Prolog
Prolog
***
Telihat dua anak kecil yang sedang bermain di sebuah taman. Dengan tawa bahagia yang menghiasi rona wajah mereka. Seakan tak ada beban yang hinggap di pikiran mereka.
"Tatan, aku lempar bolanya, ya!" seru pria kecil itu.
"Lempar aja, Pipin," sahut gadis kecil berkepang dua yang menjadi kawan mainnya.
Pria kecil itu langsung melempar bola yang berada di genggamannya. Namun, lemparan tersebut meleset dan melewati tubuh gadis kecil yang berdiri di sebrangnya.
"Yah, kelewatan, Pin. Biar aku ambil dulu, ya," ucapnya sambil berlari mengejar bola.
Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba karena tangannya tertarik oleh sesuatu. "Tunggu sini aja, Tan. Aku aja yang ambil." Pria kecil itu langsung menggantikan langkah temannya untuk mengambilkan bola yang berada di sebrang jalan taman tempat mereka bermain.
Gadis kecil itu hanya tersenyum manis dan mengangguk pelan sambil menatap langkah temannya yang berjalan melompat-lompat.
*
"Pa, ayo cepat nyetirnya, kakak masuk rumah sakit"
"Iya, Ma, ini juga sudah cepat. Banyak truk juga kita nggak bisa sembarangan menyalip."
"Iya, Mama tahu, tapi ... ah itu sudah longgar, ayo balap, Pa!"
"Iya, sabar, Ma. Ini jalannya licin. Nanti--"
"PAPA AWASSSSS!"
*
Tin tin tin
Gadis kecil itu tiba-tiba tersadar dari lamunannya dan spontan berlari menuju tempat di mana bola itu berada. Ternyata, pria kecil itu telah mengambil bolanya dan ingin kembali menyebrang jalan.
"PIPIN AWASSS!"
BRAK!
***
"Pipin!" Terdengar deru napas panjang dari gadis yang baru terbangun dari tidur lelapnya. Dia menyeka keringat serta air matanya yang mengalir pelan membasahi pipinya. Dia bangkit dengan tongkat penyanggah kakinya dan berjalan menuju kaca.
"Mimpi itu lagi. Sampai kapan kamu akan terbebas dari mimpi itu, Luna?"
Luna pun langsung menghela napas pendek dan melirik jam dindingnya. "Mampusss! Aku telat!" jeritnya keras dan langsung bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk selesai bersiap-siap. Dia pun segera bergegas ke luar dan mendapati om serta tantenya sedang asik bercengkrama tanpa memedulikan kehidupan Luna yang hari ini akan memulai pendidikan barunya.
Tanpa pikir panjang, Luna langsung berangkat menuju tempat pemberhentian angkot yang jaraknya tak jauh dari rumahnya. Suatu kebetulan yang membawa keajaiban, angkot pun telah datang tanpa ditunggu. Luna pun langsung bergegas naik dan memberitahukan tujuannya.
***
Butuh waktu untuk tiba di tempat tujuannya. Luna langsung bergegas menuju gerbang dan terlihat banyak sekali orang-orang yang mengenakan seragam yang sama dengannya. "Mati aku," gumamnya pelan sambil bersandar di pinggiran gerbang.
"Maba, Dik?" Luna terkejut dan langsung menganggukkan kepalanya pelan.
"GHEA, ADA MABA YANG TELAT, NIH!" pekiknya kencang dan membuat Luna menunduk malu.
Seorang gadis berambut coklat datang menghampiri Luna, kemudian menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sambil bersedekap dada, dia berkata, "Ikut saya!"
"Iya, Kak." Luna pun mengikuti gadis itu menuju ke sebuah ruangan.
"Tunggu sini." Luna hanya mengangguk pelan dan memainkan kedua tangannya gugup untuk menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti. Ingin sekali menggerakkan kedua kakinya untuk mengurangi kegugupannya, tetapi semua itu tidak mungkin.
Terdengar suara langkah sepatu berjalan ke arahnya. Luna semakin gugup menunggu siapa yang datang. Apalagi ini hari pertamanya untuk pelantikan sebagai mahasiswa baru. Bisa-bisa dia ceroboh dan bangun kesiangan.
Ini gara-gara mimpi sialan itu lagi! geramnya dalam hati. Dia tak henti-hentinya mengutuk pikiannya yang masih mau saja mengingat kejadia buruk itu.
"Mahasiswa baru?" Luna langsung mengangkat kepalanya dan mengangguk pelan.
"Kenapa terlambat?" Luna langsung menelan salivanya dengan susah.
"Ke-kesiangan, Kak. Maafkan saya," sahutnya sedikit gugup dengan jantungnya yang berdetak kencang seperti ingin keluar.
Mati kamu, Luna! runtuknya pelan sambil meremas kedua tangannya.
"Saya kasih kamu tugas membuat laporan tentang maraknya korupsi di jaman sekarang dengan minimal 3000 kata. Ayo gabung bersama yang lain." Setelah mengatakan hal itu ingin rasanya Luna menjerit, namun dia harus bergegas untuk bergabung bersama teman kelompoknya. Tiba-tiba, pikiran aneh menyerangnya.
*
Seorang pria berjalan santai di sebuah lorong putih. Tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan datang dari arah yang dilaluinya. Ia seketika berteriak dan memegangi kepalanya. Terduduk lemas sambil menjerit tak tertahankan.
Tiba-tiba datang seorang gadis dari arah yang berlawanan menghampiri pria itu. Spontan, gadis itu langsung memegang pundaknya. Pria itu langsung memeluk gadis yang entah siapa dikenalnya atau tidak.
"ALVINO MAHESWARA KAMU KENAPA?"
"Singkirkan cahaya putih itu!"
*
"Haahhhhh, bayangan apa lagi itu?"Luna tersadar dari pikiran anehnya sambil mengantur deru napasnya.
***
-imel-
Surabaya, 15 Desember 2018.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro