Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17 My Love

My Love by Westlife

*****

Rumah merupakan tempat tinggal impian setiap insan manusia. Rumah juga tempat berlindung sengatan matahari, hujan, dan banjir. Karena dimanapun berada kita akan kembali ke rumah.

Rumah kita.

Bangunan ber cat putih sangat luas, besar, dan megah bila tampak dari luar. Begitu memasuki gerbang menjulang, akan disambut pohon cemara berjejer kiri kanan. Bunga beraneka warna tampak rapi dan asri dimana tukang kebun sibuk membersihkan halaman depan karena akan kedatangan sang pemilik rumah.

Di ruang makan, duduk seorang pria tampan berambut silver sedang menyesap earl grey. Matanya tak lepas membaca surat kabar hari ini.

'Sepertinya ibu pulang hari ini,' benaknya. Pantas saja orang-orang yang bekerja di rumahnya pada sibuk.

Kedua alisnya menukik tajam. Salah satu kolom berita membuatnya terganggu. Salah satu perternakan terbesar di Hokkaido milik ibunya ambruk terkena badai angin.

"Tuan Sesshoumaru, ibu Anda akan tiba sebentar lagi. Saya akan ke depan menyambutnya."

"Hn."

Sebuah mobil mewah S-Class putih memasuki pekarangan dan seorang pelayan sudah menunggu di depan rumah. Ketika pintu mobil terbuka, seorang wanita cantik keluar dari mobil. Rambut silver panjang digelung rapi, matanya tidak kelihatan karena terhalang poni. Kemeja berenda putih sampai ke dada, dibalut blazer ungu muda senada dengan rok selutut.

"Selamat datang, Nyonya."

"Hn. Bagaimana kabarmu, Bibi Kaede?"

Wanita paruh baya mengangguk. "Saya baik-baik saja, Nyonya Kimi."

Sepasang kaki jenjang putih mulus dibalut dengan sepatu high heels emas. Langkahnya menggema penjuru ruangan. Kursi merah beralaskan beludru dan meja berukir bergaya ala Eropa tampak mengkilat karena sering dibersihkan. Guci besar dari China tertata rapi. Chandelier dari kristal tergantung di ruangan meja tamunya yang luas.

"Dimana anakku?" Tanyanya.

"Dia ada di ruang meja makan," sahut Kaede.

"Baiklah. Aku akan ke sana. Oya, tolong koper saya ditaruh di kamar. Terima kasih."

Kaede mengangguk dan menyuruh supir kepercayaan membawa beberapa koper sesuai yang diperintahkan.

Langkah anggun Kimi menuju ke ruang makan. Tersaji di atas meja makan buah-buahan, salad sayur, susu, orange juice, pancake, eeg breakfast, croissant, selai, dan keju.

"Sesshoumaru."

Sesshoumaru tidak bergeming. Matanya tetap fokus ke surat kabar. "Hn."

Inukimi menghela napas panjang seraya menarik kursi meja makan dan duduk di hadapan anaknya. "Begitukah kau menyapa ibumu ini?"

Mata emas itu memandang ibunya sedang mengambil pancake lalu menuangkan madu di atasnya. Beberapa buah berri ditaruh dipinggir piring porselen.

Inukimi hanya mendesah melihat perangai anaknya tidak berubah. Dari dulu selalu begitu. Dingin, wajah datar. Inukimi lupa bahwa anaknya adalah copy paste dari dirinya juga berwajah dingin dan datar.

Kaede datang menuangkan jus jeruk ke dalam gelas berkaki. Inukimi mengangguk, "Terima kasih, Kaede."

Ibu dan anak itu makan dalam keheningan. Tidak ada yang bersuara. Inukimi berasal dari keluarga bangsawan. Tentu saja adat kesopanan dijunjung tinggi olehnya. Walaupun kaya raya, wanita berwajah selalu cantik itu memperlakukan baik pekerja di rumah maupun di kantor dia perlakukan sama. Tegas dan sopan. Gaya bicaranya mengalun tapi monoton, persis seperti anaknya.

Sesshoumaru meletakan pisau dan garpu di atas piring. Pria itu menyerahkan surat kabar pada ibunya. Alis wanita itu terangkat. Fokusnya teralih ke sebuah kolom yang ditunjuk Sesshoumaru.

Wajahnya tetap datar, namun bila diperhatikan manik emas perempuan itu menyipit sedikit. "Kenapa bisa begini? Tidak ada yang memberitahu pada Inukimi ini?"

Bagaimana Rumah Sakit di Nagoya apakah baik-baik saja?"

"Hn."

"Maaf kalau saya menyela, Nyonya. Perkebunan buah apel dan anggur di sapporo ada sedikit masalah," ujar Kaede sopan.

"Masalahnya apa?"

"Terkena hama, Nyonya."

Inukimi menyender tubuhnya ke kursi. "Saya harus ke sana."

"Tapi nyonya baru saja tiba. Saya khawatir nanti nyonya sakit," jawab Kaede.

Wanita itu melirik anaknya sedang sibuk mengetik di laptop. "Masih jadi dosen di Todai?"

Sesahoumaru mengangguk.

"Masih betah ya."

Alis pria itu terangkat. "Maksud ibu?"

"Masih betah melajang?"

Inukimi mendapati anaknya diam terpaku. Hatinya tergelitik, timbul rasa penasaran. Waktu itu Kaede menelpon inukimi bahwa nenek tua itu melihat Tuan Muda senyum sendiri sambil menelpon seseorang. Sepertinya seorang gadis.

Wah, ada apa gerangan? Biasanya, anak semata wayangnya ini tidak pernah seperti itu. Apa sudah punya pacar?

"Sudah punya pacar?"

"Hn."

"Bagus! kau ada kemajuan dan tidak menjadi bujang lapuk. Ibumu ini khawatir," kata Inukimi dengan nada dibuat-buat.

"Ibu pernah melihatnya."

"Oh ya? Di mana?"

"Kuil Higurashi."

'Kuil Higurashi ya?" Benak Inukimi. "Oh, ibumu ini tahu. Waktu itu anak itu masih kecil ya. Sekarang dimana dia?"

"Di Universitas Tokyo. Dia masuk ke situ pakai beasiswa."

"Wah, hebat. Jarang-jarang lho. Berarti dia gadis tangguh."

Sesshoumaru mengalihkan pembicaraan. "Ibu kapan berangkat?"

"Temani ibu, kita berangkat ke sana setelah ibu membersihkan diri dulu,"titahnya.

Sesshoumaru hanya mengangguk. Dia meninggalkan meja makan menuju teras samping. Kakinya melangkah menuju sofa. Di hadapannya terdapat kolam ikan koi sedang bersembunyi di balik daun teratai.

Drrt drrtt

Ponsel di sakunya bergetar. Maniknya menyipit, 'Si Pengabdi Setan Siluman' menelponnya. Dia menggeser tombol hijau, "Ada apa, Naraku?"

Wajah Sesshoumaru serius. "Aku tidak bisa. Kau saja yang hadir."

Sambungan terputus.

Drrt drrrt

Menatap kembali ke layar siapa lagi yang menelponnya.

Ck. 'Si Maukah Kau Melahirkan Anakku' menelponnya. "Ada apa, Miroku?"

Kepala Sesshoumaru menengadah ke langit yang cerah. "Aku tidak bisa. Ada urusan."

Klik.

Itu dua orang kenapa sih? Itu rapat enggak penting. Tak lama ponsel berdering lagi. Kali ini 'Si Maniak Sapi Totosai.' Dia langsung mereject panggilan tersebut.

Jemarinya menekan pada sebuah nama 'My Love" lalu menekan tombol telepon warna hijau. Menunggu, tidak sampai lima detik sambungan terangkat. Senyum mengembang, dikit doang.

"Ya, Sesshoumaru?"

"Kagome, kau dimana?"

"Aku mau menuju ke kampus. Kau dimana?"

Senyum terukir di sudut bibirnya."Aku di rumah. Ada ibuku baru saja tiba dari Inggris." Matanya meredup, senyum menawan dari lelaki itu hilang. "Kagome, aku tidak datang ke kampus. Bisa kau wakili aku mengajar? Kau bisa, kan?"

"Bisa, bisa. Memangnya kau mau kemana?"

"Aku harus menemani ibu ke Hokkaido dan Sapporo. Ada masalah di sana. Pertenakan kuda milik ibu terkena badai. Lalu perkebunan apel dan anggur terkena hama." Sessshoumaru menelpon sambil mondar mandir seperti setrikaan. "Paling lama tiga hari."

"Oke, jadi nanti aku mengajar dua kelas ya?"

"Iya betul, Sayang. "

"Siap, Pak!" Gelak tawa Kagome dari seberang telepon.

Sesshoumaru tersenyum. Andai saja perempuan itu ada di hadapannya tentu saja sudah dia dekap sepenuh jiwanya.

Di balik pintu teras, dua wanita itu sedang mengintip mengawasi pria itu menelpon seorang gadis.

***
"Kaede." Bisik Inukimi agar anaknya tidak curiga ibunya mengintip.

"Ya, Nyonya?" Kaede ikut memelankan suaranya.

"Akhirnya anakku laku juga."

Kaede tersenyum mendengar penuturan majikannya.

"Namanya Kagome."

"Iya, Nyonya."

"Dan anakku tersenyum. Hm ...." Senyum tersungging di bibir merah Inukimi.

"Ya, Nyonya." Kaede tahu dibalik senyuman majikannya. Pasti ada yang tidak beres.

***


"Hati-hati di jalan, Sesshoumaru."

"Begitu sampai aku langsung mengabarimu. Kalau ada masalah telpon aku."

"Roger, Pak!"

"Kalau sudah selesai, langsung pulang saja."

"Um, bila aku menolak?" Gelak
Kagome.

Sesshoumaru menghela napas. Seperti biasa gadis nya suka sekali menggodanya. "Kau akan mendapat hukuman dariku."

"Iya, iya. Aku langsung pulang," nada gadis manis itu berubah jadi panik.

"Bagus! Sudah dulu ya. Dahh. Love you so much."

"Hehe, love you too, Sesshoumaru."

Sesshoumaru memasukkan ponsel ke saku celana. Ketika masuk, dia memergoki dua wanita sedang kasak kusuk di balik pintu dan jatuh berjama'ah ketika pria itu menarik pintu.

"Kalian ngapain sih?"

TBC.

Nulis bagian ini ada kesulitan buat aku. Mungkin aq nya ngantuk atau apa jadinya cerita ini flat gt deh. Terima kasih banyak yang udah vote dan komen. Maaf aku enggak bisa nyebutin satu persatu. Makasih banyak.

Naraku: Weyy! Kok namaku jadi si Pengabdi Setan Siluman?!"
Sesshoumaru: "Hn. Ga masalah, kan?"

Miroku: "Bisa ga ganti namaku keren sedikit?
Sesshoumaru: "Bisa. Dosen Tukang Grepe2. Mau?"
Miroku: "Enggak."

Totosai: "Mentang-mentang aku punya peternakan sapi terbesar di wilayah Kobe, kau seenaknya mengubah namaku jadi si Maniak Sapi Totosai ...."
Sesshoumaru: "Kau keberatan?"

Tuk AmetoAi aku tunggu lohh CTO nya. ( ˘ ³˘)♥

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro