome berteriak kegirangan. Mahasiswi tingkat satu itu senangnya bukan main. Karena hari ini dia ingin pulang cepat dan istirahat tentunya.
"Yo, Kagome, sampai bertemu besok."
Kagome hanya mengangguk seraya melambaikan tangan. "Hati-hati, Sango."
Kagome mengapit dua buku setebal bantal. Koridor lantai dua mulai sepi. Manik birunya bertemu dengan netra amber. Pemuda itu melipat kedua tangan di dada. Tubuhnya bersandar di dinding. Alis gadis itu bertemu dk tengah. Ah, dia lagi ....
"Mau apa lagi?" Sahut Kagome ketus. Dia masih terluka hatinya mengingat pemuda yang sempat mengisi separuh jiwanya selingkuh dengan gadis lain di depan matanya.
"Aku mau bicara," ujar Inuyasha pelan.
Kagome meneruskan langkahnya, tapi dicegah oleh pemuda itu. "Buat apa? Apanya yang harus dibicarakan? Semua sudah jelas kan? Kita sudah putus! Minggir, aku mau pulang."
Percuma, laki-laki itu malah mengurungnya dengan kedua tangan di tembok. Tentu saja Kagome panik, dia takut mantan nya ini akan berbuat macam-macam dengannya. "Itu cuma sepihak!"
"Jangan berteriak di depanku!"
"Aku belum putus denganmu! Mana bisa begitu?!" Tanya Inuyasha sengit.
"Tidak, Inuyasha. Hubungan kita sudah berakhir. Tolong jangan ganggu aku lagi." Kagomd berusaha melepaskan tangan Inuyasha, namun cowok berambut silver itu tetap menahannya.
"Please, beri aku kesempatan lagi."
"Sudah cukup, Inuyasha," Kagome masih berusaha melepaskan kungkungan tangan Inuyasha. Entah apa yang merasuki Inuyasha, dia malah mendekatkan wajahnya. Titil fokusnya bukan ke pipi melainkan bibir merekah Kagome.
Tentu saja Kagome ketakutan dan memejamkan kedua matanya. "Seseorang, tolong aku!" Jeritnya. Gadis itu tidak mau sesuatu hal terlarang. Bisa-bisa dia dikeluarkan dari Todai.
BUK!
Kagome membuka matanya sedikit, siapa yang telah menolongnya. Manik gadis itu membelalak, Inuyasha sudah terjengkang dua meter dari tempatnya berdiri.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya pemuda itu.
"Y-ya, aku baik-baik saja," ucapnya gagap. Dia menyampirkan rambut hitamnya ke belakang sehingga gerak geriknya tentu saja diperhatikan oleh laki-laki yang baru saja menolongnya.
"Heh, kau Cowok Tengik, beraninya kau menggangguku!" Teriak Inuyasha. Dia tidak senang pemuda berkuncir kuda itu selalu ada kemanapun dia berada.
" Pemuda itu membuka beberapa kancing kemejanya. Tentu saja Kagome reflek memeluk dada dengan kedua tangannya. 'Aku akan diapakan?' gumamnya.
Melihat gadis itu ketakutan, laki-laki itu berkata, "Kau jangan khawatir, aku tidak melukaimu". Kemudian matanya bersirobok dengan Inuyasha. "Hei, Cowok Kampung, berani nya kau melukai 'pacarku!"
Kagome bergidik. 'APA? PACAR?' jeritnya dalam hati.
Inuyasha meradang. "Dia itu pacarku, bukan pacarmu. Dasar sok ngaku-ngaku!"
Pemuda itu tentu saja tidak terima. "Barusan kau mau memperkosa gadis ini, wahai Cowok Kampung! Masih ngelak aja hah?"
Kagome yang enggak senang diperlakukan tidak pantas tadi mengeluarkan emosinya. "AKU BUKAN PACARMU, INUYASHA! KAU BAHKAN MAU MENCIUMKU!" Jeritnya.
"Heh, kau dengar, kan?" Timpal pemuda itu tersenyum miring. "Oya, kenalkan, namaku Koga mahasiswa tingkat tiga fakultas Olahraga dan Kesenian.
Kagome ragu-ragu menyambut uluran tangannya. Namun, tangannya ditepis oleh Inuyasha. Koga menggeram, dia meraih lengan Kagome. "Ayo!"
Dua pemuda pemudi itu berlari menuruni anak tangga. Di halaman, napas memburu. Syukurlah Inuyasha tidak mengejar. Kagome membungkuk, "Terima kasih sudah menyelamatkanku."
"Sama-sama. Kau mau pulang? Mau kuantar sekalian?" Koga menawarkan diri agar gadis itu mau ikut dengannya.
Kagome menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku duluan."
Koga menatap gadis yang baru saja dia kenal. Entah kenapa melihat mata biru kelabu itu dia langsung jatuh hati. Koga bertekad akan mencari tahu informasi tentang Kagome. Dia menuju arah parkir motor dan melaju ke jalanan.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata emas memperhatikan Koga dan Kagome dengan tajam. Apa yang terjadi di lantai dua tentu saja didengar oleh si pemilik wajah seperti ubin. Kedua tangannya terkepal. Dia terganggu.
'Bodoh'.
Tangan kanannya memegang dada. Sakit, tapi tidak terlihat. Perih, namun masih bisa ditahan. "Ada apa denganku," gumam si dosen sejarah lirih.
Pria bertubuh jangkung tadi melihat dengan jelas. Laki-laki itu hampir mencium bibir Kagome. Di tambah pemuda berkuncir kuda datang bak pangeran menolong sang putri, dan mengaku Kagome sebagai pacarnya.
'Apa-apaan tadi, memuakkan.'
Seorang Dosen Sejarah Feodal geram. Dia tidak suka. Dia tidak akan membiarkan gadis itu jatuh ke pelukan dua lelaki. Pria berambut silver yang digilai mahasiswi bahkan ibu-ibu rumah tangga kini mantap maju untuk melangkah ke depan. Dia tidak akan membiarkan hal itu.
Tidak akan!
Pria wajah angkuh itu melambatkan laju mobilnya. Menatap tajam pada sosok gadis nun di pinggir jalan. Alisnya bertemu di tengah, Kagome seperti sedang menahan tangis. Mata nya tidak lepas dari layar ponsel. Otomatis kaca jendela mobil terbuka.
"Masuk."
Kagome tersentak, dia menyeka air mata dengan punggung tanganmya. Berusaha untuk tersenyum pada dosen tampanya dia berkata, "Tidak usah, Pak.". Namun sorot netra emas tajam terus menatapnya. Mau tak mau Kagome mau masuk ke dalam mobil.
Sesshomaru membuang napas. "Kenapa kau menangis."
"Ibuku masuk rumah sakit. Aku harus ke sana. Kalau Bapak enggak keberatan bisa antarkan aku ke stasiun?"
To Be Continued.
Terima kasih untuk AmeToAi dan CottonCandy98 yang sudah memberi komen di cerita sebelumnya. Sungguh, aku terharu. Terima kasih banyak.
Yuk, kita hidupkan fandom Inuyasha dan menulis pair fave sepanjang masa SessKag kita tersayang //buang Inuyasha dan Rin jauh2.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro